Download App

Chapter 59: Tidak Ada Pilihan Lain Selain Tinggal Bersama (5)

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ji Anning menggertakkan gigi dan melihat Yang Danning dengan tatapan tajam, ia benar-benar bingung harus memberikan respon apa padanya.

Bisa dikatakan, Ji Anning masih tidak ingin dilihat rendah oleh Ji Chicheng, dan ingin tetap memiliki harga diri ketika berada di depannya.

Huff, setiap orang memang punya tingkat kesombongan dan gengsi tersendiri.

Mau pergi ke sana, ya pergi saja lah, Ji Anning berpikir paling-paling biaya makan menghabiskan paling banyak setara dengan satu bulan untuk biaya hidupnya. Ia cukup mengambil beberapa kali pekerjaan pemeran pengganti yang tingkatnya lebih sulit untuk menutupi pengeluarannya.

Untuk menuju ke Ronghui Plaza, harus melewati dua pemberhentian bus dari Universitas T. Tempat itu baru dibuka tahun lalu, tempatnya tidak terlalu mewah, tetapi kisaran harganya juga tidak rendah. Ketika dibuka, banyak nama-nama besar yang diundang, termasuk Wan Yue'er.

Setelah masuk ke dalam mobil, Ji Anning membuka tasnya untuk memastikan bahwa kartu bank yang satu-satunya ia punya tidak tertinggal. Jika tidak, ia akan malu jika tidak punya uang untuk membayar tagihan makanannya nanti.

Mereka semua naik mobil Ji Chicheng untuk pergi ke sana, sesampainya di sana mobilnya diparkir di tempat parkir bawah tanah Ronghui Plaza.

Setelah turun dari mobil, Untuk memberi Yang Danning dan Ji Chicheng kesempatan untuk berdua. Ji Anning dengan sengaja mempercepat langkah dan berjalan lebih jauh dua langkah di depan, lalu masuk berjalan ke arah pintu masuk tangga.

Ada dinding kaca di mana-mana, Ji Anning berjalan ke satu sisi pintu kaca kemudian berhenti.

Pintu kaca tidak merespons. Dia mengerutkan kening dan menghentakan kakinya dengan keras untuk mencapai sensor. Namun pintu masih tidak merespons.

Ia menghentakan kakinya lagi dengan jengkel.

"Hahaha…"

Tiba-tiba, Suara Yang Danning yang mengejeknya datang dari belakang, "Ji Anning, kamu bodoh sekali sih... itu pintu yang ditarik dengan tangan. Kamu menghentakan kakimu sampai patah juga pintu tidak akan terbuka."

Ji Anning mendengar kata-kata itu dan melihat ke pintu dengan hati-hati. Pegangan pada dua pintu kaca sangat jelas, dan wajah kecilnya seketika langsung memerah sampai ke akar telinganya.

huff, bukankah mall sejenis ini semuanya memiliki pintu geser otomatis?

Ji Anning yang merupakan murid teladan bahkan membuat kesalahan tingkat rendah seperti ini, dan pria yang di sana adalah musuh bebuyutannya.

Ji Anning berpikir sejenak, kemudian ia pun menoleh dan menggertakkan giginya sambil diam-diam menatap Ji Chicheng. Tanpa disangka Ji Chicheng juga menatapnya, dan matanya yang hitam pekat sepertinya sedang… tertawa?

Dan sudut mulutnya, juga sedikit melengkung, seperti tersenyum tapi sebenarnya ia juga tidak sedang tersenyum.

Apakah ia juga sedang mengejeknya?

Ji Anning merasa malu dan kesal, akhirnya ia pun mengalihkan pandangannya. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, dan masuk dengan langkah kaki yang kesal, kakinya melangkah lebih cepat dari sebelumnya. Ketika ia naik tangga, Ji Chicheng dan Yang Danning juga mengikutinya naik tangga dari belakang.

"Anning memang mempunyai prestasi akademis yang bagus. Namun dalam kehidupan sehari-hari ia sering melakukan hal yang bodoh seperti ini."

Yang Danning menggunakan kecerobohan Ji Anning untuk menemukan topik obrolan dengan Ji Chicheng.

Yang Danning berkata sambil mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Ji Anning yang sedang menunggu mereka di atas.

Ji Chicheng mengatupkan bibirnya dan ia pun tersenyum. Senyumannya itu memiliki arti tersembunyi.

Setelah Ji Anning melihat sekeliling di lantai tempatnya berada saat ini, ia memandang Ji Chicheng dan Yang Danning untuk melihat sudah sampai mana mereka.

Ji Anning kebetulan melihat senyuman yang berbeda di kedua wajah mereka. Di sisi lain mereka berdua juga sedang memandangnya sambil tersenyum.

Yang Danning kejam!

Mereka ternyata masih mengejek Ji Anning??

Pria sombong itu selalu memandang rendah dan menertawakannya, lupakan kalau Ji Chicheng mengejeknya. Karena sudah terlalu sering, namun saat ini Yang Danning juga ikut mengejeknya.

Teman yang jahat! Setelah terlihat kedoknya langsung lupa diri!

Ji Anning kesal dan memutuskan untuk pergi lebih dulu ke restoran sendirian.

Ia melihat ke arahnya, tadi Yang Danning mengatakan bahwa tempatnya berada di gerbang timur, sehingga ia pergi ke arah timur.

*Dor!*

Aktivitas apa yang sedang diadakan di pintu masuk mall. Begitu memasuki pintu, Ji Anning yang sudah tidak tertarik untuk memperhatikan sekitarnya. Tiba-tiba, ia mendengar suara tembakan yang membuatnya kaget. Seketika ia langsung menghentikan langkahnya.

"Wow, pria ini sangat hebat."

"Dia bisa mengenai 17 sasaran sekaligus, bahkan yang kecil itu saja juga kena, ini terlalu hebat."

Sorakan yang datang dari kerumunan penonton.

Ji Anning pun menjadi penasaran, ia berusaha melihat lebih jauh. Saat itu tidak banyak orang yang melihatnya, sehingga ia bisa melihat ke dalam. Namun tiba-tiba seorang anak laki-laki yang berbadan tinggi dan kurus, mengenakan jaket, punggungnya menghadap ke kerumunan, berdiri di depan mesin permainan menembak, dan terlihat sedikit membungkukan badan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C59
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login