Download App

Chapter 430: Curhatan Jay

"Mom...dad...." Ketukan itu semakin terdengar. Itu Jay yang berteriak. Jesica segera beranjak dari kasurnya dan membuka pintu.

"Abang, tumben udah pulang. Tiara mana?"

"Tiara masih kerja."

"Kenapa?"

"Tolongin aku mommy."

"Kenapa?Abang kenapa?"

"Kepala aku pusing."

"Pusing?Abang sakit?" Jesica khawatir.

"Bukan mom."

"Terus kenapa?"

"Aku pingin masuk dulu."

"Iya-iya masuk.." Jesica membuka lebar pintu kamarnya lalu Jay berjalan masuk. Dia melihat Kenan sedang duduk santai di tengah tempat tidur dengan segera Jay menyusulnya.

"Kenapa?" Tanya Kenan sambil menatap Jesica. Istrinya hanya mengangkat bahu saja tidak tahu.

"Ayo cerita kenapa." Jesica ikut duduk disana.

"Aku ga mau punya anak mommy."

"Ga mau?kenapa?" Jesica kaget.

"Aku..aku ga mau nanti anak aku kaya aku."

"Kaya Abang gimana maksudnya?" Jesica masih bingung.

"Ya kaya aku gini, susah belajar, ga kaya orang dewasa. Kakak bilang Gen orang tua bisa nurun sama anak berarti sifat aku bisa juga nurun sama anak aku." Jay menjelaskan kesedihannya. Jesica menatap Kenan saat mendengar cerita anaknya.

"Jadi karena Abang takut, anaknya nanti kaya Abang. Kecilnya susah jalan, susah belajar, susah ngomong. Gitu?"

"Iya dad.."

"Sekarang Daddy tanya, Abang tahu darimana anaknya nanti bakal kaya Abang?cuman gara-gara penjelasan itu?" Kenan membuat Jay mengangguk.

"Oke..sini Daddy jelasin." Kenan membuat Jay menghadap kearahnya.

"Bener yang kakak bilang kalo orang tua itu bisa mewariskan gen nya sama anak-anaknya. Entah itu ciri-ciri fisiknya atau sifatnya tapi hampir semua keturunan Daddy dari alm. opa tuh ga ada yang aneh-aneh semuanya normal begitupun mommy. Keluarganya sehat-sehat aja. Jay kaya gini karena kecelakaan aja, salahnya Daddy, salahnya mommy bukan karena Gen toh sekarang semuanya baik-baik aja. Abang bisa jalan, bisa ngomong, pinter lagi. Jadi salahnya dimana?"

"Tapikan aku berobat.."

"Itu salah?ada orang sakit berobat salah?" Kenan terus bertanya membuat Jay diam.

"Bang....kenapa sih mikir gitu?Abang tuh sakitnya ga gimana kok. Kita udah ke dokter bareng-bareng. Abang juga denger kenapa jadi ga perlu ada yang dikhawatirin lagi. Abang emang bener ga mau punya anak?ga kasian sama Tiara?" Jesica mulai menasihati.

"Justru aku kasian makannya aku ga mau. Tiara nerima aku aja aku udah seneng tapi kalo anaknya gitu juga gimana?papa sama Mama mertua gimana?"

"Masa sih Tiara ga nerima?Abang yang dulunya bukan siapa-siapa aja Tiara terima apalagi Darah dagingnya sendiri. Apalagi Tiara dokter.."

"Aku ga mau jadi beban buat Tiara."

"Bang...percaya deh sama Daddy ga akan ada apa-apa. Ucapan tuh doa loh. Ya Abang berucapnya yang baik-baik gitu soal anak jangan pesimis gini. Tiara tahu ga Abang mikirin ini?"

"Engga. Aku bahkan ga berani nyentuh Tiara."

"Hah?" Kenan berpikir sejenak apa yang dimaksud Jay hingga Jesica membisikkan sesuatu.

"Bang...dosa loh bang. Istri itu dinafkahin lahir batin."

"Kalo sampe jadi aku takut dad.."

"Bang...udah ga usah mikir anaknya mau gimana-gimana nanti, yang jelas Gennya keluarga kita bagus ga ada yang jelek. Abang cuman kecelakaannya aja. Sekarang anaknya mau lahir kurang apapun kalo Abang sama Tiara ga terima mommy sama Daddy yang terima. Abang jangan sekali-sekali nolak rejeki dari Allah ya.." Jesica memperingati dengan sedikit nada tingginya.

"Aku ga maksud gitu mom.."

