Download App

Chapter 3: Master Devil - 3

Setelah mendengar suara mesin mobil yang menyala, Yang Adellia yakini adalah Mobol milik Max yang sudah meninggalkan halaman luas Mansion, Adellia sudah tidak dapat menahan lagi suara tangis nya lebih lama lagi, Ia menagis dengan sangat keras seakan memberitahu betapa hancur nya ia lewat tangisannya itu. Dia ingin kembali menjadi Adellia yang seperti dulu bukan Adellia yang sekarang.

"Kenapa?. Kenapa?" Tanya-nya lirih seakan Ia sedang mengadu pada seseorang yang ada di hadapannya. Ia memukul-mukul bantal yang ada di sebelahnya dengan marah, Ingin sekali Adellia menghajar gurunya itu sebagaimana Ia memukul bantal itu.

"Ini tidak adil! ini tidak adil!" seru Adel kembali dengan isak tangis nya yang sangat memilukan.

"Mom, apa yang harus Adell lakukan? Adel sudah kotor Mom!, Adell sudah kotor Dad!" racau Adellia semakin terisak. Ia kembali menenggelamkan wajahnya di bantal yang tadi Ia pukuli.

Sepuluh menit berlalu Adellia sudah tidak menangis lagi, Ia hanya menatap kosong kearah jendela yang tertutup rapat, sementara Diluar sana seseorang sedari tadi mengetuk pintu kamar Adellia, Namun Seakan Tuli, Adellia mengabaikan suara pintu yang sedari tadi di ketuk dari luar itu.

Adellia menghela nafas berat, sudah tidak terhitung lagi sudah keberapa kalinya gadis itu atau sekarang sebutan yang tepat untuknya adalah Wanita mengingat Ia sudah tidak perawan lagi. Adellia melilitkan selimut putih tebal yang sedari tadi Ia pegang di tubuhnya, Ia bangun dari posisi duduknya dan berjalan dengan menahan nyeri di bagian pangkal pahanya atau tepatnya di bagian inti kewanitaannya.

Adellia menjatuhkan selimut tebal itu ketika Ia sudah masuk kedalam kamar mandi, Ia menghidupkan shower dan menggosok tubuhnya dengan keras seakan dengan cara itu sentuhan -sentuhan yang di berikan Oleh Max hilang begitu saja,n amun hal itu semakin membuat Adellia menangis saat kedua bola matanya tidak sengaja melihat bercak darah yang ada di selimut yang Ia gunakan untuk menutupi tubuhnya tadi.

Adellia keluar dari dalam kamar milik Max menggunakan baju kemeja milik pria itu yang sangat kebesaran di tubuh kecil Adellia, karena pakaian-nya sudah tidak terbentuk lagi akibat Max mengoyaknya dengan sangat kuat saat pria itu memperkosanya.

Adellia berjalan dengan sangat hati-hati menuruni anak tangga, beberapa kali ringisan terdengar dari bibir Gadis yang tidak perawan itu lagi, Adellia mengedarkan pandangan-nya memandang setiap interior Mansion milik gurunya yang tega memperkosa nya.

perut Adellia berbunyi lantaran dari semalam Ia belum mengisi perutnya, bahkan Ia juga tadi menolak membuka pintu kamar itu saat pelayan mengantarkan sarapan untuknya, karena sudah tidak dapat menahan gejolak lapar di perutnya, mau tidak mau Akhirnya Adellia Keluar dari dalam kamar itu menuju Dapur.

"Apa ada yang bisa saya bantu Mrs?" Adellia terkejut saat Ia mendengar suara perempuan yang ada di belakang tubuhnya, Untung saja Ia belum meminum air yang ada di dalam gelas genggamannya, jika tidak Ia pasti akan mengeluarkannya kembali dari mulutnya.

"Sa..sa-ya hanya mau minum dan saya juga lapar, Apa saya boleh meminta sedikit makanan?" Jawab Adellia takut-takut saat Ia membalikkan tubuhnya menatap wanita yang mungkin berusia Empat puluh tahunan.

"Mrs?" panggil Wanita itu yang merupakan kepala pelayan di Mansion milik Max. kalau tidak salah wanita yang sewaktu melayani-nya makan ketika pertama kalinya Ia menginjakkan kakinya di Mansion mewah itu.

"Ma...ma-af kan sa-ya Nyonya, saya tidak bermaksud lancang memasuki dapur anda. Saya hanya lapar dan butuh makanan" Adellia menundukkan kepalanya takut memandang wajah wanita paruh baya itu.

