Download App

Chapter 370: Kenan bertindak 3

"Jangan bawa ke polisi om." Dirga berbicara lagi sementara Kenan sudah tak sudi memberi ampun pada anak itu. Tega-teganya dia membuat Ara tersiksa. Kenan tak mungkin meloloskannya begitu saja. Dia harus memberi hukuman yang setimpal bagi Dirga. Lala dan Dimas saling menatap dengan pemikiran masing-masing.

"Ken?apa jalan ini yang terbaik?apa ga bisa diselesaikan secara kekeluargaan aja?"

"Saya udah kasih kesempatan 1x waktu itu. Saya pikir Dirga benar-benar tulus meminta maaf tapi ternyata engga."

"Ampun ya kamu Dirga, liat siapa sih kamu!!" Teriak Dimas pada anaknya sementara Dirga masih berlutut didepan Kenan.

"Mungkin itu aja La, Dim. Saya ga bisa lama-lama. Saya ada jadwal penerbangan bentar lagi. Saya pamit. Saya harap Dirga bisa koperatif jika tak mau hukumannya semakin berat." Kenan tanpa memandang Dirga langsung berdiri. Menarik kakinya dengan kasar lalu berjalan pergi tanpa meminum air yang dibawakan Lala tadi. Kenan menyeringai keluar dan masuk kedalam mobilnya. Pak Kahar kini membawanya ke Bandara. Hari ini dia akan ke Medan. Dia pikir akan lebih aman jika dia berbicara dengan Dariel disana.

"Daddy mana?"

"Daddy ada kunjungan hotel sayang.."

"Kemana?"

"Ke... Surabaya."

"Kok mendadak?"

"Iya ada temuan apa gitu disana mommy lupa."

"Mommy ga ikut?"

"Kan kamu lagi sakit, cucu-cucu mommy juga kasian. Ravin masih panas kak?"

"Udah engga terlalu mom.."

"Buka aja pintu kamarnya, kakak sini duduk." Jesica menepuk-nepuk sofa disampingnya seolah menandakan ruang untuk Ara.

"Kakak masih pusing?"

"Udah engga."

"Kalo kakak masih sakit sabtu ga usah pergi."

"Aku sehat kok mom."

"Jangan dipaksain kak."

"Aku pingin datang."

"Dariel gimana?"

"Ga tahu, dia pulang Sabtu sore ga tahu malem kayanya dia langsung ke tempatnya tanpa pulang."

"Hm...kamu ga tanya?"

"Engga." Ara menekuk kakinya keatas dan meletakkan kepalanya disana.

"Sabar...pasti dikasih jalan keluar sayang."

"Makasih mommy..." Ara memiringkan wajahnya kearah Jesica. Ibunya itu hanya tersenyum seolah menjawab pernyataan Ara tadi. Tidak lama Handphone yang ada disaku bergetar. Ara segera mengambilnya. Rasanya aneh. Ada nama suaminya disana. Ara beranjak berdiri dan berjalan menuju kamar.

- Halo.

- Abang denger Ravin demam.

- Udah baikan.

- Kenapa ga kasih tahu?

- Aku bisa urus kok.

- Abang papinya dan abang perlu tahu.

- Iya salah aku.

Ara tak banyak membalas. Dia lelah untuk berdebat.

- Ada lagi yang mau abang tanyain?Ravin, Karin lagi tidur, Davin digendong mommy.

Ara melaporkan. Jelas bagi Ara bahwa Dariel tak mungkin menanyakan keadaannya. Dariel hanya peduli pada ketiga anaknya. Ara menunduk memainkan jari-jari kakinya. Dia menunggu suara Dariel. Dia menunggu suaminya itu berbicara.

- Siapa yang mau masukin gugatan, abang atau kamu?

Pertanyaan Dariel membuat Ara menghentikan aksi jemari kakinya.

- Abang.

Jawab Ara singkat. Matanya berkaca-kaca kini. Dia mengusapnya pelan tapi tak ingin terisak. Jika dia begitu mungkin Dariel akan tahu jika Ara menangis.

- Aku tutup teleponnya.

Dariel menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Ara. Wanita itu segera masuk ke kamar mandi dan menangis disana. Dia tak mau orang tuanya tahu jika ada masalah lain dari hubungannya dengan Dariel meskipun sebentar lagi mungkin mereka akan terkejut dengan pilihan Dariel dan dirinya. Dariel benar-benar akan pergi. Pergi begitu saja.

