Download App

Chapter 507: Ingatan Tiara

Ingatan Tiara belum benar-benar pulih. Dia baru mengingat tentang kedua orang tuanya tapi selebihnya dia masih bingung. Jay yang semula panik langsung ditenangkan oleh kedua orang tua. Mereka meyakinkan bahwa amnesia Tiara hanya sementara. Semua memori terasa samar-samar dikepala Tiara. Dia bahkan belum bisa mengingat jelas apa yang membawanya kesini. Kenapa dia sampai harus berbaring tak berdaya ditempat tidur ini?.

"Ini makan lagi..." Jay dengan sabar menyuapi istrinya.

"Aku kenyang.."

"Dikit lagi..." Jay memaksa dan langsung mengarahkan sendok itu pada mulut Tiara. Mau tak mau istrinya itu menurut. Setelah makanannya habis Jay meletakkan wadah itu diatas meja dan mengambil minuman untuk Tiara. Dia tak membiarkan Tiara bergerak sedikitpun. Dia yang menyodorkan sedotan dan memegang gelasnya.

"Makasih..."

"Iya, kamu mau tidur?."

"Engga." Tiara memandang ke arah Zidan yang sedang bermain dengan ibunya. Jay yang menyadari itu segera berjalan kearah mertuanya dan menggendong Zidan. Dia duduk disana dengan Zidan dalam pangkuan. Anak itu mengulurkan tangannya minta digendong tapi Tiara belum merespon.

"Ini Zidan anak kita. Bentar lagi Zidan ulang tahun yang kedua. Dia memang belum bisa berbicara lancar tapi dia udah bisa jalan."

"Ma...Ma..." Ucap Zidan.

"Iya, Mama lagi sakit, biar Papa yang gendong." Jay mencoba menghentikan aksi Zidan yang ingkn beralih pada Tiara. Benarkah?. Itu pertanyaan yang ada dikepala Tiara saat ini. Sambil menatap anak lelaki itu Tiara bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Benarkah dia sudah menikah? benarkah anak yang di depan ini anaknya?, Tiara belum yakin. Perlahan dia memegangi tangan mungil Zidan. Itu begitu lembut bahkan Zidan tanpa ragu membalas genggaman itu. Tiara melihat matanya, hidungnya, wajahnya. Itu mirip pria yang mengaku sebagai suaminya.

"Ma..ma..ndong..."

"Belum bisa.." Jay menangkannya lagi.

"Sini biar aku gendong."

"Jangan, tangan kamu masih sakit."

"Maaf, aku belum bisa inget Zi..dan.." Tiara sedikit ragu.

"Ga papa, Zidan sama papa dulu ya, iya?.." Jay mengajak Zidan berbicara lalu berdiri untuk mempelihatkan Zidan pemandangan diluar dari jendela kamarnya. Sesekali mata Tiara melihat bibir Jay mengecup-ngecup pipi Zidan yang gembul. Dia gemas dengan anaknya.

"Sebaiknya kamu istirahat sayang.." Dena mengusap rambut Tiara dari atas sampai ke bawah dan merapikannya.

"Iya, aku kayanya cape.."

"Ayo baring lagi.." Dena membantu Tiara untuk tertidur. Rasanya nyamaa berada di dekat ibunya. Dia sedikit lebih tenang sekarang.

"Ga masalah kamu belum inget, pelan-pelan aja dulu Ra.."

"Tapi...dia bener suami aku?."

"Iya bener, sepulang dari sini kita bisa liat foto-foto pernikahan kamu sama Jay."

"Aku kaya orang linglung sekarang. Aku bingung buat ngenalin orang siapa."

"It's oke, dokter bilang itu hal yang wajar."

"Ma...apa kita apa hubungannya kita sama Jogja?."

"Kita tinggal disana dulu sebelum pindah kesini."

"Aku kemarin-kemarin jalan-jalan kesana Ma.."

"Kemarin-kemarin?." Dena heran padahal kemarin itu jelas-jelas Tiara terbaring lemah diranjangnya.

"Iya, kesana sama orang yang aku ga kenal siapa. Kita ada disebuah rumah dengan pagar hitam, halaman luas dan rumah yang bernuansa warna biru muda." Tiara menyebutkan ciri-ciri rumahnya yang di Jogja dulu. Dena terkejut, bagaimana bisa dia tak ingat rumahnya sendiri.

"Kamu yakin kesana?."

"Iya aku kesana, aku dibawa kesana."

"Itu rumah kita."

"Hah? apa iya? berarti bener aku kesana Ma.."

"Mungkin kamu kangen rumah jadi mimpi."