"Maaf kan saya Mrs jika saya membuat anda terkejut,dan Anda bisa memanggil nama saya Tina Mrs, saya kepala pelayan di Mansion ini" Jawab Tina sambil menundukkan kepalanya sopan.

"Eh-apa boleh saya meminjam dapur anda?, saya ingin memasak” tanya Adellia sopan.

"Biar saya yang melakukannya Mrs, anda bisa menunggu di meja makan itu Mrs"

"Tidak perlu Bibi, biar saya saja!" jawab Adellia menatap wanita empat puluh tahun itu dengan wajah memelas, Ia sudah terbiasa melakukan apapun sendiri semenjak kedua orang tua-nya di pindah tugaskan.

Hah, mengingat hal itu. Membuat Adellia semakin lapar saja, jika bukan karena Pria itu pasti Ia tidak akan berjauhan dari kedua orang tuanya.

"Baiklah Mrs" jawab wanita itu Akhirnya, Meski Wanita paruh baya itu merasa was-was, takut jika Tuannya akan marah.

“Em- Apa saya bisa bertanya Mrs?”

“Ya? Ada apa Bibi?”

“Apa Mrs adalah kekasih dari Mr.Axzwall?”

“Tidak, saya bukan Kekasihnya. Saya Muridnya dan Pria itu menculikku, aku tidak tau ada apa dengan Pria itu!” Sungut Adellia marah.

“Saya permisi Mrs!” lalu wanita itu meninggalkan Adellia sendiri berada di dalam dapur, Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi ketika Gadis yang di bawa Tuannya itu berbicara seperti itu, lebih baik Ia mengurus yang lainnya mengingat Jam sudah menunjukkan Pukul Satu siang. Dan hal itu membuat Adellia menatap bingung kearah kepala pelayan tadi yang tiba-tiba pergi meninggalkannya.

Mengangkat bahu dengan tidak acuh, Adellia kembali memfokuskan kedua matanya untuk mencari beberapa bahan makanan yang dapat Ia olah untuk di masak.

***

Max berjalan memasuki Mansion miliknya dengan wajah datar, Ia sengaja pulang dari Perusahaannya dengan cepat, bahkan Ia juga Izin tidak mengajar kesekolah hanya untuk melepas rindu pada Gadis kecilnya. Hampir setengah hari yang Ia lakukan hanya memandangi wajah gadis itu lewat ponsel genggamnya. Tidak ada pekerjaan yang mampu membuatnya mengalihkan tatapan-nya dari Adellia.

Tina-kepala pelayan Mansion milik Max datang menghampiri sang pemilik Mansion dan mengambil Alih tas dan juga Jas mahal milik tuannya yang sedari tadi pria itu pegang di tangan kanan-nya.

"Di mana Adellia?" Tanya Max dingin tidak memandang lawan bicaranya sama sekali.

"Mrs.Adellia ada di ruang dapur Mr" Jawab Tina membungkukkan tubuhnya tidak berani menatap wajah Tuannya.

Max menatap nyalang kearah wanita paruh baya itu, bagaimana bisa kepala pelayan itu membiarkan gadisnya ada di dapur? seharusnya yang ada di dapur itu wanita tua itu bukan gadisnya.

"Didapur? kau membiarkan Gadisku didapur? Dimana letak Otakmu hah" teriak Max, bahkan pria itu tanpa rasa kasihan mendorong tubuh wanita tua itu hingga wanita itu terjatuh Kelantai.

Max berjalan dengan cepat menuju dapur untuk menemui Adellia, Ia tidak memperdulikan Tina yang merintih kesakitan akibat dorongan-nya tadi. Beberapa pelayan lainnya sudah membantu pelayan Tua itu agar berdiri.

Saat langkah kakinya tiba di dapur, Max tersenyum senang melihat tubuh kecil Adellia yang tenggelam karena memakai kemejanya. Ah, bahkan hanya melihat tubuh itu dari belakang sukses membuat sesuatu yang di bawah sana menegang.

Max berjalan mendekati tubuh Adellia dengan langkah pelan agar tidak menimbulkan sedikitpun suara, sepertinya Adellia juga belum menyadari kedatangan nya lantaran gadis itu masih serius dalam mengiris-iris sayuran.

"Apa yang sedang kau lakukan sayang?" Tanya Max memeluk tubuh Adellia dari belakang, Max dapat merasakan tubuh Adellia yang menegang karena terkejut.

