Download App

Chapter 3: Anak-Anak Keluarga Rowland

Lagi lagi aku ketiduran.

Aku membaca buku sihir dan mencoba beberapa jenis sihir yang menarik setelah matahari terbenam dan saat tersadar aku ternyata sudah ketiduran.

Melihat keluar jendela, terlihat Langit yang masih dihiasi bintang.

Berapa lama aku tertidur?

Aku melihat ke arah salah satu lilin yang ada di dalam ruangan. Api lilin bergoyang lembut di batang yang sudah pendek.

Cih, aku ketiduran cukup lama. Sepertinya sebentar lagi pagi. Sebaiknya aku berangkat sekarang.

Aku bangun dari tumpukan buku gulungan yang berserakan di lantai dan berjalan ke pojok ruangan.

Dinginnya air melenyapkan rasa kantuk saat aku membasuh wajahku. Setelah melakukan peregangan dan pemanasan ringan aku mengenakan baju latihan ku.

Setelah memastikan pemberat terpasang dengan baik di pergelangan tangan dan kaki, aku mengenakan rompi serba guna yang ku buat sendiri. Rompi itu terbuat dari kulit binatang yang ku jahit sendiri. Terlihat berantakan memang, tapi dengan jumlah kantong yang ada di rompi itu, aku bisa membawa banyak barang, sekaligus berfungsi sebagai pemberat.

Setelah puas dengan perlengkapan ku, aku membuka pintu dan melangkah keluar pondok.

Udara segar segera memenuhi paru-paru ku seiring langkah ku meninggal pondok.

"Tuan Gauld?"

Seseorang menyapa ku saat aku tiba di gerbang."

Aa, benar juga, hari ini giliran Jon yang bertugas jaga ya.

"Ada apa tuan, apa ada yang tuan perlukan? Kalau ada biar saya yang ke bangunan utama untuk..."

"Diamlah Jon, aku cuma mau jalan-jalan."

Aku tidak suka memotong saat orang berbicara, tapi Jon sulit berhenti saat sudah mulai bicara.

"Saat masih gelap begini? Tuan Gauld, hanya orang jahat yang keluar saat gelap. Hewan buas juga kadang keluar dari hutan melewati jalanan saat gelap..."

"Hah, aku bisa menjaga diri Jon. Sekarang buka gerbangnya!"

"Tidak, bukan itu masalah nya. Tuan Gauld adalah keturunan Rowland, sebuah bencana jika terjadi sesuatu pada diri tuan. Karena itu kembalilah ke kamar tuan. Kalau tuan lapar atau bosan, Jon ini akan menyiapkan dan mengantarkannya pada tuan. Dan juga...."

Dan... ceramah Jon dimulai.

Jon pemuda yang baik, dia prajurit yang disiplin dan perhatian dengan orang - orang disekitarnya. Selain berlatih dengan sungguh-sungguh Jon juga selalu mengerjakan tugasnya dengan serius. Aku belum pernah menemukan nya meninggalkan posnya ataupun tertidur saat bertugas selama ini.

Penjaga lain akan langsung tidur saat mereka bertugas menjaga gerbang pondok ini Jon. Pondok ini ada di bagian terdalam Kastil Hitam, dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan Hutan yang lebat. Kastil Hitam sudah jatuh saat ada bahaya yang mencapai pondok ini Jon.

Apa boleh buat.

Aku tidak membencimu, tapi aku akan mencoba sihir yang ku pelajari semalam padamu.

"Apa tuan Gauld paham, keluarga Rowland adalah pelindung sekaligus kehormatan negeri ini. Kesejahteraan negeri ini terikat langsung dengan kebijakan dan kelangsungan keluarga Rowland. Kami sebagai rakyat kecil yang tidak diberkahi Demi hal itu saya tidak.. tidak bisa membiarkan... *Yawn* tuan.. Hoaaaahmmm..."

Tak sanggup menahan rasa kantuknya yang mendadak datang, Jon menguap lebar selebar-lebarnya.

"Maafkan ketidak sopanan saya tuan Gauld... Mari saya antar tuan kembali ke... Tuan?"

Aku memperhatikan Jon yang kebingungan mencariku dari balik semak semak agak jauh dari gerbang.

Jon yang kebingungan memanggil manggil namaku sambil berjalan ke arah pondok. Mungkin dia mengira aku pulang ke pondok saat ia menguap?

Maafkan aku Jon, tapi aku tidak ada waktu untuk meladeni mu.

Saat Jon cukup jauh aku keluar dari tempat persembunyian ku dan menghampiri gerbang. Pintu gerbangnya masih terkunci rapat, tapi tidak masalah.

Aku mengambil ancang-ancang dan melompat. Lompatan ku hanya cukup untuk mengaitkan tanganku ke atap gerbang, tapi itu sudah cukup. Aku menendang pintu gerbang dan memanfaatkan momentum nya aku menarik tubuhku ke atas lalu melompati gerbang.