"Engga, aku ga mimpi. Itu nyata Ma, aku bahkan cape banget, badan aku pegel-pegel Ma.. "

'Ya udah ga usah dipikirin, udah berlalu ini." Dena mengalihkan pembicaraan. Dia takut jika terlalu memaksakan untuk diingat Tiara justru akan sakit.

***

Jarum jam terus berputar tapi mata Tiara rasanya tak mengantuk sama sekali. Dia hanya bisa terdiam sambil melihat ruangan yang tampak gelap. Dalam keheningan itu saat Tiara memalingkan wajahnya dia melihat seorang pria tertidur di sofa dengan tenang. Pria yang dia sebut sebagai suaminya. Dalam hati Tiara bertanya kenapa dia bisa tak ingat sema sekali tentang Jay ?, padahal suaminya itu jelas orang penting. Bukan hanya itu, rasanya Tiara tak menyangka jika dia sudah memiliki anak lelaki yang akan menginjak 2 tahun.

"Belum tidur?." Suara serak terdengar membuat Tiara kembali menoleh ke arah Jay. Pria itu kini sudah duduk sambil mengusap-usap wajahnya sendiri seakan membuat dirinya untuk bangun.

"Aku ga ngantuk." Jawab Tiara singkat. Jay lalu berdiri dan mengambil langkah menuju kamar mandi. Dia mencuci wajahnya untuk benar-benar menyadarkan diri atau lebih tepatnya menghilangkan rasa ngantuk. Rambutnya dia rapikan kebelakang dengan tangannya sendiri lalu menemui Tiara lagi. Tangan kekarnya itu menarik kursi sebagai sandarannya nanti. Tiara yang melihat Jay duduk disana mendadak terpaku. Tampan. Itulah pujian untuk Jay dalam hatinya. Pujian itu bersamaan dengan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat. Tiara sampai tak bisa membedakan apakah ini karena penyakitnya atau karena kehadiran suaminya.

"Apa yang bikin kamu sampe ga bisa tidur?." Suara Jay sudah kembali normal. Tiara diam.

"Kamu kenapa?."

"Eh maaf, tadi kamu tanya apa?."

"Apa ada sesuatu yang kamu pikirin sampe bikin kamu ga tidur?."

"Hm…"

"Bilang aja, kamu ga boleh banyak pikiran. Kamu harusnya banyak istirahat."

"Aku cuman bingung aja, kenapa aku ga inget sama suami, sama anak aku sendiri."

"Mungkin belum, ingatan kamu pelan-pelan juga pulih."

"Iya.." Tiara kembali melamun. Kali ini Jay menarik tangannya sendiri keatas kepala Tiara. Dia mengusap-usap kepalanya dengan sayang.

"Yang penting kamu bangun, Aku cuman pingin kamu sembuh. Aku tahu kaki kamu pasti sakit, kepala kamu apalagi, belum ini luka-luka kecil kaya gini. Aku ga tahu kalo hari ini kamu ga ada, aku bisa apa?." Ucap Jay membuat Tiara tersentuh. Dari kata-katanya jelas menunjukkan jika dia sangat mencintainya.

"Aku lagi coba inget, jangan khawatir."

"Jangan dipaksain nanti kepala kamu sakit. Aku pernah kaya gitu dan itu rasanya ga enak."

"Tapi…"

"Aku emang panik waktu kamu ga inget aku tapi…sekarang aku ga masalah. Ga papa Tiara, aku cuman pingin kamu tetep sayang Zidan."

"Aku bahkan ga nyangka aku ini ibu, aku payah.."

"Engga ga payah, sebelum kamu kecelakan. Kamu ibu yang luar biasa buat Zidan dan istri yang sabar buat aku." Jay memuji istrinya.

"Apa iya?."

"Tiara, kita bisa mulai dari awal. Aku bakalan ngenalin diri aku lagi, aku bakalan deketin kamu lagi sama seperti waktu kita pacaran. Aku janji bakalan setia dan sabar kaya kamu yang sabar ngurusin aku." Jay membuat Tiara menatapnya seurius, meskipun dia belum mengerti apa yang dibicarakan Jay tapi sepertinya ada masalah dengan kata kesabaran.

"Kalau ingatan aku ga balik lagi gimana?."

"Ga papa, kita bisa bikin ingatan yang baru yang lebih bahagia tentunya." Jay dengan percaya diri membuat Tiara tersenyum geli.

"Ayo tidur biar aku tungguin."

"Aku bener-bener ga ngantuk, mending kamu ceritain dulu aku gimana."

"Ceritain?, oke…" Jay langsung menyetujui dan Tiara siap mendengarnya sampai pagi nanti.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C507
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login