Download App

Chapter 35: CH.35 Awal Dari Akhir

Entah kenapa mereka melakukan ini dan menunggu begitu lamanya, tetapi semua persiapan yang kami butuhkan sudah lengkap. Mulai dari para warga yang sudah dilatih untuk menggunakan sihir-sihir yang lebih baru dan efektif, sampai kepada perlindungan seperti memperkuat tembok kota, dinding lapisan luar pelindung juga yang lainnya.

Semua ini dipersiapkan begitu matang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya yaitu dalam waktu satu setengah bulan kurang lebih, katakan saja dua bulan. Jujur ini waktunya terlalu singkat walau terlihat lama. Namun dalam diriku seperti ada yang mengatakan bahwa setiap detik dalam hidupku itu begitu berarti dan aku merasakan dunia berjalan sangat lambat.

"Entah aku bisa melakukan semuanya ini dan berhasil menangani 7 Deadly Sins itu, semuanya ini rumit sekali."

Jujur ini terlalu sulit untuk dipahami. Entah kenapa padahal aku berpikir aku bisa hidup damai di sini, malah berubah pikiran untuk pulang ke duniaku. Dan setelah aku berusaha untuk pulang dan hampir berhasil, aku malah ditarik lebih dalam ke dunia ini. Semuanya ini sulit dipahami sampai aku tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Suplai teh penenangku juga selalu berkurang dengan cepat karena seiring berjalannya waktu, adrenalinku bisa terpacu sewaktu-waktu. Dan setiap kejadian itu aku langsung meminum teh penenang supaya pikiranku kembali jernih.

"Keenaa, sebaiknya kamu beristirahat dulu untuk sejenak. Sejak satu setengah bulan yang lalu bahkan dirimu tidak pernah beristirahat dengan benar."

"Begitulah jam tidurku sekarang menjadi kacau balau, seolah siang dan malam tertukar bagiku."

Di saat siang entah kenapa aku bisa lebih tenang karena banyak orang yang terbangun dan menjaga sehingga tidak mudah untuk diserang dadakan. Namun di saat malam di mana semua orang terlelap, aku malah tidak bisa tidur dengan tenang dan selalu berjalan di atas tembok benteng terluar negara kerajaan ini.

"Maka dari itu pulanglah dan beristirahatlah. Atau kalau Keena mau tidur saja di kamar biasanya, selalu terbuka untukmu kok."

"Terima kasih Kioku atas tawaranmu, tetapi aku harus mengambil beberapa barang yang aku minta buatkan."

"Baiklah kalau itu maumu, aku tidak bisa memaksa juga. Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai saat mereka datang kondisimu tidak baik."

Hah~ sulit mengakui bahwa itu juga adalah penyebab kemungkinan aku akan kalah lagi di perang yang akan datang. Sebaiknya aku membeli beberapa obat herbal untuk membuat obat tidur untukku.

"Aku mengerti, sampai jumpa."

Yang ingin aku lakukan adalah mengambil dua bilah pedang pendek yang terbuat dari besi adamantium sebagai besi terkuat juga diimbuhi beberapa kristal mana yang bisa menyerap mana penggunanya sebagai pemerkuat dampak serangannya.

Kenapa pedang bukan tongkat sihir? Bagaimana pun walau aku bisa membuat sihir sendiri, aku tetaplah seorang Assassin, semuanya bergantung soal kecepatan dan kelincahan. Kali ini aku akan menfaatkan semua kemampuanku dengan benar supaya hasilnya tidak sama lagi.

"Nona ini bilah pedang pesanan nona, Tsunaga dan Ryuukichi."

"Terima kasih."

Biasanya aku tidak berekspresi apa pun, tetapi itulah yang membuat orang merasa diriku angkuh dan sebagainya. Maka dari itulah aku mencoba belajar tersenyum walau hatiku sebenarnya kacau, dan itu kulakukan juga kepada tukang pandai besi ini.

Semakin aku berpikir bahwa hidupku dalam bahaya, tingkat kewaspadaanku akan segalanya pun meningkat drastis. Tidak perlu latihan intensif, aku saja bahkan dalam tidurku bisa merasakan gerakan dari 100 meter dan suara derapan langkah kaki yang bahkan paling halus pun. Semuanya itu adalah bentuk dari latihanku.

