Download App
1.98% Yes, Nona

Chapter 6: Pura-Pura

Leon memperhatikan wajah Nona tanpa berkedip. Sebisa mungkin pria itu mengatur emosinya agar tidak naik ke permukaan. Ia tidak ingin membuat Nona takut dan membencinya lebih parah lagi.

"Nona, apa yang kau lakukan di sini? Bersama dengan pria ini?" tanya Leon dengan suara yang masih tenang.

Franz menaikan satu alisnya. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada. Setidaknya detik ini ia tidak ingin ikut campur dulu. Ia ingin melihat drama yang tersaji di hadapannya.

"Aku ...." Nona memandang wajah Franz. Ia sangat benci dengan pria itu. Tapi, detik ini posisi Nona tidaklah menguntungkan. Jika ia berkata kalau tidak sengaja bertemu dengan Franz dan menghabiskan malam pertama ini tanpa sengaja, tentu saja membuat Leon semakin besar kepala. Nona masih sakit hati atas sikap Leon. Walau masih cinta, tapi wanita itu tidak ingin terlihat lemah di hadapan pria tersebut. "Aku ... tentu saja bersenang-senang dengan kekasihku, Mas. Sudah lama kami tidak bertemu. Untuk itu, malam ini kami menghabiskan malam bersama untuk melepas rindu," ucap Nona dengan wajah ceria. Wanita itu berjalan ke posisi Franz berdiri. Ia menatap wajah Franz dengan saksama sebelum merangkul lengan kekar pria itu.

Leon terlihat tidak percaya dengan kalimat yang baru saja dikatakan oleh Nona. Pria itu berjalan mendekati Nona. Ia tahu, kalau Nona dan Franz tidak saling kenal sebelumnya. "Kau membohongiku. Franz baru pertama kali datang ke Indonesia. Sedangkan kau tidak pernah pergi ke Negaranya. Bagaimana mungkin kalian bertemu?" ucap Leon dengan sorot mata yang sangat tajam.

"Sial. Kenapa dia bisa tahu kalau ini pertama kalinya Mr. Franz ke Indonesia. Aduh, bagaimana donk. Aku harus segera memikirkan alasan lain untuk membuat semua ini terlihat nyata," gumam Nona di dalam hati.

Franz melirik wajah Nona. Pria itu tahu kalau kini Nona sedang kebingungan. "Kau mau berpura-pura menjadi kekasihku untuk membuat mantan suamimu cemburu? Ide yang bagus. Sepertinya aku juga di untungkan dalam hal ini," gumam Franz di dalam hati.

"Tuan, hal itu tidak perlu kami jawab. Hubungan kami hanya kami yang tahu. Anda sebagai orang asing, tidak perlu mengetahuinya," ucap Franz sembari melepas tangan Nona dari lengannya. Pria itu menarik pinggang Nona agar melekat dengan tubuhnya. "Kami tidak suka ada tamu asing mengganggu kesenangan kami. Apa anda tahu dimana pintu keluarnya?" ucap Franz lagi.

Nona menatap wajah Franz dengan saksama. Wanita itu bersikap waspada kalau saja Franz akan bertindak kurang ajar lagi dengan tubuhnya. Leon sendiri terlihat kesal mendengar jawaban yang keluar dari mulut Franz. Ia melangkah pergi dengan langkah yang gusar. Wajahnya terlihat sangat kesal. Walau di dalam hatinya masih belum percaya dengan hubungan yang terjadi antara Nona dan Franz, tapi Leon tetap tidak ingin berlama-lama di ruangan tersebut. Ada harga diri yang harus ia jaga.

Nona melihat punggung Leon yang sudah semakin menjauh. Setelah pria itu hilang di balik pintu, Nona segera mendorong tubuh Franz agar menjauh dari tubuhnya. Nona bahkan mengusap lembut lengannya untuk menghilangkan bekas tangan Franz dari tubuhnya.

"Apa kau pikir aku sejenis bakteri?" umpat Franz kesal saat melihat sikap Nona yang termasuk aneh dan tidak sopan.

"Hmm, ya. Bukankah kau memang bakteri. Karena bersentuhan denganmu, aku kehilangan sesuatu yang berharga yang sudah aku jaga seumur hidupku," jawab Nona sambil berjalan ke arah meja. Wanita itu mencari-cari tas miliknya.

