Tien Jie dan Tien Lie nampak terkejut dan nyaris terlompat dari tempat duduknya ketika satu suara cukup berat dan berlogat asing memotong percakapan mereka.
Seorang lelaki yang kira-kira seusia dengan mereka berdua sudah berdiri dekat dengan meja tempat mereka duduk. Ada dua pedang terselip dipinggangnya, satu pedang panjang dan satu pedang pendek. Kedua-duanya berbentuk nyaris melengkung.
Baik Tien Jie dan Tien Lie merasa sedikti tersinggung ketika lelaki dihadapannya itu secara tidak sopan langsung memotong percakapan mereka secara tiba-tiba. Tetapi, melihat dari wajah lelaki itu nampak seperti orang asing, maka mereka berrdua masih menyangka baik, barangkali dia belum faham adat.
"Namaku Yutaka Shisido. Aku datang mencari orang yang bernama Luo Bai Wu," katanya dengan membungkuk memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan maksudnya.
Mendengar itu, Tien Jie dan Tien Lie sedikit terkesiap. Dalam hati mereka memiliki pertanyaan yang sama, ada urusan apa dengan Suro.
Mereka berdua saling pandang sejenak. Lalu kembali mengamati Yutaka Shisido.
"Maaf kalau saya bertanya, ada hubungan apa anda dengan orang yang bernama Luo Bai Wu?" Tien Jie mengajukan pertanyaan.
"Bolehkah saya ikut duduk?" Yutaka Shisido tak langsung menjawab.
Tien Jie langsung mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di bangku sebelahnya yang masih kosong.
"Maafkan saya kalau kurang sopan," katanya sambil mengambil tempat duduk.
Tien Lie langsung memberi isyarat pada pelayan untuk menambahkan sajian untuk lelaki asing yang baru datang.
"Anda belum menjawab pertanyaan saya," Tien Jie mengulangi pertanyaannya, "Ada urusan apa dengan orang yang bernama Luo Bai Wu."
Yutaka Shisido menarik nafas sebentar sambil sedikit menunduk, kemudian memandang bergantian pada dua kakak adik itu. Nampaknya ia ragu untuk menceritakan urusannya. Ini adalah tugas rahasia yang hanya bisa disampaikan pada orang-orang terkait.
Apalagi dua orang dihadapannya nampak seperti pendekar. Jika dua pendekar itu adalah kawan dari orang yang dicarinya, maka ia akan mendapat masalah.
"Sebelumnya, saya ingin tahu mengenai anda berdua. Saya tadi sudah memperkenalkan diri," ucap Yutaka Shisido.
Tien Lie dan Tien Jie tersenyum dan menyadari kalau sebelumnya mereka belum sempat memperkenalkan diri.
Tien Lie mengangkat tangannya sebagai bentuk penghormatan, "Namaku Tien Lie dan ini Tien Jie."
Ia mengatakannya sembari mengayunkan tangan ke arah Tien Jie.
Mendengar nama-nama yang disebutkan oleh Tien Lie membuat Yutaka sedikit tersentak, raut mukanya pun sedikit berubah. Tak disangka, mereka bertemu ditempat ini.
Yutaka Shisido bisa melihat, penampakan wajah keduanya seperti menahan rasa sakit, dan yang jelas dia bisa melihat ada rembesan darah di bahu kiri Tien Jie. Ia bisa menduga kalau luka itu diperoleh akibat pertarungan dengan Luo Bai Wu.
"Artinya, anda juga orang dari Perwira Chou?" kali ini gantian mereka berdua yang tersentak, untuk sesaat mereka saling pandang.
Dari isyarat mata Tien Jie maupun Tien Lie nampak kalau mereka mempunyai pertanyaan yang sama; Siapa orang ini? Mengapa bisa tahu kalau mereka adalah orang suruhan Perwira Chou. Jangan-jangan, lelaki dihadapannya juga orang yang diperintah oleh Perwira Chou untuk menangkap Suro.
