Download App
82.35% SAUDADE

Chapter 14: Bab 14. Binta Harus Bahagia

"papa Binta sekarang dimana?"

"Hmm," Binta tidak tau ingin menjawab apa, sampai detik ini ia tidak tau Ayahnya berada dimana. Bahkan ia tidak tau apa Ayahnya masih mencarinya sekarang.

"Papa…, papa lagi kerja om," Ucapnya.

"Kalau Binta lebih dekat ke papa atau mama?. Kalau Gavina sih pasti sama papanya, iya kan Gav?," ucap papanya yang disambut dengan senyum dari Gavina.

"Kalau Binta biasanya lebih dekat sama papa om," balas Binta.

"Sama mama kamu gimana"tanya papa Gavina lagi yang membuat dia sedikit kesal dan dia tidak dapat menghindari kejadian saat ini. "Papa.., kok nanyain gitu sih ke Binta. Papa jangan kepo deh,"sela Gavina yang melihat raut wajah Binta sedikit berat menjawab pertanyaan dari papanya.

"Gak papa kok vin, santai aja kali, heheh"tukas Binta.

Terjadi keheningan di dalam kendaraan beroda empat itu, Binta yang pikirannya tidak tau kemana. Memikirakan papa, mama, Akala semua itu sedang dibahas didalam otak kecil Binta.

Tidak pernah wanita itu memiliki beban hidup seperti ini. Kalau dipikir-pikir dunia Binta berputar seratus delapan puluh derajat, dulu ia dimanja sekarang? Dibentak.

Hanya kata SABAR yang ada dalam hati Binta, semua akan kembali normal walaupun ia harus mejalani dulu bagaimana hari-hari tanpa kedua orangtuanya.

Ia tidak akan pulang sampai mamanya minta maaf kepadanya. Binta sangat naif untuk itu. Dimana sopan santun seorang anak yang mengemis orangtuanya untuk minta maaf ? Itulah Binta. Anak manja yang Keras Kepala. Sangat keras kepala.

***

Binta dan Gavina sudah sampai dirumah Gavina. Mereka langsung menaiki anak tangga dirumah tersebut.

Hari ini cuaca sangat dingin sampai menusuk ke dalam tulang Binta. Sangat cocok untuk mereka untuk mengobrol berdua.

"Oiya Ta, Fathur nyariin lo tadi. Katanya dia mau ke pesta ulang Tahun Akala berdua," Gavina mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ha? Nyariin gue?"

"iya Ta, lo gak ada janji kan ke dia buat ke party Akala berdua? Gue sama siapa nanti?," Gavina tidak terima jika harus ditinggalkan oleh Binta sendiri ke pesta Akala.

"Iya Vin, lo tau kan seberapa keselnya gue ke dia? Mana mau gue ke dia. Dan gue udah mulai curiga ke dia ada yang dia bakal lakuin ke gue," jelas Binta.

"Curiga?"

"iya, tapi gatau juga sih. Gue gak mau mikirin itu banget yang penting gue harus jaga jarak ke dia Vina," Binta mencoba untuk tidak berpikir jauh tentang Fathur.

"Bgaus sih, gak usah ladenin kuyang kayak dia,"

Binta tersenyum melihat kelakuan Gavina.

"Hmm, oiya Ta, BTW lo sedeket itu ya ke bokap lo?" tanya Binta mengalihkan pertanyaannya lagi. Ia begitu candu untuk mengobrol dengan Gavina.

"Iya, seperti apa yang lo lihat Ta, sejak mama gue ninggalin gue. Papa udah kayak jadi mama juga buat gue. Dulu mama sedeket itu sama gue. Mama dulu gak dibolehin kerja sama papa otomatis mama selalu ada buat gue. Hari-hari gue kayak indah banget gitu. Tapi sekarang mama udah gak ada. Hanya papa doang dan lo tau? Betapa bangganya gue sama papa gue yang bisa habisin waktu buat gue sambil kerja.," jelas Gavina

"Maaf ya Vin, gue jadi buat lo flasback lagi," binta tidak enak melihat Gavina.

"It's okay Ta. Sekarang gue juga kan udah ngerasa biasa aja sama keadaan. Yah gue dibuat dewasa sama keadaan lebih tepatnya, dan lo harus bersyukur Ta bokap sama nyokap lo masih bisa bareng lo. Lo beruntung banget punya orangtua yang lengkap,"lontar Gavina.

"Enggak," tegas Binta.

"Ha? Enggak? Kenapa lo?"

"papa sama mama gue gak senyaman yang lo pikirin. Tadi pagi mama ngebentak gue,"ungkap Binta.

"Yaampun Ta, orangtua ngebentak berarti mereka sayang banget sama lo. Jangan bilang lo gak sekolah karena dibentak sama papa mama lo,"

"Gak salah lagi,"pasrah Binta.

"Ya ampun Ta, lo kok segitunya sih? Harusnya lo jangan main kabur aja. Mungkin aja nyokap lo ada masalag atau apa gitu. Lo harus tau orangtua juga punya batas kesabaran. Siapa tau nyokap lo lagi ada masalah kerjaan kan bisa aja Ta," Gavina menjelaskan pelan-pelan kepada Binta. Ia sangat bingung dengan apa yang dilakukan Binta saat ini.

"Mama gak kerja kok, jadi mama dapat masalah darimana? Kan mama dirumah aja, gak mungkin dia ada masalah. Emang mama udah berubah aja ke gue," Ucap Binta kesal kepada Gavina yang sepertinya membela mama nya.

