Download App

Chapter 2: Terima Kasih?

'Mungkin aku tidak tau siapa kamu. Tapi dengan apa yang kau lakukan hari ini, aku hanya bisa berterimakasih.'

💎💎💎

Setelah gadis itu terbangun dari tidurnya. Daffa juga menepati omongannya. Dia mengajak Alicia pergi ke taman.

Baru kali ini Alicia bisa lepas dari segala hal. Dia lepas dari tugas-tugas yang ia dapatkan di sekolah.

"Ternyata... Wakil ketua PMR bisa sakit juga ya."

Alicia menengok ke arah Daffa. Dia menyengir.

"Gausa nyengir lo. Sakit apa sih sampe harus di rumah sakit gini?"

"Emm... Ada lah ya. Intinya ini masih rahasia gue. Btw, gue kenapa ga suka ya bunga itu ditaro disitu?"

"Lah? Emang kenapa?"

"Kan bunganya bisa ditaro di pojok taman aja, kalo kayak gitu kan nutupin pemandangan."

Daffa hanya berdecak. Dia tau jika gadisnya ini sangat ingin terlihat rapi. Dia tidak akan suka jika ada sesuatu yang janggal.

"Yaudah, mending lo bilang ke pihak rumah sakitnya biar bunga nya dipindah ke pojok taman."

💎💎💎

3 days later....

Hari ini Alicia sudah mulai berangkat sekolah lagi. Tapi kali ini ada yang berbeda. Hari ini dia diantar oleh Daffa. Sebenarnya dia tidak tau jika akan dijemput oleh Daffa, tapi ketika dia turun dari kamarnya, dia sudah melihat Daffa dan abangnya di meja makan.

Tetapi tetap, tipe-tipe seperti Alicia. Dia bukan perempuan yang mudah baper. Dia hanya menganggap Daffa menjemputnya karena dia masih sakit dan mungkin karena Daffa adalah sahabat masa kecilnya.

Alicia hanya tersenyum kecil. Dia bergegas menuju ke meja makan dan duduk di kursinya.

"Kalian satu kelas kan?" Ucap Jevin.

"Iya bang, kenapa?"

"Daff, abang titip Cia ya. Kalo dia kenapa-kenapa kamu telpon abang aja."

"Ih abang...aku tu bukan anak kecil lagi!"

"Iya emang bukan anak kecil lagi. Tapi kamu belom bisa jaga diri, Cia. Makannya abang titipin kamu ke Daffa. Intinya abang mau kamu sehat dulu. Ntar kalo kamu udah bener-bener sembuh, baru abang bebasin lagi."

Alicia hanya mendengus mendengarkan ucapan abangnya. Dia cepat-cepat mengahabiskan sarapannya, dia langsung mengambil tasnya dan pergi ke depan.

Jevin dan Daffa yang melihatnya hanya bisa tertawa kecil. Jevin tau jika Daffa sedang ada rasa pada adiknya. Dia hanya membantu mendekatkan Daffa dengan adiknya itu.

Daffa membawa motor laki-lakinya. Bahkan Alicia yang memakai rok pendek pun kesusahan untuk menaikinya.

"Daff, gue gabisa naiknya Daff."

"Sini gue bantuin. Pegang tangan gue."

"Alah lo cuma modus kan."

"Lo mau dibantuin apa nggak? Apa gue tinggal nih."

Alicia hanya memutar bola matanya. Dia mendengus. Dengan terpaksa dia berpegangan pada tangan Daffa untuk menaiki motornya.

"Pegangan yang kenceng, gue bakal ngebut."

"Daff, lo gausah aneh-aneh! Ntar gue jatoh!"

"Pegangannn."

Daffa langsung melajukan mobilnya dengan kencang. Meninggalkan pekarangan rumah Alicia.

Alicia yang berada di belakang Daffa hanya memejamkan mata sambil berpegangan erat pada pinggang Daffa.

Daffa hanya melihat gadisnya dari kaca spion.

"Lo buka mata lo Cia."

"Gamau."

"Tapi gue paksa lo. Lo harus buka mata lo."

Pelan-pelan Alicia membuka matanya. Ini pertama kali di hidupnya dia menaiki motor, dari dulu Alicia tidak pernah dibolehkan untuk naik motor.

Sudut bibir Alicia mengembang. Kakinya tidak lagi se kaku tadi. Bahkan dia melepaskan pegangannya pada Daffa.