Masalahnya, Perwira Chou pernah mengatakan akan terus mengirim banyak pendekar untuk memburu Suro jika usaha orang-orang sebelumnya gagal melaksanakan apa yang diperintahnya.
"Lalu, apakah anda juga?" kali ini Tien Jie bertanya balik.
Si lelaki itu menunduk, "Ya!"
Tien Jie dan Tien Lie nampaknya tak berani mengakui kalau mereka sudah tidak lagi mengikuti perintah Chou Liang atau Perwira Chou. Mereka sadar resikonya jika mengatakan hal tersebut, bukan karena takut, tetapi kondisi mereka yang dalam keadaan terluka tidak memungkinkan untuk melakukan pertarungan.
Lagi pula, sampai sejauh mana kekuatan beladiri Yutaka Shisido, mereka tidak tahu. Hanya dari penampakan, lelaki itu bukanlah pendekar sembarangan.
Lebih baik, untuk sementara ini mereka mengatakannya dengan bahasa diplomatis.
"Ya," Tien Lie menjawab, "Kami diperintahkan oleh Perwira Chou menangkap Luo Bai Wu!"
Yutaka Shisido tersenyum mendengarnya.
"Tampaknya ilmu beladiri Luo Bai Wu sangat tinggi," kentara sekali kalau Yutaka Shisido mengatakannya dengan sangat hati-hati.
Jika ingin merendahkan dua orang dihadapannya, bisa saja ia mengatakan; - Oh, ternyata kalian gagal! -, tentunya akan menimbulkan gesekan pada dua orang pendekar itu.
Pendekar Api dan Angin rupanya merasakan kalimat orang didepannya begitu sopan dan rendah hati. Hatinya sedikit merasa lebih tenang.
"Maaf jika perkataanku terdengar menyinggung," Yutaka Shisido kembali berkata, "Apakah aku tidak salah dengar, kalian tadi memuji-muji Luo Bai Wu. Sudilah kiranya kalau anda berdua bisa mengatakan secara jujur. Sebab, aku tidak tahu siapa orang yang akan kuhadapi ini."
Baik Tien Lie mau pun Tien Jie langsung menatap tajam wajah Yutaka Shisido. Orang ini tidak tampak sebagai lelaki yang jahat. Raut mukanya seperti orang yang tidak bersemangat menjalankan suatu tugas, dalam arti, melaksanakan setengah hati.
Untuk bertanya langsung, mereka harus berhati-hati. Takut kalau orang itu berniat menjebak mereka.
Yutaka Shisido seperti bisa memahami kegelisahan Tien Jie dan Tien Lie. Mereka seperti curiga padanya. Ia bisa melihat, kondisi Tien Jie dan Tien Lie seperti kondisi orang yang sudah bertobat setelah mengalami kekalahan setelah bertarung melawan Suro.
"Baiklah," Yutaka Shisido nampak berusaha menghilangkan rasa curiga kedua pendekar itu, "Sejujurnya, aku adalah orang asing yang terdampar di negeri ini. Waktu itu Perwira Chou menganggapku sebagai penjahat berbahaya dan akan menangkapku. Tetapi dia membiarkan diriku hidup dengan catatan aku bersedia membantunya sewaktu-waktu jika ia memerlukan. Aku menyanggupinya tetapi selalu berusaha menyepi dan bersembunyi ditempat terpencil untuk menghindarinya."
Dua bersaudara itu nampak menarik nafas lega, dari senyumnya terlihat lebih bersahabat.
"Mengapa tidak menolaknya saja?" Tien Jie bertanya.
"Sebab...." Yutaka Shisido menarik nafas panjang, wajahnya langsung menunjukkan kegelisahan.
Cukup lama ia berdiam dan Pendekar pedang Api dan Angin masih cukup sabar menunggu jawaban dari Yutaka Shisido.