"Apa yang kau masak sayang?" Tanya Max sekali lagi namun kali ini Pria itu menciumi bahu Adellia yang tertutupi kemeja miliknya.

"Le.. Lepaskan saya Mr" Kata Adellia dengan suara tercekat, bahkan tubuh adellia bergetar ketakutan.

"Stthh, ada apa sayang, apa kau sakit? Kenapa tubuhmu bergetar seperti itu?" tanya Max pura-pura tidak tau, sangat jelas di wajahnya tengah mengejek Adellia dengan senyum miringnya. Ia mengetahui jika Adellia ketakutan namun apa peduli Max.

"Aku Mohon lepaskan aku" minta Adellia berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Max.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, berani kau lari dari ku, siap-siap saja mayat kedua orang tuamu sampai di hadapanmu" bisik Max dan tersenyum iblis.

"Kenapa? Kenapa harus aku?" tanya Adellia mulai menangis. Ia melepaskan pisau yang tadi Ia pegang begitu saja di atas meja kitchen.

"Sttthh, jangan menagis sayang. Aku tidak suka melihat Air mata mu" Max membalikkan tubuh Adellia dan ingin menghapus air mata yang sudah mengotori wajah cantik itu, namun Belum sampai tangan itu menyentuh pipi Gadis itu, Adellia langsung menepis kasar tangan Max, membuat pria menggeram Marah.

"Kau!" Geram Max mencengkram Dagu Adellia dengan kasar, bahkan pria itu tidak memperdulikan suara ringisan Adellia menahan sakit di daerah rahangnya.

"Kau, jangan karena aku bersikap lembut kau langsung bersikap tidak sopan padaku gadis kecil" Adellia yang sudah tidak tahan pun meludah tepat di wajah Max.

PLAKK

Tubuh Adellia terjatuh dan kepalanya membentur pinggiran meja yang ada di dekatnya sehingga pelipis Adellia mengeluarkan darah, Adellia memegangi Pipi sebelah kanannya dimana Max tadi menamparnya dengan sangat kuat sampai sudut bibir Adellia mengeluarkan darah, Ia juga menyentuh Pelipisnya yang mengeluarkan darah.

“Sudah ku bilang jangan memancing amarahku!” Kesal Max menghembuskan nafasnya. Ia masih menatap Adellia yang terduduk diatas lantai dengan wajah yang di tutupi oleh rambut panjang itu.

Seakan baru tersadar dari apa yang baru saja Ia lakukan terhadap Gadisnya, Max menjatuhkan dirinya kelantai marmer itu dan menatap telapak tangannya yang baru saja menampar Adellia.

Tubuh Max bergetar menatap telapak tangannya, Ia mengangkat pandangannya untuk melihat wajah Adellia, Max terkejut melihat pelipis dan juga sudut bibir Adellia yang mengeluarkan darah, tanpa berkata apapun Max mendekati tubuh rapuh itu.

"Jangan mendekat" seru Adellia, namun di hiraukan Max, Ia bukannya menjauh seperti yang di minta Adellia, malah sebaliknya pria itu semakin mendekati Adellia dan mengangkat tubuh Adellia, meskipun Adellia memberontak minta di turunkan namun Max tidak mendengarkannya.

"Maaf" ucap Max lirih hampir tidak terdengar saat Ia mendudukkan tubuh Adellia diatas ranjang.

"Apa Sakit?" Tanya Max menyentuh pelipis dan juga sudut bibir Adellia, sehingga wanita itu meringis tertahan.

"Maaf, maaf kan aku sayang" ucap Max lagi, namun tidak dijawab oleh Adellia, Gadis itu terus menangis meski suara tangisannya tidak terlalu terdengar di telinga Max.

Max mengambil telepon rumah yang ada diatas meja dekat ranjang, Ia menekan beberapa tombol Nomor menghubungi kepala pelayan nya.

"BAWA KOTAK OBAT SEKARANG" teriak Max tidak sabaran, dan langsung mematikan panggilan dengan cara meletakkan begitu saja gagang telepon itu.

"Sayang, maaf. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku" Max berjongkok dan menggenggam tangan Adellia yang ada di pangkuan gadis itu, Adellia menarik tangannya namun Max terus menggenggamnya dengan sangat erat.

"Lepas" ucap Adellia memelas.