"Apa kau bilang? beraninya kau!" umpat Franz dengan wajah semakin kesal. Pria itu berjalan cepat mendekati posisi Nona berdiri. Ia mencengkram kuat lengan Nona dan menarik tubuh wanita itu. "Apa kau pikir kau ini wanita yang hebat? Aku bisa membatalkan kerja sama kita jika kau menolak untuk menjadi pacarku," ancam Franz dengan wajah yang menyakinkan.

"Terserah kau saja. Mungkin bukan rejekiku untuk bekerja sama dengan perusahaanmu. Mungkin akan ada gantinya nanti. Yang pasti, aku berharap penggantinya jauh lebih baik daripada diri anda," ucap Nona dengan wajah menantang.

Franz menggertakkan giginya. Pria itu mendorong tubuh Nona hingga tubuh wanita itu tergeletak di sofa. Dengan kasar, Franz mendaratkan bibirnya di bibir Nona. Pria itu emosi, tapi ia tidak tahu cara membalas perbuatan Nona. Bagaimanapun juga, Nona hanya seorang wanita. Franz tidak mau bertindak kasar dengan wanita.

Tangannya meraba bukit kembar milik Nona dengan begitu ahli. Ia terus saja mencumbu wanita yang kini ada dibawahnya. "Wanita seperti dirimu memang pantas diperlakukan seperti ini," ucap Franz dengan sorot mata yang tajam.

"Lepaskan!" teriak Nona sambil terus berontak dan menghindari dari cumbuan Franz.

Di sela-sela aksi Franz, Waren muncul di dalam kamar tersebut. Dengan ekspresi wajah yang biasa saja. Waren memandang tingkah laku Franz dan berdehem sedikit kuat. "Selamat pagi, Tuan. Ini baju anda. Anda harus segera menghadiri pertemuan satu jam lagi," ucap Waren sebelum menundukkan kepalanya.

Franz merasa sangat kesal ketika aksinya pagi itu harus gagal karena kehadiran Waren. Dengan wajah kesal, Franz beranjak dari tubuh Nona. Pria itu menatap wajah Nona sekilas sebelum berjalan mendekati Waren.

"Kau selalu saja muncul sebagai pengganggu, Waren!" umpat Franz kesal.

"Maafkan saya, Tuan," jawab Waren dengan wajah menyesal.

Nona terlihat sangat marah. Wanita itu merapikan penampilannya dan beranjak dari sofa. Ingin sekali ia menampar wajah pria itu lagi. Tapi, tubuhnya sudah cukup lelah. Nona ingin segera pulang ke apartemen miliknya dan beristirahat di sana.

"Kau harus ingat!  Mulai detik ini kau adalah kekasih Franz Rainer. Jika kau berusaha menghindar, maka aku tidakk akan segan-segan untuk memberi tahu semuanya kepada pria tadi," ancam Franz saat Nona sudah berjalan mendekati pintu keluar.

"Hanya kekasih? Kau akan menyesal karena sudah mengancamku dengan ancaman murahan seperti itu," ucap Nona di sela-sela rasa kesalnya. Wanita itu membuka pintu dan menutup pintu itu kembali dengan kasar. Hatinya benar-benar terluka saat diperlakukan layaknya wanita murahan oleh Franz.

"Kau yang bahagia menjadi kekasihku, Nona. Kau tidak akan menyesal" teriak Franz agar Nona tetap dengar apa yang ia katakan.

Franz tertawa kecil saat melihat wajah kesal Nona pagi itu. Ia menatap wajah Waren dan merebut paksa paper bag yang ada di tangan pria itu. "Selidiki semuanya. Aku ingin tahu semua tentang hidupnya. Bahkan aku ingin berkunjung ke  tempat yang selama ini ia tinggali nanti malam," ucap Franz sambil berjalan.

"Baik, Tuan," jawab Waren dengan wajah kurang setuju. "Sepertinya perjalanan di Indonesia kali ini tidak membuahkan hasil bisnis justru menambah koleksi kekasih Tuan Franz," gumam Waren di dalam hati.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C6
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login