"Mereka mengancam anak dan isteriku!" jawabnya kemudian.
Mendengar itu, untuk pertama kalinya Tien Jie dan Tien Lie merasa turut berempati sebagai seorang manusia. Rasa kasihan terpancar dari wajahnya ketika mereka berdua menghela nafas.
Beginikah rasanya menjadi manusia? Barangkali demikian batin mereka berkata.
Selama ia bergumul dengan kejahatan, yang ada dalam hati mereka adalah rasa belas kasih pada lawan-lawannya. Tak perduli anak kecil maupun orang dewasa, lelaki ataupun perempuan. Semuanya sama.
"Kami bisa merasakan kalau tuan itu orang yang baik," Tien Lie langsung bersuara, "Yang perlu anda ketahui pula, bahwa lawan anda pun adalah orang yang baik. Ilmunya juga tinggi, dan itu terbukti ia telah mengalahkan kami hingga kami terluka seperti ini. Nasib baik ia mengampuni kami dan memberi kesempatan pada kami untuk bertobat."
Tien Lie mengatakannya secara jujur sambil menunjukkan luka dibahunya. Ia tak berfikir lagi akan diremehkan karena mengaku telah kalah menghadapi Suro.
"Kami menyarankan, agar tuan mengurungkan niat untuk melawan pendekar Luo," Tien Jie menambahkan kalimat sekaligus memberi saran.
Yutaka Shisido kembali menarik nafas, wajahnya masih terlihat gelisah dan tak tenang.
"Jauh dalam lubuk hatiku, aku menginginkan kehidupan yang damai bersama anak dan isteriku. Nyatanya saat ini mereka dalam keadaan terancam jika aku tidak melaksanakan tugas ini," ucapnya dengan nada putus asa.
Yutaka Shisido lebih seperti orang yang mencurahkan permasalahan yang dihadapinya.
Tien Lie dan Tien Jie terdiam. Mereka sebenarnya juga dalam keadaan bahaya jika perwira Chou tahu kegagalan mereka menangkap utau membunuh Suro. Tetapi, sisi kemanusiaannya sudah bersemi bagai rumput ditanah yang gersang dan tandus. Rasa takut mati yang semula mereka rasakan ketika menjadi penjahat kini lenyap berubah menjadi rasa berani saat membela kebenaran.
Dalam diamnya itu, mereka sebenarnya sedang memikirkan masalah yang dihadapi oleh Yutaka Shisido.
"Kami akan membantu menyelamatkan anak dan isterimu," lanjut Tien Jie, "Keluarga anda biasanya dijaga oleh pendekar-pendekar kelas teri, dan itu bukan ancaman buat kami."
"Kecuali jika Chou Liang sendiri yang menjaganya. Pasti akan sangat susah. Kita berdua tak akan bisa mengalahkan Perwira Chou yang sekarang ini. Dia sudah meningkatkan kemampuannya dengan mempelajari beladiri yang langka di Lembah Awan Perak," Tien Lie mengatakan itu pada Tien Jie, sekedar mengingatkan kalau Perwira Chou yang dulu berbeda dengan yang sekarang.
Tien Jie tersenyum pada Tien Lie, kemudian mengalihkan pandangannya pada Yutaka Shisido.
"Kecuali, ...." Tien Jie memberi jeda pada kalimatnya yang membuat kedua lelaki itu seperti menunggu, "Tuan Yutaka Shisido tetap pergi mencari pendekar Luo, tetapi bukan untuk menangkapnya, melainkan meminta bantuannya. Karena hanya dia yang kurasa bisa menghadapi Chou Liang!"
Tien Lie langsung menjentikkan jarinya, seiring dengan raut wajahnya yang berubah senang. Ia menyambut ide Tien Jie yang tak terfikirkan olehnya.