"Tidak akan!" jawab Max menatap wajah Adellia dengan tatapan sayu, sedangkan Adellia memalingkan wajahnya tidak ingin menatap wajah Max

***

Pria itu menatap sendu kearah gadisnya yang kembali terlelap diatas kasur miliknya-ah masih pantaskan ia menyebut Adellia gadis sementara Ia sudah merengut kesucian Adellia yang selama ini gadis itu jaga seperti Ia menjaga dirinya sendiri.

Max berjalan mendekati tubuh Adellia dan duduk di bibir kasur miliknya memperhatikan betapa lelapnya Gadis nya tertidur, tangan besar Max membelai wajah Adellia dengan lembut, jari-jarinya menyusuri setiap inci wajah cantik itu dengan sangat hati-hati takut membangunkan Adellia dari tidur lelapnya.

"Aku tidak akan pernah melepaskan mu apapun yang akan terjadi dan membiarkan pria lain memilikimu, mengambil mu dari ku sama dengan Mati!" gumam Max pelan, dan seketika itu juga tatapan mata Max menajam saat terlintas bayangan Adellia ingin pergi meninggalkannya.

Max menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan semua bayang-bayangan itu, Max menjauhkan tubuhnya dari Adellia, melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya meninggalkan Adellia yang sudah membuka matanya kembali, dan beberapa menit kemudian seorang Pelayan wanita masuk membawa nampan berisikan beberapa makanan.

"Mrs, ini makanannya" ucap pelayan wanita itu meletakkan nampan berisikan makanan dan juga segelas susu di atas meja yang ada di sebelah nakas.

"Nanti saya akan memakannya,kau keluar lah..aku masih ingin sendiri" suruh Adellia tanpa menatap pelayan wanita itu.

"Maaf kan saya Mrs, Mr.Axzwall memerintahkan saya secara langsung mengawasi anda untuk menghabiskan Makanan Anda. Jika tidak Mr.Axzwall akan langsung turun tangan untuk memantau anda!" jawab Pelayan tersebut dengan suara yang sopan.

Adellia menghembuskan nafasnya lelah, Ia bangun dari posisinya menjadi duduk dan meraih nampan tersebut yang ada di atas meja,Adellia mulai memakan makanan dengan lahap mengingat Ia sama sekali belum mengisi perutnya.

Sesekali Ia juga akan meringis tertahan ketika tidak sengaja sendok yang Ia gunakan terkena luka yang ada di sudut bibirnya.

"Terimakasih" Ucap Adellia setelah menghabiskan segelas susu putih yang di sediakan pelayan tadi.

"Saya permisi" pamit pelayan tersebut dan meninggalkan Adellia di dalam kamar yang kembali merenungi nasib buruknya.

***

Di sisi lain Max menghembuskan asap rokoknya dari dalam mulut ke udara, suara dentuman Musik DJ Alone yang cukup keras mampu membuat fikiran Max yang sedari tadi kacau kini mulai meredup, ditambah dengan minuman yang menemaninya untuk malam ini untuk menenangkan fikiran-nya yang sangat kacau.

Setelah tadi Ia menyuruh pelayan untuk mengantarkan Makanan untuk Gadis itu, Ia juga tidak lupa menyuruh Pelayan-nya agar mengawasi Gadis itu supaya menghabiskan Makanan-nya, mengingat Gadis itu sangat keras kepala. Setelah melakuakn hal itu Max langsung pergi meninggalkan Mansion-nya untuk menenangkan fikiran.

Ia kembali meneguk minuman Ber Alkohol yang ada di genggamannya, Max mengerutkan keningnya ketika merasakan tangan seseorang menyentuh bahu miliknya dengan gerakan seksual, seakan sedang menggoda sang pemilik bahu.

"Sendiri? apa perlu saya menemani anda?" Tanya seorang wanita yang berpakaian minim sekali, wanita itu yang sedari tadi menggoda bahu milik Max semakin merapatkan tubuhnya sehingga Tubuh bagian depan wanita itu menempel dengan sempurna di dada Max.

Max menatap wanita itu yang juga menatapnya dengan tatapan menggoda, Max menampilkan senyum miringnya, akan tetapi senyuman itu diartikan senyum manis oleh wanita tersebut.

"Mau bermain Babe?" tawar wanita itu mulai berani menyenyuh bagian bawah tubuh Max, namun sebelum tangan itu menyentuh bagian tubuh bawah nya, Max terlebih dahulu mencekal tangan wanita itu agar tidak menyentuh bagian yang menurutnya milik Adellia.