"Gimana? Suka kan?"

"Besok lo jemput gue lagi ya Daff, gue mau naik motor."

"Oke."

Setelah beberapa lama melewati jalanan Jakarta, mereka sampai di sekolah. Alicia tetap meminta bantuan pada Daffa agar dia bisa turun. Bahkan Daffa juga membukakan helm Alicia.

Tentu hal ini membuat beberapa murid heran dengan ke akraban Alicia dan Daffa. Alicia yang biasanya tidak mau dekat dengan laki-laki, sekarang menjadi dekat dengan Daffa. Dan banyak murid yang berfikir jika mereka berpacaran.

"Masuk kelas yuk."

Daffa menganggukan kepalanya. Dia berjalan di belakang Alicia. Dia tersenyum karena bisa melihat Alicianya masuk ke sekolah lagi.

Sesampainya di kelas, Alicia langsung membaca novel yang selalu ia bawa. Hari ini dia membawa novel yang belum pernah ia baca. Novel 0 km karya Maharani Aditya.

Tapi belum saja ia baca 10 halaman dari novel tersebut, sudah ada pengumuman yang disampaikan dari speaker kelas bahwa sebentar lagi akan dilaksanakan upacara dan para petugas upacara dan petugas PMR yang berjaga disuruh untuk bersiap di lapangan.

Alicia langsung menutup novelnya.

"Lo yakin mau jaga hari ini?" Tanya Daffa.

"Iya, kenapa?"

"Kalo lo ga sanggup, mending lo di kelas aja."

"Daff, gue bukan cewe lemah. Gue masih bisa kok jaga. Lagipula kalo gue sakit pun, ada anak PMR yang jaga kan?"

"Oke, tapi jangan paksa diri lo."

Alicia mengangguk.

Dia mengenakan topi abu-abunya. Dia terlebih dulu menuju ke UKS untuk mengambil pita biru yang menandakan jika ia adalah anggota PMR. Jadi anak-anak tidak perlu bingung menemukan anggota PMR.

Setelah selesai, dia langsung menuju ke lapangan. Tentu masih banyak anak-anak yang melihat ke arahnya. Banyak anak yang berbisik kenapa tadi pagi dia berangkat dengan Daffa, sang ketua paskibra. Tapi Alicia tidak pernah mendengar apa yang mereka katakan. Dia selalu punya prinsip bahwa dia tidak harus mendengar apa yang orang lain katakan tentangnya.

Semua anak-anak PMR berjaga di belakang setiap kelas. Dan kali ini Alicia kebagian untuk berjaga di belakang anak 12 IPA 3.

Teman-temannya sudah menawarkan untuk bertukar posisi dengannya. Karena di belakang kelas tersebut adalah bagian dimana selalu terkena terik matahari. Tapi Alicia tetap kekeuh untuk berjaga disana. Alicia tidak mau dipandang lemah oleh teman-temannya.

Selama kegiatan upacara berlangsung tidak ada hal yang terjadi pada Alicia. Tetapi, saat amanat dibacakan oleh pembina upacara. Keluar darah segar dari hidung Alicia, yang tentu saja membuat bajunya sedikit terkena darah. Dia cepat-cepat mengeluarkan tisu dari kantong roknya.

Ada seorang kakak kelasnya yang melihat. Dia langsung berjalan menuju Alicia dan seketika itu juga pandangan gadis itu menggelap.

💎💎💎

Alicia terbangun dari pingsannya. Dia bangun dari posisi tidurnya. Dia sadar jika sekarang dia berada di UKS. Dia tak tau siapa yang membawanya kesini. Dia turun dari ranjang, tetapi keseimbangannya belum benar, sehingga dia hampir saja jatuh. Kalau saja tak ada seseorang yang memeganginya, dia sekarang sudah tersungkur di lantai.

"Kalo lo belum merasa sehat. Jangan sok-sok an."

Baru sekali ini ada seseorang yang berkata hal demikian padanya. Dia hanya tersenyum kecut.

"Gue tau lo sakit, dan lo ga seharusnya maksain diri lo kayak gini."

"Aku belum pernah kenal kakak. Kakak siapa?"

"Lo ga perlu tau siapa gue. Mending lo sekarang minum teh yang udah gue buat. Terus lo tidur. Nanti biar gue yang sampein ke wali kelas lo kalo lo sakit. Lo kelas 11 IPA 2 kan?"