Aku menyelinap dengan lancar menyusuri lorong-lorong kastil sambil menghindari para penjaga yang berpatroli sambil mengantuk. Setelah keluar dari bangunan utama aku berjalan menuju kandang kuda. Seperti yang kuduga hampir semua penjaga sedang tertidur. Jon memang tidak normal

Kandang kuda terletak diluar dinding kastil tak jauh dari gerbang utama kastil hitam. Kuda kuda tampak tidur tak peduli saat aku masuk, kecuali satu ekor kuda hitam yang langsung meringkik senang saat tahu aku datang.

"Halo Guiniver, shhh shhhhs anak baik. Apa kau siap untuk lari pagi Guiniver?"

Aku mengelus punggung Guiniver sambil memberikan buah apel kepadanya. Guiniver memakan sarapannya dengan senang.

Setelah Guiniver tenang aku memasangkan plana kuda padanya dan melompat naik. Guiniver berjalan dengan anggun keluar dari kandang kuda. Saat gerbang utama terlihat Guiniver menghentikan langkahnya seolah menunggu aba-aba dariku.

"Kau siap Guiniver. Kita akan berlari sampai ke sungai di perbatasan hari ini." Aku berkata sambil mengelus leher nya. Guiniver membalas perkataan ku dengan ringkikan pelan.

"Ayo Guiniver! Hiaaa!"

Dengan satu hentakan kaki Guiniver langsung melompat dan berlari dengan cepat melewati gerbang. Meninggalkan penjaga gerbang yang kaget dan panik. Suara teriakan mereka semakin tertinggal dan tenggelam dalam deru angin.

Haaa aku suka sekali perasaan angin yang menerpa wajah ku saat berkuda. Rasanya begitu segar. Begitu hidup. Begitu... Menyenangkan!

"Ayo Guiniver, lebih cepat lagi!"

Seolah mengerti apa yang kukatakan Guiniver meringkik pendek kemudian berlari lebih cepat.

***

Russel tak berhasil menahan mulutnya dan menguap dengan lebar.

"Apa kau tak apa tuan Russel? Apa sebaiknya kita tunda perkenalan hari ini?"

Suara Dalton yang keras membuat kepala Russel sedikit berdengung.

"Tidak, tidak apa-apa tuan Dalton. Saya rasa saya kebanyakan minum kemarin."

Sebenarnya Russel tidak mabuk ataupun pusing, karena sebelum tidur dia sudah melakukan sihir detoksifikasi pada tubuhnya. Dia cuma tidak suka bangun pagi. Biasanya dia bangun setelah matahari mencapai titik tertinggi.

"Hahaha mungkin minuman negeri ini terlalu keras untuk tuan Russel?"

"Ya, aku akan berhati-hati lain kali."

Russel dan Dalton berjalan menyusuri lorong hingga sampai di sebuah gerbang yang tampak besar dan berat.

Sepasang penjaga yang melihat kedatangan Dalton dengan sigap memberi hormat.

"Apakah para tuan muda sudah datang?" Tanya Dalton kepada penjaga gerbang.

"Siap, sudah tuan Dalton!"

"Sepertinya mereka sudah datang. Kalau begitu tuan Russel, mari kita masuk."

Dalton memberi isyarat dengan tangannya dan segera gerbang di hadapan mereka terbuka.

Russel mengikuti langkah Dalton melewati gerbang itu. Di balik gerbang terdapat lapangan rumput yang luas dengan dinding batu tinggi yang membatasinya. Disana orang-orang berseragam prajurit sedang bertarung dengan sihir satu sama lain. Suara ledakan dan riuh semangat terdengar bersahutan ditengah terpaan cahaya pagi.

Melihat Dalton yang baru saja tiba, satu persatu orang-orang yang mengenakan seragam dan sedang berlatih menghentikan aktivitas nya dan memberi hormat kepada Dalton.

Dalton membalas hormat mereka dan memberi isyarat agar mereka melanjutkan latihannya.

Dalton dan Russel terus berjalan melewati kelompok orang-orang yang berlatih hingga sampai ke salah satu kelompok yang berada di bagian terdalam lapangan.

"Tuan muda!" Panggil Dalton. "Saya sudah membawa tuan Russel."

Sekelompok pemuda yang sedari tadi mengacuhkan keberadaan Dalton satu persatu membatalkan sihir yang mereka siapkan dan menghadap Dalton.

"Akhirnya! Lambat kau Dalton! Kau tahu kalau aku tidak punya banyak waktu!" Sahut pemuda dengan rambut coklat sebahu.

"Mohon maaf tuan muda Griswold. Tapi saya merencanakan untuk bertemu dengan tuan Russel sore nanti. Saya yakin sudah mengirim utusan untuk memberitahu tuan..."

