Download App

Chapter 17: PART 16 - SELAMAT TINGGAL HANS

Ia tak lagi menjalani hari seperti biasanya. Hampa. Kosong. Harapan itu telah sirna ditelan waktu dan kejamnya sistem sosial. Ia menatap langit sembari menahan air matanya. Melihatnya indahnya bintang – bintang. Berharap salah satu diantaranya jatuh dan ia bisa meminta sebuah permohonan. Permohonan untuk dipertemukan kembali oleh sang belahan jiwa.

Bisakah…bisakah sang waktu diputar kembali. Kembali ke masa lalu. Masa – masa yang penuh romantika dan kebahagian. Masa dimana tawa selalu menghiasi hari – harinya.

Kini, semua telah berubah. Menghilang. Menjauh. Dan bersembunyi dibalik kejamnya dunia. Apakah cinta dalam dunia seperti ini memang tak akan pernah bertahan lama. Apakah salah jika kita memiliki cinta yang tak sama. Apakah cinta hanya sebatas tentang jenis kelamin yang berbeda. Tak bisakah, mencintai seseorang dengan cara yang berbeda.

Ia menundukan kepala, menatap sang kekasih dari layar ponselnya. Air mata yang tertahan itu pun sedikit demi sedikit tumpah. Tangisan itu seolah menjabarkan betapa pedihnya tinggal sang kekasih. Jika adalah cinta adalah hal yang terindah, lalu mengapa cinta diantara mereka harus berakhir dengan air mata. Apakah cinta sejati hanya sebatas teori. Apakah cinta sejati tak akan pernah dimiliki oleh mereka.

Malam itu ia menangis bersama gelapnya langit dan dinginnya malam. Hans, pria yang dulu tangguh kini seakan rapuh.

….

Malam itu Hans terlihat suntuk sekali. Ia hanya memandangi kota Jakarta dari sudut jendela Apartemen. Ia belum bisa melupakan sang kekasihnya. Namun, ia juga tidak bisa terus larut dalam kesedihan yang mendalam. Untuk menangkal kesedihannya itu, Hans mencoba melarikan kesedihannya dengan pergi ke sebuah club gay di Jakarta.

Mungkin dengan minum – minuman berakohol ia bisa sedikit melupakan kesedihannya.

Saat sampai disana terlihat Club tersebut nampak begitu ramai. Terlihat beberapa para lelaki yang membawa pasangannya. Saling bergandengan dan tak jarang ada yang saling bercumbu satu sama lain.

Club yang bebas bagi mereka yang dianggap berbeda. Ini mungkin tempat yang paling tepat dimana sekat antara kebebasan dan dosa seakan pecah. Disinilah mereka yang dianggap berbeda bisa nyaman mengungkapkan jati dirinya tanpa rasa malu apalagi bermuka dua.

Hans berdiri disudut dekat pintu masuk sambil memegang segelas minuman berakohol. Dilihatnya para Gogo Dancer menari dengan lincahnya tanpa mengenakan kaos. Tubuh para pria Gogo Dancer itu nampak begitu jelas.

"Sendirian sajakah?" Tanya pria itu.

Hans pun menolehkan wajahnya.Dilihatnya sang pria itu. Dari wajahnya ia masih nampak begitu muda. Namun wajahnya begitu rupawan dan seolah membius pandangannya.

"Ia" Jawab Hans. Ia membalas dengan senyuman penuh nafsu.

Sang pria itu memegang tangannya. Ia lalu membisikan sesuatu kepada Hans.

"Temani aku Yuk?" Tanyanya dengan wajah menggoda.

"Maksudnya?"

"Masa sih kamu gak paham" Pria itu menyentuh dada Hans.

Belum juga bibirnya kembali berucap sang pria itu menarik tangan Hans. Mereka menuju mobil sang pria itu.Sesampainya di dalam mobil. Sang pria itu mulai melepaskan pakaian yang ia kenakan. Ia lalu mendekati Hans dan mencumbunya tanpa rasa ragu. Keduanya kini bertempur dalam sebuah nafsu.

...

PAGI YANG KELAM

Pada saat ini tepat 100 hari ia pergi meninggalkannya. Pria yang dulu bersamannya kini telah benar – benar menghilang. Meski Hans berusaha mencarinya, tapi tetap saja sang waktu seolah belum mengijinkan. Harapan itu kini seperti dongeng yang tak pernah menjadi kenyataan.

Pagi itu entah kenapa langit terlihat mendung, padahal sedang tidak memasuki musim hujan. Vera & Chris tengah asyik menonton sebuah acara Televisi di ruang tamu. Namun tiba – tiba saja pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Chris lalu bergegas membukakan pintu. Ia melihat dua orang polisi.