***

Selesai makan Kenan langsung bergegas ke tempat dimana Dariel berada. Dari informasi Jonathan Kenan tahu dimana kantor cabang yang sedang Dariel kunjungi.

"Daddy..." Dariel terkejut. Dia tak menyangka akan kehadiran Kenan yang kini tengah berdiri santai dengan kemeja warna putihnya. Kenan menyaku salah satu tangannya.

"Kaget?"

"Daddy ga bilang mau kesini."

"Daddy lagi cari lahan buat hotel." Kenan menjawab dengan santai.

"Kita ngobrol diruang meeting aja dad.." Dariel mengarahkan Kenan ke ruangan yang lebih tertutup.

"Masih lama kamu disini?"

"Sabtu pagi Dariel pulang."

"Ga cape langsung acara?"

"Insyallah engga dad.." Jawab Dariel. Ada mimik muka yang berbeda dari wajah Kenan membuat Dariel merasakan suasana yang tak biasa. Ada ketegangan diantara mereka.

"Ara selingkuh Riel?" Tanya Kenan tanpa basa-basi. Sejak kemarin Kenan memang langsung to the point dengan permasalahannya.

"Hm...iya dad.."

"Buktinya apa?"

"Aku liat dengan mata kepala aku sendiri Dad, dia mesra-mesraan sama Dirga dirumah aku sendiri."

"Rumah kamu?harusnya kamu lebih tahu tentang rumah kamu. Apa ini yang kamu sebut selingkuh?" Kenan mendorong tabletnya dan mengulang rekaman video dimana Dirga mendorong Ara dan memaksa untuk memeluknya bahkan di awal kedatangan Ara sempat berusaha menutup pintunya. Sial. Dariel sampai lupa ada CCTV dirumahnya. Kenapa dia tak kepikiran?hanya karena api cemburu dia lupa memeriksanya.

"Mereka juga ketemuan diem-diem dirumah Tiara dad."

"Udah liat ekspresi Ara waktu ketemu dia?seneng? senyum-senyum?atau gimana?" Tanya Kenan membuat Dariel bungkam.

"Nih...riwayat telepon dan pesan Ara." Kenan mendorong lagi kertas-kertas kehadapan Dariel.

"Riel...Daddy ngerti kamu ada kecurigaan. Daddy paham karena gimanapun Ara ada riwayat selingkuh sama Dirga dan bekas itu kamu bawa-bawa sampai sekarang. Meskipun kamu bilang udah lupa nyatanya pasti kepikiran. Ga papa Riel. Wajar. Daddy juga pernah ada di posisi Ara dan mommy diposisi kamu bahkan sampai hari ini mommy masih berpikiran jelek sama Daddy padahal Daddy ga gitu tapi bedanya mommy, dia selalu nyari buktinya. Dulu-dulu iya langsung marah tapi sekarang biasanya dia nanya. Dari gelagat juga pasti ketahuan kalo misal Daddy bohong. Mommy kenal Daddy ga setahun dua tahun tapi bertahun-tahun Riel. Kamu juga kenal Ara ga kemarin sore. Udah beberapa tahun pasti bisa bedain mana saat Ara bohong mana engga." Kenan mulai mengoceh. Dariel diam.

"Ara ga ngadu apapun dan ga ada sedikitpun niat Daddy buat ikut campur rumah tangga kalian. Ini karena adiknya liat sendiri kakaknya digangguin sampe nangis. Daddy cuman pingin kamu pikirin baik-baik. Kalaupun Ara salah Daddy tegur anaknya tapi kalo Ara bener Daddy belain. Ini bukan salah atau bener tapi kita cari jalan yang terbaik. Jalan apapun yang menjadi keputusan Dariel dan Ara Daddy ga akan ganggu tapi harus masuk akal. Masuk logika gitu loh."

"Dad..maksud aku ga gitu. Aku..cuman ga terima aja mereka berdua-duaan gitu dirumah aku sendiri. Di depan mata aku mereka pegang-pegangan. Aku juga pingin dad, cari jalan yang terbaik buat Ara, buat aku dan buat anak-anak kita. Kasih aku waktu dad.."

"Silahkan, pergunakan waktu kamu disini dengan baik. Kalo kamu tetep ngerasa keberatan sama Ara. Kasih tahu Daddy dulu. Daddy yang bakal jemput sendiri anak Daddy." Kenan mengakhiri pembicaraannya. Dia kini berdiri dan meninggalkan Dariel diruangan itu.

***To be continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C370
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login