"Ya kalo ga maksud udah biasa aja. Coba liat kakak, jadi pelajaran dong bang, jadi contoh gitu. Kakak yang segitu pingin punya anak susahnya tahu Abang gimana kan?ini Abang malah nolak. Emang Abang tuh tuhan?yang tahu anaknya bakal kaya gimana?"

"Aku bakalan terima kok mom anak aku."

"Ya kalo terima ya udah ga usah ada yang dikhawatirin."

"Aku cuman mikirin Tiara."

"Sekarang Abang udah nikah ya, coba diskusiin sama Tiara. Ngobrol gitu sama istri. Kalo Abang cuman nebak-nebak sikap Tiara, ya gini nih jadinya, Galau."

"Iya, coba bilang sama Tiara soal kekhawatiran kamu daripada kamu diemin gini bikin dosa tahu." Kenan mendukung ucapan Jesica.

"Mommy sama Daddy galak."

"Eh eh..belajar dewasa bang. Ini Abang yang cerita kan?Mommy sama Daddy ga bakalan tahu kalo Abang ga ngomong dan mommy sama Daddy juga ga akan ikut campur sampai Abang sendiri yang minta tolong."

"Kepala aku jadi tambah pusing." Jay mengeluh lagi. Jesica lebih mendekatinya lagi. Dia mengusap-usap kepala anaknya.

"Pusing kepalanya?bagus berarti. Abang lagi mikir. Sayang...Abangkan baru nikah semingguan lebih. Masa hal yang kaya gini aja udah bikin putus asa? Orang nikah tuh banyak loh cobaannya. Ini baru berapa persennya. Ada masalah bukan cuman dipikirin aja tapi dicari jalan keluarnya bang."

"Bang denger Daddy. Pokoknya gimana pun nanti kondisi anaknya Abang sama Tiara tetep jadi keluarganya Daddy, keluarga mommy, dan inget dulu mommy pernah bilang kalo namanya keluarga ga boleh saling musuhan, ga boleh saling ninggalin. Daddy ga pernah malu punya anak kaya Abang kalaupun harus nerima cucu kaya Abang lagi Daddy bersyukur." Kenan semakin bingung harus memotivasi Jay dengan apalagi. Anaknya kini menjatuhkan kepalanya dipundak sang ibu.

"Udah ga usah jadi masalah semuanya baik-baik aja. Jangan sampe hal yang kaya gini bikin kamu ribut sama Tiara."

"Makasih Daddy, mommy..." Jay dengan suara kecilnya. Tidak lama si kecil Kris membuka pintu. Dengan wajah ngantuknya dia berjalan kearah tempat tidur orang tuanya. Kenan segera mengais anaknya. Dia pasti masih lemas.

"Udah kenyang bobonya?" Tanya Kenan namun Kris masih diam seakan sedang mengumpulkan nyawanya.

"Ini dua-duanya Gen nya mommy nih. Manja-manjanya mirip, wajahnya mirip lagi..." Kenan mencubit kecil bibir Kris yang tampak manyun. Jesica hanya tersenyum.

"Kris mandi ya udah bangun tidur pasti keringetan."

"Iya nih bau acem.." Kenan sambil mengendus-endus badan Kris. Anaknya kini tersenyum geli.

"Ayo mandi sama mommy baru makan. Abang juga mandi sana sebelum Tiara pulang." Jesica melepaskan kepala Jay dan mengambil alih Kris. Dia menuntun anaknya itu ke kamar mandi.

"Bang...emang kuat puasa?" Bisik Kenan.

"Puasa?" Jay bingung.

"Ya..maksudnya ga gituan sama Tiara."

"Habis aku sedih jadi Jeje ikutan sedih, dia jadi ga tegang."

"Jeje?"

"Ini Jeje.." Jay memegang miliknya membuat Kenan tertawa kecil.

"Ya ampun...kirain apa. Baru nikah tuh harusnya banyak mesra-mesraan bang dikamar masa istri dianggurin."

"Kemarin Tiara minta aku tolak.."

"Astagfirullah, istri minta tuh kasih bang. Abang harus jadi suami yang kuat, yang jantan, yang bisa berkali-kali kalo istri minta, jangan kasih kendor.."

"Ih..Daddy.." Jay malu.

"Punya anak itu enak loh bang, rasanya beda. Rumah tangga bukan cuman jadi suami tapi jadi ayah juga."

"Iya dad.."

"Udah sekarang perbanyak nyicil sama Tiara."

"Kay ngasih banyak gambar ke aku Dad.." Jay memperlihatkan pesan dari Kay. Kenan dibuat tertawa oleh kiriman anaknya.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C430
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login