Download App

Chapter 3: PART 2

1 TAHUN KEMUDIAN…..

Tak terasa sudah satu tahun berlalu sejak kepergian Mei. Dan aku masih belum dapat melupakannya. Beberapa teman ku padahal juga sudah mencoba menghiburkan dan menyarankan untuk melepaskan kenangan tersebut. Tapi, bagaimana caranya. Kenangan itu sudah tertanam didalam benak ku. Aku tak mungkin bisa melupakannya begitu saja.

Ternyata benar yang dikatakan orang jika cinta terkadang membawa kepedihan. Aku seakan dibutakan oleh cinta dan terhanyut dalam sebuah drama yang tak berkesudahan. Entahlah. Entah, sampai kapan aku akan menderita seperti ini.

Merasakan kepedihan yang belum pernah aku rasakan sebelumnnya. Kepedihan yang begitu menusuk. Bahkan sampai – sampai aku tak kuasa untuk berjuang dalam hidup ini. Berjuang sendiri menatap masa depan tanpa dirinya. Mengapa. Mengapa ia begitu tega melakukan ini. Apakah

Lantas, jika bukan karena cintanya yang aku percayai, apa lagi. Adakah yang menjelaskan apa yang bisa dijadikan kepercayaan dalam menjalan sebuah hubungan selain atas nama cinta.

Bodoh. Bodohhhhhhhhhh.

Aku memang orang paling bodoh dimuka bumi ini, terlalu mempercayai cinta hingga melupakan logika dan takdir dari sang maha kuasa.

SENJA DI SEBUAH KOTA…..

Oii!!! Bentaknya. Suara itu membuat ku terkejut dan seketika kembali ke dalam kehidupan nyata setelah melamun tentang masa lalu yang kelam.

"Semua udah berlalu, mau sampai kapan terus seperti ini" Ujarnya.

Oh, iya perkenalkan ini adalah teman ku Teo. Perkenalan kami dimulai saat aku baru membuat akun media sosial bernama Path yang kini hanya tinggal kenangan.

Saat itu aku melihat postingannya yang setiap bulan selalu jalan dengan beda – beda orang. Awalnya aku pikir itu adalah temannya, ternyata itu adalah selingkuhannya. Meski sudah memiliki pacar Teo memang hobi untuk selingkuh. Bahkan hampir setiap bulan ia seakan bisa menemukan yang baru.

Hal yang paling beruntung dari seorang Teo adalah aksinya ini benar – benar berjalan mulus, Teo memang dikenal pintar bermain api, tapi bukankah pepatah mengatakan jika bermain api maka harus siap terbakar. Tapi mengapa ia tidak pernah terbakar ya. Aku bahkan sampai terheran – heran dan iri dengannnya. Iri karena ia bisa dengan mudah menemukan pasangan yang ia mau tanpa harus berkemelut dengan persoalan cinta.

Andai saja aku bisa seperti dia, mungkin pikiran ku tidak sekacau saat ini. Tapi, meski begitu, Teo adalah tetap teman terbaik untuk curhat . Dikala kesedihan datang, aku selalu mencurahkan apa yang aku rasakan padanya. Bahkan sebelum bibir ku berbicara ia pasti sudah bisa menembaknya dengan mudah.

Meski kelakuannya penuh dengan kebualan yang kadang membuat hati jengkel tapi sejujurnya dia adalah pria yang baik. Tapi mungkin orang lain tidak melihatnya demikian. Ah, sudahlah mengapa aku jadi membahas masalah Teo. Aku kesini kan untuk bersenang – senang.

" Ayo" Katanya.

" Ayo kemana?".

" Mending kita nonton daripada loh murung terus kan".

Benar juga sih, daripada aku harus terus – terusan memikiran hal – hal yang sudah berlalu. Mungkin ada baiknya untuk menyegarkan pikiran sejenak dengan menonton Film.

Lagi pula pas bangat hari ini ada film horor yang baru diputar perdana. Meskipun sebenernya agak males sih nonton film horor. Bukan apa – apa, karena percuma saja aku menonton film horor. Pasti setiap kali ada adegan yang menegangkan atau suara yang keras aku langsung menutup mata ku.