Yutaka Shisido terlihat tersenyum, kegelisahan perlahan sirna dari wajahnya mendengar kalau dua orang penjahat yang telah bertobat itu bersedia membantunya.
Tetapi tak lama, helaan nafas panjang terdengar.
"Masalahnya, dimana aku harus mencari pendekar Luo sekarang?" Yutaka Shisido bertanya.
Tampaknya, mereka baru menyadari apa yang dikatakan Yutaka Shisido. Baik Tien Jie maupun Tien Lie juga tidak mengetahui keberadaan Suro sekarang.
"Yang jelas, arah perjalanan Luo Bai Wu adalah ke arah pelabuhan. Ia akan bermaksud kembali kenegerinya di Jawa. Hanya saja, apakah ia masih berada di ibukota atau sudah dalam perjalanan ke sana," Tien Jie berkata.
"Melihat kondisi ketua Organisasi Bayangan Merah dalam keadaan terluka parah malam itu, sepertinya pendekar Luo tidak akan langsung pergi, melainkan pasti merawat mereka terlebih dahulu. Paling cepat pagi atau siang hari tadi jika kondisi ketua mereka membaik atau besok paginya jika situasi dan kondisi mereka masih perlu perawatan," Tien Lie menambahkan.
Yutaka Shisido termenung sejenak. Informasi yang ia peroleh dari prajurit Perwira Chou juga mengatakan hal yang sama. Tetapi apa yang disampaikan oleh Tien Lie tadi menambah kejelasan masalah waktunya.
Jika Suro berangkat pagi atau siang hari tadi, artinya ia mungkin masih bisa mengejarnya dengan berkuda tanpa istirahat. Jika keesokan harinya, pasti perjalanan Suro akan melewati rumah makan ini.
Lelaki itu kemudian mengangkat kepalanya sambil memandang Tien Jie dan Tien Lie bergantian.
"Lebih baik aku akan segera pergi ke pelabuhan. Jika beruntung, aku bisa mengejarnya sampai di sana. Jika ternyata tidak bertemu, berarti ia masih dalam perjalanan," katanya bersemangat.
Pendekar Api dan Angin tersenyum, seperti ada rasa puas terpancar dari wajah mereka bisa membantu lelaki itu.
"Setelah selesai makan, kita akan berpisah. Kami akan menuju ke tempat tinggalmu, dan mencoba untuk mengawasi dan menyelamatkan anak isterimu jika suatu saat ada mata-mata yang melaporkan anda melalaikan tugas kepada Perwira Chou," ucap Tien Lie.
Yutaka Shisido mengangguk. Ia merasa senang dan terharu.
Tak lama, hidangan pun tersedia dihadapan mereka.
"Perjalanan kita cukup panjang," Tien Jie berkata, "Lebih baik kita makan malam dulu dan beristirahat sebentar sebelum berpisah."
Yutaka Shisido kembali mengangguk. Kemudian ia berdiri dan membungkukkan badannya.
"Saya mengucapkan banyak terima kasih pada anda berdua. Beban saya seolah menguap bagaikan asap," katanya.
Buru-buru, Tien Jie dan Tien Lie sama-sama mengangkat tangan membalas penghormatan dari Yutaka Shisido.
"Pendekar Luo Bai Wu sangat mudah dikenali, karena wajahnya yang asing. Kalau kebiasaannya tidak berubah, Luo Bai Wu menggunakan kain panjang berwarna hitam untuk menutupi kepalanya. Kalau anda bertemu orang dengan ciri seperti ini, dan untuk pertama kali dia langsung menyapa dengan senyuman, maka itulah dia!" Tien Jie menjelaskan ciri-ciri Suro yang diingatnya.
Mendengar kembali penjelasan dari Tien Jie, Yutaka Shisido merenung sejenak, ia seperti mencoba untuk menyimpan kalimat lelaki itu dalam kepalanya.
Sekali lagi ia langsung mengangguk sambil tersenyum.