Download App

Chapter 3: Ini Dimana

Setelah melewati bangunan museum tadi, kami berbelok ke kiri memasuki jalan lingkungan yang cukup menanjak.

Badan jalan yang lebarnya hanya cukup dilalui sebuah mobil itu lumayan gelap. Hanya sisa cahaya bulan di fajar itu yang masih leluasa menuntun kami.

Bayangan puluhan pohon pisang yang bergerak seirama tiupan angin membentuk tarian siluet di atas lahan kosong berkontur dan sebagian permukaan aspal.

Berulang kali kaki dan pedal sepeda kami menyentuh daun lebar dari tumbuhan sejenis keladi yang tumbuh liar menjorok ke ruas jalan, dan tak jarang pula kami melindas pelepah pisang ... gress ... gress ... srerkk ... meninggalkan suara mirip orang mengigit batang tebu.

Jalan semakin menanjak, rumbai plastik warna-warni di kedua ujung handle-bar sepeda berkali-kali menyentuh ujung lenganku karena terkena terpaan angin dari arah depan.

Jalan mulai berbelok ke kanan ketika aku memindahkan tuas shifter di top-tube, berusaha mencari kayuhan yang lebih ringan.

Setiap kali memaksakan beratnya kayuhan sepeda, posisi badanku langsung bergeser ke arah sandaran di ujung belakang saddle panjang khas sepeda mini zaman itu.

"Oddeeeee ... Oddddeeeeee ...!" pekik Oxy.

Tiba-tiba Oxy memanggil dari arah belakang. Saat aku menoleh ke belakang, terlihat dia sedang menuntun sepeda. Kami lupa Raleigh hijaunya masih single speed, untuk anak seusia dia yang baru duduk di kelas 1 SD tentu sangat berat, dan dia baru beberapa hari terakhir bisa lancar bersepeda.

"Stooppp ... Stop!" ujarku segera memberi aba-aba kepada rombongan untuk berhenti.

"Ca tunggu bentar," ujarku coba menghentikan rombongan terdepan.

Oca yang terlihat sibuk bercengkerama dengan dua sahabatnya di baris depan langsung berbalik ke arah kami.

Ketika rombongan bersatu lagi, tiba-tiba Oxy menunjuk ke arah atas.

"Dimana ini?" tanya Oxy penuh keheranan.

Lho ... itukan garasi rumah kami, sebuah bangunan putih nampak berseberangan dengan bangunan suram keabu-abuan. Oh ... itu gudang tempat kami menyimpan hewan peliharaan mulai dari burung, tupai hingga kancil yang biasa kami beli di pasar yang terletak berdekatan dengan SD Budi Mulia, sekolah baruku dan Oxy.

"Caaaa itu rumah kita!" ujarku memberitahu Oca.

"Oiya yah ... ternyata ini jalan memutar," ujar Lili.

"Ha ... ha ... ha," kami semua tertawa menyadari kemampuan Oxy mengenali lingkungan barunya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login