Download App

Chapter 2: Netflix and Chill

AUTHOR'S POV

Anna terduduk di kursi samping kemudi mobil yang sedang dikendarai oleh Shawn. Musik Ariana Grande yang berjudul Almost is Never Enough pun diputar dengan cukup keras di dalam mobil. Gadis bermata hazel itu mulai menyanyikan part dari Ariana. Suara merdu pun dihasilkan dari mulut Anna. Sedari dulu Shawn sudah meminta Anna untuk ikut kontes menyanyi dikarenakan Anna memang memailiki bakat itu. Namun, gadis bermata hazel itu selalu menolak permintaan Shawn mentah-mentah. Alasannya karena ia tidak suka menjadi pusat perhatian.

Kali ini giliran Shawn yang menyanyikan bagian dari Nathan Skyes. Walaupun Shawn bukan penyanyi yang bagus, setidaknya suaranya tidak sumbang saat menciptakan sebuah nada. Shawn terlihat sangat menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya. Sampai-sampai lelaki berambut hitam itu memejamkan matanya.

Anna pun menoleh ke arah sahabatnya itu. Ia memandangi wajah Shawn. Dirinya tak pernah menyadari sebelumnya atau tepatnya sebelum satu tahun yang lalu. Bahwa Shawn yang dikenalnya sedari kecil itu sekarang sudah berubah. Bukan lagi anak kecil yang dulu dikenalnya. Ia sudah bertumbuh menjadi seorang lelaki dewasa.

Rahang tajam yang dimiliki Shawn serta garis tegas dari side-profile wajah lelaki itu membuat Anna terhipnotis untuk beberapa saat. Tak heran jika selama ini banyak wanita di sekeliling Shawn yang jatuh hati padanya. Namun, tak satu pun dari gadis-gadis itu secara resmi menjadi kekasih dari Shwan. Mereka hanyalah sebatas teman kencan bagi lelaki bermata coklat tua itu.

Mengapa aku harus jatuh cinta padamu, Shawn? Semuanya terasa lebih mudah sewaktu kita masih kecil, batin Anna bertanya-tanya.

Mobil yang dikendarai Shawn pun akhirnya berhenti di sebuah rumah. Anna dan Shawn turun dari mobil itu. Keduanya kemudian masuk ke dalam rumah itu. Rumah milik Shawn di dominasi warna putih dan memiliki kesan minimalis.

"Hi Jes!" ujar Anna menyapa Jessica, sepupu Shawn yang sudah sejak 6 tahun yang lalu tinggal di rumah Shawn.

Jessica seumuran dengan Anna dan Shawn. Kedua orang tua Jessica meninggal dalam kecelakaan mobil. Mereka pun meninggal seketika di tempat kejadian. Itulah mengapa sejak saat itu Jessica pindah dan tinggal bersama dengan Shawn.

"Hi Ann!" pekik Jessica. "Minggu ini, Sarah mengadakan pesta untuk malam tahun baru. Katanya pestanya akan sangat menakjubkan. Kamu ikut kan?"

Jessica terlihat sangat bersemangat sangat menjelaskan mengenai pesta tersebut. Gadis itu sampai-sampai meninggalkan pandangan dari handphone-nya dan melihat ke arah Shawn serta Anna.

Anna melengkungkan alis mata nya dan terkekeh.

"Oke. Kalian aja yang pergi. Aku akan menghabiskan waktuku di rumah, makan es krim sembari melihat The Vampire Diaries di Netflix, karena aku terlalu keren untuk pesta SMA yang menyedihkan itu," ujar Anna sambil mengibaskan rambutnya secara dramatis.

Jessica dan Shawn pun terkekeh mendengar jawaban dan tingkah dari Anna.

"Wah. Bener juga katamu. Aku sepertinya akan ikut Anna aja untuk Netflix and chill," ujar Shawn sembari berjalan menuju kulkas, mengambil satu kotak susu kemudian mengedipkan matanya ke arah Anna. Hal itu membuat gadis bermata hazel itu kaget.

Ya Tuhan, Anna! Shawn hanya bercanda, batin Anna mengingatkan dirinya sendiri.

Anna dapat dengan sadar merasakan bahwa wajahnya berubah menjadi kemerahan. Untunglah Shawn tidak menyadari hal itu.

"Ewh! Shawn! Masa langsung minum gitu sih?! Kena bibir lagi. Kalo ada yang mau minum gimana? Itu kan ada gelas di depan kamu," ujar Anna sambil melipat kedua tanganya di depan dada, seraya perasaan berdebar sebelumnya perlahan menghilang.