"Dalton, lancang sekali kau! Sudah bagus kakak mau menyisihkan waktu untuk bertemu dengan mu dan pembawa pesan dari Ingram itu. Kami sudah ada rencana sore ini, kalau ada yang ingin disampaikan lakukan sekarang!" Seorang anak laki-laki berambut kuning kecoklatan memotong perkataan Dalton.

"Tapi tuan Dorian..."

Suara Dalton tenggelam dalam sahutan yang membenarkan perkataan Griswold dan Dorian dari anak-anak disekitar mereka.

"Sudah, cukup, diamlah kalian!"

Suara Griswold meredakan kebisingan yang menyerang si tua Dalton.

Griswold berjalan menghampiri Russel yang berada dibelakang Dalton.Jarak mereka semakin mendekat, dan saat batang hidung mereka hampir bersentuhan Griswold berhenti.

Secara umur, Russel yakin dia lebih tua dari pada Griswold. Tapi tubuh Griswold yang lebih tinggi membuat Russel harus mengangkat wajahnya untuk membalas tatapan tajam yang diterimanya.

"A.. tuan muda Griswold, perkenalkan.."

"Diamlah Dalton! Aku sudah tahu siapa dia."

Dalton terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya memutuskan untuk diam dan menundukkan kepalanya.

"Jadi... Kau tuan muda dari Ingram."

"Russel. Sebuah kehormatan bertemu dengan tuan Griswold." Russel memperlihatkan senyumnya kemudian membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Hah? ternyata kau orang yang punya tata kerama. Bagus. Bagus!"

Griswold tertawa senang. Orang-orang disekitarnya ikut tertawa ringan. Hanya Dalton yang wajahnya terlihat tegang.

"Jadi, kudengar kau akan berbagi tehnik sihir dari Ingram. Sekarang katakan padaku hai Ingram, apa yang bisa kau bagikan ke negeri Rowland yang terkenal akan kekuatan sihirnya?"

"Perkataan tuan Griswold memang benar. Negeri Rowland memang tidak kekurangan bakat maupun kekuatan sihir, tapi saya yakin apa yang akan saya bagikan belum ada di negeri ini." Ujar Russel dengan tatapan penuh percaya diri.

"Hoo, apa itu?"

"Sebelum saya membagikan yang saya miliki, bisa jelaskan pada saya bagaimana cara penggunaan sihir?"

Griswold memberi isyarat dengan dagunya dan salah seorang pemuda yang ada di sana mengangkat tangannya.

"Pertama kita perlu mengucapkan matera dengan tepat dan spesifik lalu seiring energi sihir kita terkumpul kita fokuskan ke katalis yang kita pegang dan arahkan ke sasaran sebelum matera nya selesai diucapkan."

"Luar biasa, meskipun masih muda tapi dasar penggunaan sihir sudah diingat dengan baik."

Russel memuji pemuda tersebut. Pemuda itu tampak senang tapi langsung memperbaiki raut wajahnya saat melihat Griswold melotot padanya.

"Ada yang bisa mencontohkan padaku bagaimana sihir dikeluarkan? Hmm bagaimana kalau mengenai sasaran itu dari sini?"

Russel menunjuk ke salah satu sasaran yang ada di ujung lapangan. Jaraknya cukup jauh.

Lagi lagi Griswold memberi isyarat dengan dagunya dan pemuda lain sudah siap untuk maju sebelum dihentikan oleh Dorian.

"Kakak Griswold, biar aku yang menunjukkan kemampuan sihir keluarga kita."

"Um, baiklah Dorian. Lakukan dengan kekuatan penuh."

Mendapat persetujuan dari kakaknya, Dorian kemudian berdiri menghadap ke arah sasaran dan menyiapkan tongkat nya.

"Wahai sang penguasa api, Ifrit, nyalakan api dalam darah ku. Dengan bara nya panggilah kekuatan yang akan menghancurkan semua musuh ku. Bakar jasad mereka, hancurkan belulang mereka. Bola Api!!"

Bersamaan dengan selesainya mantra yang diucapkan Doriam. Bola api meluncur keluar dari ujung tongkatnya, terbang ke arah yang ia tunjuk.

Kecepatannya tidak begitu cepat, namun begitu bola api itu mengenai sasaran hawa panas langsung menyapu orang-orang yang menyaksikan beriringan dengan suara ledakan yang keras. Ditempat yang tadinya berdiri sebuah sasaran tembak sekarang hanya ada onggokan arang dengan noda hitam yang mengelilingi nya.

"Ha.. ha.. haah.. kau lihat, itu cara menggunakan... sihir bola api ha..haa.."

Dengan nafas terengah Doriam berusaha tetap berdiri.