"I-iya Kak. Makasih ya Kak."

"Yauda, gue tinggal dulu."

Laki-laki itu pergi meninggalkan Alicia sendiri di dalam UKS. Baru pertama kalinya dia melihat laki-laki itu. Dan kenapa dia harus bersikap baik pada Alicia?

Jam 3 sore ini Alicia ada latihan tari jawa. Dia harus datang, karena 2 minggu lagi dia harus ada lomba.

Setelah cukup beristirahat, dia akhirnya menuju ke aula atas untuk latihan. Semua teman-temannya sudah menunggu disana. Mereka tergabung dari anak-anak yang terpilih dari seleksi. Ada 4 anak yang ikut, dan kebetulan semuanya adalah teman dekat Alicia. Ada Giska, Femmy, dan Alica. Ketika Alicia datang, mereka langsung menuju ke arah Alicia. Tapi tidak dengan Alea. Dia lebih memilih untuk tetap duduk dan memainkan handphonenya.

"Alicia, lo gapapa kan? Lo masih sakit? Kalo sakit kenapa ga izin dulu hari ini sama mbak Desy?" Tanya Femmy.

"Iya Al, kalo lo sakit lo bisa izin, jadi lo bisa istirahat dulu." Ujar Giska.

"Alah, cuma mimisan aja sih lebay amat." Kata Alea ketus.

"Lea, lo bisa ga sih ga kayak gitu! Alicia tu masih sakit. Lo mau kalo lo sakit digituin?" Balas Giska.

"Udah-udah, mending sekarang kita latian ya. Jangan buang waktu buat debat ga penting."

Mereka segera bersiap, melepas sepatu dan kaos kaki mereka. Mereka juga mengambil selendang dengan warna yang senada. Mereka menarikan tarian yang berasal dari Jawa Tengah yaitu lenggasor.

Sebenarnya Alicia juga tidak menyangka bahwa dia akan lolos seleksi, namun ternyata dia bisa lolos.

Tak berselang lama, pelatih mereka pun datang. Pelatih mereka sesekali membetulkan gerakan mereka yang kurang maksimal. Bahkan mereka juga beberapa kali mengulangi gerakan mereka dari awal.

💎💎💎

Setelah latihan mereka usai, Alicia pun langsung mencari angkutan umum di depan sekolah. Percuma jika hari ini dia mencari Daffa. Daffa tidak ada latihan hari ini, pasti dia tidak ada di lapangan.

Teman-teman nya sudah pulang lebih dulu. Sekarang tinggal beberapa anak extra mading yang masih di sekolah. Mereka masih menyusun mading untuk lomba minggu depan.

Sedangkan anak extra mading juga tidak ada yang Alicia kenal. Dia sudah menunggu di depan sekolah lebih dari 30 menit.

Dia memutuskan untuk menelpon abangnya.

"Halo bang, jemput Cia ya."

"Gabisa Cia, abang ada kelas sampe malem."

"Yah bang... Tapi di sekolah udah sepi. Alicia juga udah nunggu angkutan buat pulang, tapi jam segini udah nggak ada."

"Yaudah kamu naik taksi ke kampus abang aja, nanti abang yang bayarin."

"Yaudah Cia cari taksi dulu."

Cia memutus sambungan telfonnya dengan sedikit kesal, bahkan handphonenya juga hampir dia banting, jika dia tidak mengingat di handphonenya banyak hal-hal yang penting, dia akan membanting handphonenya sekarang juga.

Tiba-tiba dari belakang ada motor yang mengklakson dirinya. Dia langsung menghadap ke belakang,

"Kalo naik motor yang bener bisa gak sih? Ini tu sekolah, gausah main klakson gitu aja!" Alicia langsung memarahi pengguna motor itu tanpa melihat siapa yang dia marahi.

Dan dia terkejut ketika melihat kakak kelasnya yang tadi menolongnya.

"Ma-aaf kak." Alicia menundukkan kepalanya.

Kakak kelas itu turun dari motornya dan menyangga motornya dengan standar.

Dia berjalan ke arah Alicia.

Alicia yang masih menunduk langsung terkejut ketika mengetahui kakak kelasnya sekarang berada di depannya. Benar-benar dekat dengannya.