"Tidak disini, ikut aku!" Max menarik lengan wanita itu memasuki sebuah Lorong gelap yang hanya ada pencahayaan yang minim dari cahaya rembulan di tambh dengan cahaya lampu yang remang-remang. Wanita tersenyum senang, karena berfikir sebentar lagi Ia akan Melewati malam bersama Pria yang sangat Populer di dunia Bisnis maupun Dunia malam.

Mereka sampai di depan sebuah pintu berwarna hitam. Max membuka pintu tersebut menampilkan ruang kamar yang minimalis. Disana, di sudut sebelah kiri terdapat tempat tidur yang tidak terlalu besar di tutupi dengan kain berwarna hitam pula.

"Kamar ini sangat menyeramkan" ucap wanita itu, namun Ia masih tersenyum manis menghadap Max.

Max tidak menjawab, Ia berjalan menuju Ranjang lalu mendudukkan bokongnya di atas ranjang itu, wanita itu berjalan mendekati Max dan tanpa permisi wanita itu duduk di pangkuan Max dengan mengangkanginya.

Wanita itu mulai bergerak dengan sengaja di pangkuan Max, mencoba membangkitkan gairah lelaki itu, saat wanita itu hendak membuka pakaian bagian depannya tangan Max terlebih dahulu menghetikan tangan wanita itu.

"Ada apa?" tanya wanita itu tidak mengerti.

"permainan yang sebenarnya akan di mulai,sayang!" jawab Max datar, lalu menurunkan tubuh wanita itu dari pangkuannya, Max berjalan menuju sebuah Lemari yang ada di sebalah sudut kanan, Ia megeluarkan tali tambang dari dalam lemari tersebut.

"Ah, apa kau menyukai sex yang menantang Babe" ucap wanita itu tertawa geli melihat Max mulai mengikat kedua tangan-nya dipilar-pilar ranjang, lalu Max beralih menuju kearah kaki wanita itu dan mengikatnya dengan cara melebarkan kedua kaki itu,mengikatnya dengan sangat kencang.

Bukannya Protes wanita itu hanya tersenyum malu-malu ketika melihat Max masih sibuk mengikat kakinya dengan tali tambang.

Selesai mengikat kaki wanita itu, Max membuka baju wanita itu dengan menurunkan resleting pakaian wanita itu,dengan perlahan Max menarik Resleting baju itu mulai dari bagian atas wanita itu, seolah Max sedang menggodanganya.

"Shh,ahhh" desah wanita itu saat dengan sengaja Max membelai pucuk payudara Wanita itu, Max tersenyum devil saat mendengar suara desahan yang menurut Max menjijikkan.

Setelah wanita itu sudah tidak memakai apapun, Max berdiri dan menatap tubuh polos itu dengan tatapan datarnya, seakan Ia sama sekali tidak tergoda dengan tubuh polos itu.

Max masih diam di tempatnya menatap Tubuh Polos itu “Apa yang kau fikirkan Babe?” Bingung wanitaitu karena Max sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda ingin menyentuhnya.

“Apa kau ingin aku lakukan sekarang juga?” Tanya Max, yang langsung di angguki wanita itu, dengan senyum miringnya Max menganggukkan kepalanya.

Max membuka resleting celananya dan mengeluarkan Miliknya dari dalam sangkarnya, melihat Max ingin memasuki Dirinya tanpa pemanasan terlebih dahulu membuat wanita itu melotot marah.

"Apa yang kau lakukan, aku belum basah sama sekali" Pekik wanita itu memandang Max tajam. Ia juga menggeliatkan Tubuhnya mencoba melepaskan tubuhnya dari ikatan tali itu.

Max tidak mengidahkan ucapan wanita itu, Ia membungkukkan tubuhnya dan mulai memasuki diri wanita itu yang masih kering membuat wanita itu menjerit kesakitan.

"Aaaaa..sakit,lepas....kau gila...lepass ini sakit Hiks.." pekik wanita itu kesakitan saat Max memasuki dirinya tanpa pemanasan, sungguh rasa sakit yang Ia rasakan saat ini luar biasa sakit. Seakan miliknya sedang di robek paksa oleh Max.

"Bukan kah ini yang kau inginkan Bitch" jawab Max tajam masih menggerakkan tubuhnya dengan kuat membuat wanita itu semakin menangis.

"Kau brengsek,lepas...Aaaa SAKIT" jerit wanita itu saat Max menggigit pucuk payudaranya dengan kuat, seakan Max ingin melepaskan pucuk payudara miliknya dari tempat-nya, wanita itu Menyesal telah menggoda Pria yang salah, Ia fikir pria ini adalah pria yang biasa Ia temui tiap malam, namun Ia salah pria yang saat ini Ia hadapi adalah pria Gila.