"Ya ampun! Kalian itu," ujar Jessica sambil terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

"Apa??" Anna bertanya sambil melihat dengan bingung ke arah Jessica kemudian ke arah Shawn yang terlihat sama bingungnya dengan dirinya.

"Gak apa-apa. Lupakan," ujar Jessica sambil memutar matanya lalu berjalan menuju ke kamarnya.

Anna dan Shawn pun saling melempar tatap satu dengan yang lain, bingung dengan maksud dari Jessica. Keduanya kemudian berjalan menuju kamar Shawn.

Kamar Shawn termasuk tertata dan rapih untuk seorang lelaki berumur delapan belas tahun. Semua barang-barang terlihat rapih di tempatnya masing-masing. Terkecuali beberapa potong pakaia yang terlihat tergeletak di berbagai sudut.

Anna pun kemudian duduk bersandar di kasur milik Shawn sambil mulai membuka buku-buku yang diperlukan keduanya untuk belajar bersama menjelang ujian. Sementara itu, Shawn terlihat masuk ke dalam kamar mandi.

"Kamu beneran gak bakal ikut pestanya?" tanya Shawn yang keluar dari dalam kamar mandi, tak mengenakan apapun selain celana pendek hitam yang melekat di tubuhnya.

Anna pun melongo dibuatnya. Rambut hitam Shawn terlihat berantakan, namun entah mengapa menambah kesan menarik pada lelaki itu. Mata Anna pun memandang Shawn dari bawah ke atas sampai akhirnya bertemu dengan mata coklat tua lelaki itu.

"Apa kau baru saja mengagumi tubuhku?" tanya Shawn dengan sombong sambil menyeringai.

"Apaan sih!" ujar Anna dengan nada bercanda sembari melempar bantal yang ada di dekatnya ke arah Shawn.

Shawn pun kemudian melemparkan tubuhnya ke kasur, dengan posisi terlentang menatap ke arah Anna yang masih belum menjawab pertanyaan pertama yang dilontarkan nya.

"Pake baju dulu, abru kita ngobrol," ujar Anna sambil melemparkan kaus terdekat yang dapat ditemukannya.

"Kenapa?? Gak kuat ya kamu?" Shawn menggoda Anna sambil menyeringai.

Anna pun secara sarkas pura-pura tertawa berusaha untuk menutupi yang sebenarnya. "HAHAHAHAH LUCU! UDAH CEPETAN PAKE!"

Shawn pun akhirnya mengenakan kaus yang sebelumnya dilempar oleh Anna.

"Jadi?" Shawn menaikkan salah satu alisnya menunggu jawaban Anna.

"Iya, aku beneran gak bakalan dateng."

"Yah.... Ayo dong, An...." Shawn memelas sembari memberikan tatapan permohonannya pada Anna.

Ya ampun, lucu banget sih Shawn! Pekik Anna dalam hati.

Anna pun dengan mantab menggelengkan kepalanya berusaha untuk menolak godaan untuk menyerah dan menuruti permintaan sahabat lelaki nya itu.

"Ayo dong... Kalo gak..." Shawn tak melanjutkan kalimatnya.

"Kalo gak apa?" Anna menantang Shawn dengan menatap langsung ke sepasang mata lelaki itu.

Tiba-tba saja dengan gerakan yang sangat cepat, Shawn mendekat ke arah Anna dan mulai menggelitiki gadis bermata hazel itu tanpa Ampun.

"Shawn, hen-hentikan," ujar Anna tersengal-sengal diantara tawanya.

Sampai akhirnya keduanya terjatuh ke lantai. Dengan posisi Shawn yang berada di atas Anna dan masih menggelitikinya terus menerus.

"Aku gak bakal berhenti sampai kamu bilang kalo kamu akan ikut," ujarnya sambil menyeringai.

-English Corner-

Side-profile = sesuatu yang dilihat dari samping.

Netflix and Chill => arti sebenarnya adalah menonton netflix sembari relaks. Namun untuk konotasi romantisme memiliki arti melakukan kegiatan seksual. Netflix and chill ini merupakan bahasa gaul yang dipakai oleh remaja ataupun orang dewasa di negara barat.


CREATORS' THOUGHTS
real_boo real_boo

Halo semua!!

Jangan lupa vote ya gengs! Oh iya gimana nih pendapat kalian tentang chapter ini? Kritik dan saran sangat dibutuhkan ya gengs. Thank you!!

Satu lagi, menurut kalian english corner ini bermanfaat gak?

Love,

-real_boo-

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login