"Ta, lo gak tau apa yang terjadi sama nyokap lo, and see? Sekarang aja alasan orangtua lo marah aja, lo belum tau pasti."Gavina tau, seberapa keras kepalanya Binta. Walaupun dia baru kenal tapi sudah banyak tentangnya yang ia tau."Udahlah Ta, lo gak usah lari-larian gini dari nyokap lo, lo harus berani ambil keputusan, dan lo harus bisa nyelesain masalah lo sendiri. Umur lo sekarang udah 16 tahun. And i think you can do it by yourself."

Binta diam saja, benar kata Gavina. Di umurnya yang sekarang, seharusnya ia sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia harus mulai dewasa dan harus belajar mandiri. Bagaimanapun jalannya kedepan ia harus bisa jalani dengan dirinya.

"Trus lo jadikan ke ulang tahun Akala?," Gavina memecahkan keheningan di kamar yang cukup besar itu.

"Nggak, gue aja kayak gini. Gak mungkin gue pergi dengan lusuh kayak gini,"Binta menolak.

"Ta, make today the best day of your life, have fun for today babe," Gavina menarik tangan Binta untuk memilih baju yang akan mereka pilih.

Binta hanya mengikuti apa yang dilakukan Gavina. Ia hanya diam, seperti anak yang pikirannya sedang kosong.

Gavina mencoba untuk mengajak Binta mengobrol agar ia tidak diam saja.

"Ta, lo ngapain aja tadi gak sekolah? Lo di warteg tadi?," tanyanya

"hmm, iya. Gue disitu tadi juga ada Akala nemenin gue."

"Ha? Akala? Jadi lo bareng Akala? Bella dari tadi nyariin dia. Kalau dia tau, lo pasti abis deh Ta,"Gavina seperti kaget mendengarnya.

"Kenapa sih jadi nyalahin gue? Kan tadi gak sengaja ketemu Akala dan dia juga yang mau nemenin gue. Gue juga udah nyuruh dia kesekolah tapi dia tetep kekeh nemenin gue, Apaan sih Vin. Lo kok gini sih,"Binta melihat Gavina dengan kesal.

Dalam hati Gavina ia sudah berkata"Kenapa sih jadi marah ke gue, bawel banget jadi orang," Gavina sedikit kesal dengan Binta. Tapi ia mencoba sabar dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Gue pake yang ini gimana Ta, cantik ga?" tanya Gavina tiba-tiba menunjukkan gaun berwarna merah.

"Cantik kok, lo udah cantik tanpa gaun itu," cetus Binta.

"Kok gitu sih? Maksud lo gue gak pake baju gitu?."

"Nah, tuh pinter. Kan mata cowo-cowo bakal sama lo nanti. Melotot tuh mata semuanya," kekeh Binta, ia hanya bercanda yang dibalas dengan rengekan Gavina.

"Bintaaa, apaan sih gak gitu juga kali." Binta tertawa mendengar Gavina.

Gavina beranjak pergi ke ranjang tempat tidurnya dan mengambil ponselnya. Membuka grup whatsaap sekolahnya.

"Anjir, emang keterlaluan banget nih," ucap Gavina tiba-tiba kaget dengan pembahasan yang ada di grup whatsaap itu.

"Kenapa lo?" Tanya Binta yang terkejut dengan Gavina tiba-tiba.

"Ini Ta, Rangga. Rangga meninggal," Gavina sedikit getir mengungkapkannya. Tidak percaya dengan berita tersebut. Tapi ini nyata.

"Rangga siapa? Gue gak ngerti apa yang lo omongin," keluh Binta yang bingung dengan apa yang diucapakna Gavina.

"Rangga anak satu angkatam kita. Lo belum kenal dia sih. Dia meninggal karna kena bully. Pasti mental dia drop banget waktu itu. Dia itu baik banget. Tapi kena bully sama anak-anak," tutur Gavina yang sangat perihatin dengan nasib Rangga. Ia anak baik, sangat tragis kematiannya yang begitu cepat. Belum ada fakta yang bisa mengungkapkan dia mati karna di bully. Anak-anak satu sekolah belum ada yang bisa speak up untuk hal itu.

Bully menjadi salah satu kejadian yang marak, yang membuat anak-anak sekolah down dan menyebabkan bunuh diri dan hal-hal yang bisa menyakiti diri mereka sendiri.

***

"Yuk Ta, lo inget kan? This is your day. Today lo harus have fun pokonya. Binta harus happy, harus bahagia,"Gavina begitu bersemangat mengajak Binta hari ini.

Binta seperti tidak bahagia hari ini. Ahk iya, Binta hanya tidak ingin hatinya akan terkikis disana melihat Akala dan Bella. Ia suka kepada Akala? Ntahlah ia hanya posesif kepada Akala karna ia lebih dulu kenal Akala dibandingkan dengan Bella.

"Kita lupain masalah lo dulu, besok kita diskusiin lagi. Lo harus bahagia. Ketemu sama mama, papa Akala. Pasti mereka kangen lo," Gavina kembali menghibur Binta yang masih saja tidak mood.

"Ahk iya, lo bener,"Binta tersenyum miris.

Akhirnya, Binta dan Gavina pergi ke Acara ulang Tahun Akala. Sudah berapa lama ia di Jakarta dan belum pernah pergi ke pesta seperti ini lagi.

Ahk iya, benar kata Gavina hari ini harus bahagia.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C14
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login