Selesai tentang semua keperluanku dari mengambil bilah pedang sampai membeli obat herbal, aku langsung pulang dan meracik obat tidur untukku. Semuanya ini demi aku melakukan yang terbaik saatnya nanti ketika perang sudah dimulai.

"Sebelum itu aku cek komputer dulu deh siapa tahu aku sudah mendapatkan sinyal balasan."

Entah bagaimana aku bisa kembali walau mencari bantuan dari dunia asalku, tetapi semoga siapa pun yang mengetahuinya bisa menolongku dengan apa pun itu. Fakta yang kusembunyikan dari orang lain adalah aku tidak bisa menikmati hidupku sendiri.

Tidak perlu ada alasan jelas dan terperinci untuk hal itu, semuanya pun sudah terlihat bahwa aku adalah seorang yang maniak akan segalanya, termasuk kemenangan. Kemenangan dalam hidupku itu berarti. Tanpa kemenangan, kebebasan tidak akan kumiliki. Tanpa kemenangan, selamanya aku akan hidup terpenjara dalam fakta aku adalah pecundang yang kalah.

"Sudah kuduga masih belum ada. Tentu saja, kalau sudah ada pasti aku sudah mendapat peringatan dari headsetku ini."

Usai mengecek kondisi itu, aku langsung menuju kasurku untuk merebahkan diriku dengan seluruh tubuh yang terasa sangat lelah. Niatnya ingin merebahkan diri sejenak sebelum aku berganti baju dan tidur dengan benar, tetapi efek obatnya terlalu kuat dan cepat. Akhirnya aku terlelap saat itu juga dengan pakaian yang belum kuganti.

"7 Deadly Sins muncul!! Serangan akan segera datang."

Inilah yang aku benci. Di saat ketika aku mulai bisa tenang dan membuat diriku melakukan segalanya dengan perlahan tapi pasti, yang tidak kuinginkan itu datang. Aku yang sebenarnya masih dalam efek obat langsung terbangun dan bersiap-siap dengan cepat.

Selesai mempersiapkan segalanya, aku langsung terbang keluar dan menuju arahan dari para warga. Nampaknya mereka sudah terlihat dari jauh saat ada warga yang berjaga di benteng beberapa saat yang lalu. Dengan telepati berita itu langsung tersebar dengan cepat dan inilah hasilnya. Untung saja aku tidak panik dan menanggapi semua ini dengan benar.

"Semoga saja Kioku datang dan membantuku, ini terlalu berat masihan."

Sesampainya di benteng aku langsung mencari tahu kondisi terkini dari para penjaga. Kalau aku tidak tahu kondisi yang ada, bisa jadi aku salah mengambil tindakan dan mencari ceroboh nantinya dalam mengambil keputusan.

"Yang kami ketahui adalah alat pendeteksi yang nona Keena suruh buat itu menangkap ada suatu pergerakan bukan dari hewan atau monster, tetapi yang lain. Kami menduga bahwa itu 7 Deadly Sins yang kita tunggu."

"Aku mengerti, coba cek ulang sihir pelindung itu dan cek hal-hal lainnya selama masih sempat sebelum mereka mulai menyerang. Sementara itu akan memastikan kondisinya."

"Kami mengerti, berhati-hatilah nona."

Dengan terbang tinggi di angkasa bagaikan elang yang memandang sejauh mungkin, aku mencari apa yang dikatakan oleh para penjaga tentang alat yang kubuat memberikan sebuah sinyal dan dugaannya bukan hewan atau monster, tetapi 7 Deadly Sins.

Setelah mencari selama lima menit, benar saja aku menemukan mereka bertujuh dan para pasukannya. Aku tidak berani mendekat atau hal yang sama akan terjadi lagi. Yang bisa kulakukan adalah kembali ke benteng dan memberi tahu ratu Kioku tentang kondisi ini.

"Semuanya akan dimulai tidak lama lagi, semuanya bersiap!!"

"Hoo!!!"