"Bahkan milikmu sudah longgar, sudah berapa Penis yang memasuki mu Bitch.." Max menghentikan gerakannya lalu mengeluarkan miliknya dari milik wanita itu setelah ia meludahi wajah wanita itu.

"BRENGSEK, LEPASKAN AKU" teriak wanita itu masih terisak meraskan sakit di bagian selangkangannya dan juga payudaranya,ia dapat melihat darah yang mulai keluar dari pucuk payudaranya membuat wanita itu semakin menangis.

Max kembali menarik resleting celananya,lalu melangkah kembali ke lemari tadi mengeluarkan tongkat Bassball berwarna putih membuat wanita itu semakin ketakutan,wajah wanita itu sudah memujat kala melihat senyuman iblis milik Max.

"Jangan,aku mohon jangan hiks....hiks..... aku mohon jangan lakukan itu" mohon wanita itu meronta mencoba melepaskan ikatan tali yang mengikat tangan dan juga kakinya.

"Shtt,bukankah kau yang mengajakku bermain sayang,tapi kenapa sekarang kau menyuruhku berhenti?" tanya Max lembut membelai wajah wanita itu membuat wanita itu menggelengkan kepalanya takut.

"Permainan yang sebenarnya akan di mulai sekarang" Max tertawa keras kala mengucapkan kata-kata itu,lalu ia berjalan menuju selangkangan wanita itu.

"punya mu sudah sangat longgar,Mungkin tongkat ini akan memuaskanmu?" tanya Max meraba Vagina wanita itu dan memasukkan kelima jarinya secara langsung.

"AAAAAAAA, SAKITTTTTTT" teriak wanita itu kesakitan saat Max memasukkan kelima jarinya secara tiba-tiba.

Max tertawa mendengar suara kesakitan wanita itu,"Lihatlah bahkan kelima jariku bisa masuk" tawa Max mengeluar masukkan kelima jarinya dengan tempo yang cepat, Max semakin tertawa kencang kala mendengar suara desahan milik wanita itu yang juga di iringi suara kesakitan.

"Hahahaha mendesah lah sayang" Max semakin menggila menghiraukan suaran tangis wanita itu,merasa sudah cukup bermain Max mengelurkan jarinya dan menatap wanita itu dengan tatapan datarnya.

"Saya Bosan, jadi saya akan mempermudahnya" senyum iblis milik Max kembali membuat wanita itu semakin ketakutan.

Max mengarahkan tongkat Bassball kearah vagina wanita itu lalu memasukkan kepala Bassball tersebut kedalam vagina wanita itu secara paksa membuat wanita itu meronta kesakitan,Max semakin mendorong tongkat Bassball itu semakin dalam dan berakhir seluruh tongkat itu tertanam di dalam diri wanita itu dan juga berakhirnya suara jeritan wanita itu.

"Kau sangat berisik" ucap Max menatap wanita itu dengan tatapan jijik saat mulut wanita itu mengeluarkan banyak Darah hingga mengotori lantai berwarna putih.

Max mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku jasnya dan menghubungi seseorang.

"Bereskan semuanya" ucap Max dingin dan mematikan panggilannya, lalu mengirim pesan yang berisikan alamat kepada bawahannya dimana Ia membunuh wanita itu.

Max berjalan keluar dari dalam kamar meninggalkan mayat wanita itu membiarkan orang-orangnya yang akan membereskan semua kekacauan yang baru saja Ia lakukan.

"Ah, aku merindukan Gadis kecilku" gumam Max tersenyum manis saat menatap foto Adellia yang tersenyum menggunakan seragam sekolahnya yang ia dapatkan dari orang-orangnya. Foto yang selalu ia simpan di dalam dompetnya untuck ia bawa kemana-mena jika ia tiba-tiba merindukan Gadis kecilnya itu.

Max berjalan keluar dari dalam Club malam itu dengan senyum yang mengembang, ia juga harus cepat kembali ke Mansionnya dan memeluk gadisnya dengan erat untuk melepaskan kerinduannya.

Suasa hati Max sudah kembali membaik kala ia sudah melampiaskan amarahnya ke wanita tadi, Ah mengingat wanita tadi, sungguh disayangkan wanita itu harus mengalami hal yang mengenaskan, Max akui wanita itu cantik dan menarik namun tidak secantik dan semenarik gadis kecilnya yang saat ini ia kurung di dalam Mansion.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login