"Benar ini kediamaan saudara Hans?"

"Iya… tapi papah saya sudah tidak tinggal disini pak"

Melihat Chris yang terdiam di depan pintu, Vera pun bergegas menghampirinya.

"Ada apa ini pak?"

Kedua polisi itu terdiam.

"Pak?" Vera kembali mengulangi pertanyannya.

"Apakah anda adalah istri dari saudara Hans?" Tanya salah satu seorang polisi.

"Iya tapi kami sudah bercerai. Memangnya ada apa pak?"

"Kami menemukan mayat saudara Hans di sebuah apartemen. Dari hasil penyelidikan pertama saudara Hans diduga bunuh diri".

"Bohong…Bapak pasti bohong kan" Vera memberontak. Ia seakan tidak percaya jika mantan suami kini telah tiada. Pergi meninggalkannya dan kedua anaknya.

Derai air mata seolah tak bisa ditahan. Keduanya menangis. Berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi di siang bolong. Tapi, mimpi terlalu nyata. Terlalu pedih. Dan terlalu menyakitkan.

....

HANS DIMAKAMKAN DI SAMPING ISTRI PERTAMANYA

Vera menamburkan bunga di liang lahat matan suaminya. Air matanya tak bisa berhenti menahan kepedihan yang begitu mendalam. Disini terbaring sosok mantan suami yang pernah hidup bersamanya. Meski lika – liku kehidupan rumah tangga mereka begitu kacau, tapi cintanya kepada Hans seolah tak pernah luntur.

Dan disini pulalah Hans kembali bertemu dengan cinta pertamanya, yang tak lain dan tak bukan adalah istri pertamanya.

Saat masih hidup Hans sempat berpesan kepada Chris untuk dimakamkan di samping istri pertamanya. Janji itu pun ditempati oleh Chris. Kini Hans telah kembali kepangkuan Sang ilahi tepat disamping makam istri pertamanya. Cinta yang dulu pernah bersama kini dipertemukan dengan cara yang berbeda.

"Selamat tinggal pah" Ujar Chris sembari menambur bunga dimakam sang ayah.

….

Meski sang waktu tak pernah bisa kembali. Namun Chris seakan tetap ingin tahu dibalik kematian sang ayah. Ia seakan tak percaya bahwa ayahnya mati karena bunuh diri. Ia terus memantau perkembang dari polisi sembari mencari tahu penyebab kematian sesungguhnya.

Chris paham betul bahwa sang ayah tak mungkin melakukan hal bodoh semacam itu hanya karena cinta. Ia tahu bahwa ayahnya begitu kuat dan tegar. Tak mungkin pria seperti Hans dengan mudahnya mengakhiri hidupnya.

Tanda tanya itu seolah terus terlintas dipikiran Chris. Ia tak henti – hentinya berfikir siapa dalang dibalik kematian ayahnya.

….

Sudah hampir satu minggu setelah kepergian ayahnya, Chris seolah masih berharap tentang kebenaran yang sesungguhnya. Haruskah. Haruskah kebenaran itu dinanti. Bagaimana jika pada akhirnya kebenaran itu akan membuat hidup kita semakin menderita. Bukankah lebih baik hidup dalam kepalsuan tapi bahagia. Untuk apa berharap pada kebenaran, jika pada akhirnya kau harus menelan pil pahit.

….

Sebuah bel berbuyi dengan nyaringnya. Chris lalu bergegas keluar dan menghampiri kedua polisi itu.

"Apa ada kabar tentang kasus ayah saya pak?" Chris berharap – harap cemas.

"Boleh panggil ibu anda"

Vera lalu bergegas keluar dan mendekati kedua polisi itu. Wajahnya seolah menandakan ketakutan.

"A.. ada apa pak?" Tanyanya dengan terbata – bata.

"Anda harus ikut kami ke kantor"

"Loh, ada apa ini pak" Bentak Vera

"Ada disangkakan pembunuhan berencana dengan korban saudara Hans. Pelaku pembunuhan telah berhasil kami tangkap. Dan ia mengatakan bahwa anda adalah dalang dibalik semuanya"

Chris menatap ibunya. Emosinya bergitu bercampur. Sedih, marah sekaligus tak percaya. Inikah kebenaran yang selaras dengan kepedihan.

"Chris tolong mama" Teriak Vera yang dibawa masuk kedalam mobil polisi.

Chris hanya terdiam sembari menahan air matanya. Pada hari itu kebenaran seolah kejahatan yang tersembunyi.

Bersambung….


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C17
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login