Selagi tujuh orang dari 7 Deadly Sins itu datang menyerang dengan perlahan, ratu Kioku dan raja Koshiyu serta teman-teman mereka dan tiga anak raja Koshiyu dan ratu Kioku datang kemari. Dengan ini pasukan dari pihak kami sudah lengkap tidak kurang sedikit pun.

"Keena, bagaimana situasinya? Benarkah itu 7 Deadly Sins."

"Sedih aku mengakuinya, tetapi benar itu mereka. Namun aku merasa mereka bertingkah aneh."

"Kenapa? Apa mereka merencanakan sesuatu yang berbahaya dan tersembunyi?"

"Tidak, bukan itu. Aku berpikir sebenarnya mereka bisa menyerang kita lebih awal ketika kita masih mempersiapkan segalanya. Namun kenapa mereka memilih waktu di mana kita sudah siap segalanya dan itu baru saja selesai?"

Seolah-olah mereka mengetahui apa yang terjadi di dalam negara kerajaan ini tanpa perlu masuk ke dalamnya untuk mengecek. Kemungkinan besar yang bisa aku ketahui ada salah satu dari mereka atau mungkin lebih yang punya kemampuan pendeteksi jarak jauh.

Bukan pendeteksi saja kalau aku kira, mungkin ada dari mereka yang mempunyai mata ketiga entah dari mana yang bisa melihat juga telinga ketiga yang bisa menguping pembicaraan yang paling rahasia sekali pun. Ini semua terlalu aneh.

"Mungkin Keena terlalu banyak berpikir. Tenangkan dirimu saja. Tujuan kita adalah mengalahkan mereka dan mengakhiri segalanya."

"Biarkan aku berbicara dengan mereka sekali lagi kalau mereka tidak menyerang langsung."

Jujur aku rasa mereka sebenarnya tidak bermaksud buruk sepenuhnya. Samar-samar aku merasa bahwa mereka masih mempunyai perasaan sebagai manusia dan bersikap adil. Mungkin aku bisa saja membujuk mereka untuk tidak membantai kita dan balas dendam.

"Aku tidak yakin itu akan berhasil. Namun kalau Keena yang berencana seperti itu apa boleh buat. Kami akan lindungi dirimu dari belakang."

"Terima kasih."

Begitu mereka muncul di hadapan kami, mereka masih saja tenang dan tidak menyerang sama sekali. Bahkan mereka seolah tidak merasa bersalah atau apa pun itu. Dari situlah aku punya kesempatan untuk berbicara dengan mereka. Tanpa berlama-lama aku langsung turun dari benteng dan menemui mereka sekali lagi.

"Wah gadis kecil yang kemarin, tidak kuduga masih hidup dari seranganku."

"Hidup sih hidup, tetapi aku menderita selama beberapa bulan sampai kondisiku pulih seperti ini lagi. Sebenarnya apa niat kalian yang seutuhnya? Aku merasakan kalian itu sebenarnya masih punya sifat manusiawi dengan menunggu dan tidak menghabisi kami beberapa bulan lalu itu."

"…."

Daripada mereka tidak ada yang sama sekali menjawab pertanyaanku. Mereka hanya menatapku tanpa ada tekanan sama sekali. Kemungkinan besar mungkin aku benar bahwa mereka sebenarnya tidak ingin melakukan ini, hanya saja dendam mereka menekan mereka untuk melakukan semua ini.

Jujur aku memang suka game, apalagi tentang bertarung seperti game Albheit Online. Namun ini bukan tentang game lagi, ini soal kehidupan asli yang berujung hidup atau mati dalam sekali pilihan. Kalau memang damai masih bisa tercapai, itu adalah harapanku.

"Aku mungkin bisa menebak kenapa kalian terdiam. Jujur aku tidak mengharapkan perang di antara kita pecah. Aku tak ingin ada korban jiwa jatuh."

"Kau tidak mengerti kami gadis kecil. Semua yang kami alami tidak pernah kalian pedulikan. Apa kalian tahu bahwa kami dulu juga-"

"Hentikan itu Rick, jangan terbawa perasaan. Tujuan kita cuma satu, balas dendam dan menciptakan dunia baru untuk kita. Pembicaraan selesai, 7 Deadly Sin serang!!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C35
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login