"Lo ngapain masih disini?"

"Nunggu taksi, kak."

"Bareng gue aja. Kebetulan gue tau rumah kita searah, lagipula rumah kita cuma beda komplek. Ayok bareng gue."

"Gausah kak. Saya bisa pulang sendiri."

"Lo mau nunggu sampe maghrib pun ga akan ada taksi disini. Lo tau sekolah kita tu besar tapi terpencil, ga akan ada angkutan jam segini."

Alicia sadar itu. Hanya saja dia merasa tak enak hati. Tadi pagi kakak kelasnya sudah menolongnya. Tapi dia malah memarahinya barusan.

"Udah gausah sok ga enak. Ayok pulang, gue gamau liat ada kejadian macem-macem disini. Lo tau kan disini banyak preman? Emang lo mau kalo diculik? Apalagi lo cantik dan kelihatan orang kaya."

Alicia menggeleng.

"Makannya udah ayok gue anter."

Laki-laki itu berjalan masuk ke sekolah, Alicia masih bertahan berdiri disitu.

Tak lama kemudian dia keluar dari sekolah sambil membawa helm di tangannya.

Alicia membelalakkan matanya.

'Darimana dia dapat helm itu?' batinnya.

Laki-laki itu menyerahkan helmnya pada Alicia.

"Udah tenang aja, ini helm punya gue. Gue selalu nyimpen helm ini dia loker gue. Ga perlu takut kotor, ini bersih kok"

Alicia masih berfikir panjang untuk menerima tawaran dari kakak kelasnya. Tapi kakak kelasnya sudah tidak sabar, dia langsung memakaikan helmnya pada Alicia. Dan menarik Alicia naik ke motornya. Dia membantu Alicia menaiki motornya, karena motornya yang notabene motor laki-laki yang pasti Alicia tidak bisa menaikinya karena rok pendeknya.

Alicia terus-terusan berfikir, sebenarnya siapa kakak kelasnya? Kenapa dia baik pada Alicia, bahkan ini pun baru kali pertama Alicia bertemu dengan kakak kelasnya itu.

"Kak, kakak belum jawab pertanyaanku tadi pagi."

"Sudah gue bilang, lo ga perlu tau nama gue, bahkan kalaupun lo tanya sama salah satu anak kelas gue pun, gabakal mereka jawab."

"Kenapa gitu kak?"

"Gue gamau tau ada seorang pun yang tau tentang gue. Gue kayak gini karena emang gue care ke lo. Bukan sebagai apa-apa"

Alecia hanya bisa terdiam dia tidak bisa membalas perkataan kakak kelasnya.

Namun mereka tidak tau jika ada seseorang yang mengikuti mereka dari belakang.

Daffa Mahendra.

Dari tadi sebenarnya ia melihat Alicia dan kakak kelasnya. Hatinya tersayat melihat kedekatan mereka berdua. Daffa tidak mengerti kenapa dia harus jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Dan ini kali pertama dimana Daffa melihat Alicia bersama laku-laki lain. Terlebih Alicia terlihat begitu bahagia bersama laki-laki itu.

Tak berselang lama, Alicia dan kakak kelasnya sudah sampai di depan rumah Alicia. Daffa sengaja memarkirkan motornya agak jauh dari rumah Alicia.

"Thanks ya kak udah mau nganterin," Alicia mengembalikan helmnya pada kakak kelasnya.

"Yoi, santai aja kali. Besok lagi kalo lo mau bareng, ke kelas gue aja. Kalo emang gue ga ada halangan buat ngapa-ngapain sih gue masih bisa anter."

"Eh, gausah kak. Aku gamau ngerepotin kakak."

"Gausah sok sungkan gitu ah. Gue tau lagi yang namanya Alicia tu cewe terpede yang pernah gue liat. Makannya dia ngalahin rekor dimana dia bisa jadi satu-satunya pengurus inti PMR."

Alicia hanya tersenyum.

"Yaudah, gue balik dulu ya. Istirahat! Jangan sampe masuk UKS lagi. Malu lagi diliatin adek kelas ada wakil ketua PMR masuk UKS."

"Iya kak, hati-hati ya. Thanks buat tumpangannya."

Kakak kelasnya menyalakan mesin motornya dan langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah Alicia. Dan saat itu Alicia juga masuk ke rumah.

Bersambung....


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login