Jadi bisa dipastikan sepanjang film di putar aku hanya bisa mengintip dari jemari – jemari ku. Tapi apa boleh buat karena ini diajak Teo, terpaksa deh. Lagi pula gak mungkin juga aku menolaknya. Dia udah jauh – jauh datang, masa aku nolak begitu saja.

Dan hal itu pun terjadi. Benar saja sepanjang film diputar aku hanya bisa menutup mata dan sesekali menatap ke layar saat suara menegangkan sudah redup. Teo pun tertawa karena melihat tingkah ku yang seperti anak kecil. Bahkan, sesekali ia meledek layaknya aku adalah pacaranya saja.

Dua jam pun akhirnya berlalu. Aku bisa bernafas lega. Akhirnya film yang membuat detak jantung ku berdetak kencang berakhir sudah.

" Eh, Teo. Loh tunggu di lobby ajah ya. Gue mau buang air kecil dulu".

" Kebiasaan loh, selalu habis nonton film horor pasti buang air kecil. " Udah – udah sana" Ujar ku sembari menyuruhnya jalan menuju lobby.

Aku lalu bergegas menuju toilet. Saat aku melangkahkan kaki ke dalam toilet,  tiba – tiba aku menabrak seseorang, sampai – sampai aku terjatuh. Lalu, pria itu mengulurkan tanganya sembari membantu ku berdiri.

" Maaf – maaf" ujarnya. Pria itu lalu lekas pergi.

Setelah selesai buang air kecil lalu aku bergegas menuju lobby untuk menemui Teo. Sesampainya disana pandangan ku di butakan oleh hal yang tak  biasa. Pria yang tak sengaja aku tabrak di toilet sedang asyik berbincang dengan seseorang. Pikiran ku mengaung – ngaung saat melihat kedekatan mereka layaknya sepasang kekasih.

Namun, aku segera membiaskan pikiran itu. Ah, mana mungkin pria setampan dan segagah dia suka sesama jenis. Pasti ini hanya pikiran ku saja. Tidak mungkin. Tidak mungkin ada pemandangan aneh di hadapan ku. Ah, sudahlah kalau pun itu benar – benar terjadi, apa urusannya dengan ku. Aku saja tak mengenalnya, lalu untuk apa aku ikut campur dengan masalah pribadi mereka. 

PIKIRAN ITU KIAN NYATA…..

Jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam, aku pun bergegas pulang . Saat aku sedang berjalan, terdengar keributan dari arah sisi kanan ku. Aku kira tadinya itu adalah pocong yang sedang saling bertengkar karena merebutkan cinta kuntilanak. Ternyata pikiran ku terlalu mengkhayal. Aku lalu menoleh..

Ternyata keributan itu datang dari dalam sebuah mobil. Aku bisa mendengarnya karena kaca mobil tersebut tidak tertutup. Aku lantas melihat dua orang laki – laki yang sedang bertengkar. Wajahnya nampak tak asing bagi ku. Lalu, aku mulai mengingat – ingat. Ah benar saja, dia adalah pria yang ku tabrak saat di bioskop.

Aku mencoba mendekatinya, namun hati ku seakan berkata lain. Ia menyuruh ku untuk menjauh. Lagi pula buat apa aku tahu tentang mereka. Kenal juga tidak, apa hubungannya dengan ku. Aku lantas lantas bergegas pergi.

Namun, saat baru beberapa langkah menjauh dari kampus, perut ku berbunyi. Aku lalu memutuskan untuk pergi ke salah satu tempat makan yang tak jauh jaraknya dari kampus.

Ketika aku sedang asyik menyantap makanan yang telah disajikan sembari mendengarkan musik melalui headset. Tiba – tiba saja datang seorang pria , lalu melepaskan headset yang aku sedang pakai. Sontak hal itu membuat ku kesal. Lalu aku menatap pria itu. Ternyata dia adalah pria yang tadi.

"Aku tadi sedang bertanya kepada mu. Tapi kau sepertinya kau tidak menjawab" Katanya.

" Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya ku.

" Aku hanya meminta ijin untuk boleh duduk disini, karena semua tempat sudah penuh" Ujarnya.