"Err.. luar biasa. Ya! Kekuatan penghancur yang luar biasa. Betul-betul dahsyat, pantas menyandang nama keluarga Rowland!"

Russel berusaha memuji sihir yang baru saja dilihatnya.

Griswold tertawa keras melihat reaksi Russel.

"Nah, Ingram. Setelah melihat sihir barusan, coba kau katakan sekali lagi, apa yang bisa kau ajarkan pada kami?" Ujar Griswold menantang.

"Hm? Oh! Betul juga, baiklah akan kuperlihatkan pada anda."

Dengan tenang kemudian Russel berdiri disamping Dorian.

"Mungkin ini tidak semenawan yang tuan Doriam lakukan. Tapi..."

Russel mengeluarkan tongkat yang dibawa nya dan memainkan nya diantara jemari tangan nya.

"Selama bertahun-tahun keluarga Ingram berusaha meneliti sihir agar lebih efisien dan efektif, nah ini hasil nya.. ehm, wahai api dalam darahku bakar dan hancurkanlah musuhku, bola api!"

Sebuah bola api melesat dari tongkat Russel menuju salah satu sasaran. Bola api itu meledak saat menyentuh tujuannya, meninggalkan bekas terbakar disana.

Melihat itu rombongan pemuda yang bersama Griswold dan Doriam tertawa. Mereka menertawakan sihir yang baru saja mereka saksikan tapi Russel tak mengacuhkan nya.

"Bagaimana? Aku menyebut nya ringkas mantra. Kalau keluarga Rowland setuju maka aku..."

"Lemah!" Potong Griswold. "Sihir yang lemah, tidak perlu dipelajari. Dalton, suruh tamu kita pulang!"

Dalton yang terkejut mendengar perkataan dari Griswold merespon dengan panik.

"Tapi, tapi tuan muda Griswold, tehnik sihir yang baru saja ditunjukan tuan Russel sangat luar biasa! Memang kekuatan kurang dibandingkan sihir tuan muda Doriam. Tapi kecepatan pelepasan sihir dan..."

"Cukup! Aku tidak minta pendapat mu Dalton. Faktanya sihir orang Ingram itu lemah, dan keluarga Rowland tidak butuh kelemahan! Itu yang selalu kau katakan bukan?"

"...tuan muda..."

Dalton tampak kehabisan kata-kata. Sesungguhnya percepatan mantra sihir adalah tehnik sihir baru yang belum pernah ditemui oleh Dalton semasa hidupnya. Dalton paham walaupun mantra baru dari sihir yang dilepaskan Russel itu memiliki kekuatan yang lebih lemah, tapi dengan kecepatan pelepasan mantra dan formasi pasukan yang tepat akan dapat mengubah arah peperangan. Dalton, seorang jendral perang, memahami betapa berharganya tehnik ini.

Keluarga Ingram sudah mengetahui tehnik ini dan kemungkinan besar sudah melatih prajurit mereka dengan taktik yang baru. Betapa mengerikannya jika suatu saat Rowland dan Ingram berhadapan dan mereka belum memiliki cara untuk menanggulangi musuh.

Banyaknya hal yang ingin dia sampaikan pada tuan mudanya malah membuat mulutnya kaku. Ia tidak boleh melepaskan kesempatan mempelajari tehnik sihir baru ini. Tapi bagaimana caranya untuk merubah pikiran tuan muda Griswold?

"Maafkan saya tuan Griswold. Tapi saya belum bisa pulang."

"Hah? Apa katamu? Aku tuan rumah disini. Aku bisa mengusirmu, hei Ingram!"

Griswold kembali mendekatkan wajahnya sambil menekan telunjuknya ke badan Russel. Tapi Russel tetap tak bergeming.

"Tidak, saya datang karena ada yang perlu saya sampaikan pada tuan besar Rowland. Saya tidak akan pulang sebelum melaksanakan tugas saya. Saya minta maaf."

Russel membalas perkataan Griswold dengan tenang. Seolah lawan bicaranya bukan orang yang bisa kapan saja mencelakai nya. Seolah dirinya tidak sedang berada dalam situasi yang berbahaya.

Suasana di lapangan latihan memanas. Walaupun diam Griswold tidak menyembunyikan amarahnya. Wajahnya memerah, matanya mendelik tajam ke arah Russel dan nafasnya terdengar mengancam. Pemuda disekelilingnya tampak bersiap-siap, menantikan perintah dari tuan mereka.

Dalton yang menyadari kalau kekacauan bisa terjadi maju menengahi.

"Saya rasa sudah cukup tuan muda Griswold. Saya Dalton, akan mengurus soal..."

Suara Dalton terpotong oleh teriakan teriakan panik dari gerbang. Saat semua mata tertuju ke arah sumber suara, gerbang tersebut terbuka dengan keras dan seekor kuda hitam melompat masuk ke dalam lapangan.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login