Aku pun mempersilakan pria itu untuk duduk satu meja dengan ku. Tak berselang lama seorang pelayanan membawakan pesanan untuknya. Ia lantas segera menyatap hidangan yang telah disajikan. Tak sampai 15 menit, makanan yang ia pesan sudah habis. Pria itu lalu bergegas pergi.

 Aku lalu bergegas menuju kasir untuk membayar pesananku, namun sang pelayanan berkata bahwa pria yang tadi duduk bersama ku sudah membayarkanya. Aku pun lalu berjalan keluar untuk mengucapkan terimaksih, namun nampaknya sang waktu belum mempertemukan kami. Ia sudah lebih dulu pergi. 

SANG WAKTU MEMPERTEMUKAN KAMI KEMBALI….

Waktu memang tidak dapat dikembali. Tapi ia bisa mempertemukan kembali dua hati yang tak saling mengenal.

"Kalian duluan ajah ya, gue ke toilet dulu" Ujar ku. Aku berjalan sembari melihat layar ponsel. Karena saking asyiknya bermain HP aku sampai terbentur dinding. Ia datang bagaikan malaikat. Menyentuh wajah ku. Ku tatap indahnya matanya yang berbinar terang layaknya bintang di tengah malam.

Ia lalu menempelken sebuah plester di dahi ku. Detak jatung ku berdebar kencang.

Lagi – lagi penglihatan ku membuat ku semakin kacau. Ah, mengapa seperti ini. Untuk apa aku memikirannya.

...

Malam minggu adalah waktu yang tepat bagi sepasang kekasih untuk memandu cintanya. Tapi apalah aku, yang hanya seorang jomblo dan hanya bisa menonton Drama Thailand di sebuah cafe.

Saat tengah asyik menonton,  aku seperti mendengar sapaan dari seseorang. Aku pikir itu hanya khayalan ku saja, ternyata bukan.

"Kau" Kata ku. " Sedang apa disini"?.  Dia hanya membalas dengan senyuman.

"Apakah kita memang ditakdirkan untuk bertemu ya?" Tanyanya.

Aku mencoba menghiraukan ucapannya. Tapi, ia terus – terus saja membual. Aku sampai tak tahan, dan akhirnya memutuskan untuk pergi dari situ. Namun ia menahan ku. Memegang erat tangan ku seakan aku adalah tawanan cintanya.

Aku mencoba melepaskannya, tapi tenaganya terlalu kuat.

" Duduklah" Ujarnya dengan nada merayu. Aku  menggelengkan kepala.

"Kalau kamu tidak mau duduk, aku tidak akan melepaskan tangan mu".

Aku seakan tidak memiliki pilihan selain menuruti permintaannya.

Setelah aku duduk, ia lalu tersenyum. "Kenapa kau tersenyum?" tanya ku dengan nada sinis. Ia tak menjawab pertanyaan ku. Aku pun semakin kesal melihat tingkahnya.

"Aku bertanya bukan untuk dibalas dengan senyuman". Dengan nada agak meledek ia berkata. "Kau menyuruh ku untuk menjawab pertanyaan mu, padahal baru saja kau mengacuhkan pertanyaan ku juga".

Kami berdiam sejenak. Pria itu lalu mengulurkan tangannya. "Aku Dion". Aku membiarkannya beberapa saat.

"Kalau kau tidak mau berjabat tangan dengan ku, aku akan mencium mu disini" ujarnya dengan meledek. Aku menarik nafas sejenak. "Aku An". " Nama yang bagus, persis seperi orangnya".

Orang macam apa dia, sukanya hanya  membual. Apakah dia pikir aku akan terhanyut dengan kata – kata manisnya. Mendengarnya saja rasanya aku sudah mau muntah.

Ialu aku kembali melanjutkan menonton drama yang sedang aku tonton. Aku pikir dia sudah pergi, ternyata dia masih terus saja memandangi ku. Kesabaran ku pun habis. Aku lalu bergegas berdiri dan pergi. Namun saat aku akan  melangkahkan kaki, datang seseorang dan menyiram ku dengan segelas air….


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login