Download App
18.75% ZEVA

Chapter 3: Part II

Alzeethan, Kerajaan Zeda.

'Jadi dia merupakan keturunan Raja Zeda I yang asli?'  Buku tua itu tentu sungguh terkejut akan fakta yang terungkap.

"Akhirnya aku bisa menemukanmu. Sekarang kamu-lah Tuan ku"

"Apa memang seperti itu?"

"Tidak juga, hanya saja aku bisa membantumu. Ada banyak mantra Magic yang hanya Raja Zeda I miliki Ia tulis disini"

"Hm.. baiklah. Aku akan membawamu bersamaku" Zeva mengucapkan sebuah mantra untuk menghilangkan dirinya dan keluar dari ruangan pribadi Ayahnya. Dia berjalan menuju kamarnya lalu menguncinya. Berjaga-jaga agar tak satu pun orang yang sembarangan masuk ke dalam kamarnya.

"Lalu sekarang apa?" Tanya Zeva. Sebenarnya Zeva masih tidak mengerti, mengapa Ia harus membawa Buku tua ini bersamanya. Seluruh tubuhnya seperti bergerak dengan sendirinya.

"Tidak ada, Tuan bisa beristirahat jika Anda ingin. Saya hanya ingin memulihkan kembali tenaga Saya"

"Tenaga mu berkurang jika aku membaca-'mu' ?"

"Ya begitulah. Jangan khawatir, Tuan" 

'Terlalu lemah, ah.. lagipula dia sudah tua' Batin Zeva yang menatap lekat Buku tua itu sambil mengangukkan kepalanya pelan. Sedangkan yang ditatap hanya mengernyit bingung, 'Apa anak ini terkena gangguan mental?'

"Baiklah, istirahatlah" Zeva membawa Buku tua itu ke rak buku miliknya, meletakkannya sejajar dengan buku sihir tebal miliknya. Setelah itu, Ia pun keluar dari kamarnya.

'Ahh.. aku lupa jika aku ingin mencari tahu tentang Ruangan Rahasia Ayah. Mungkin di lain waktu'  Zeva turun menuju ke arah belakang Istana. Membuka sebuah pintu besi berjaring yang ditumbuhi tanaman merambat. Terlihatlah beberapa—ahh tidak, banyak pepohonan dan bunga-bunga yang memenuhi ruangan yang luas itu. Zeva memang gemar menanam berbagai macam tumbuhan atau pun bunga dikala Ia sedang merasa bosan.

Terus-menerus dikurung di dalam Istana yang megah ini membuatnya muak. Sang Ayah tidak memperbolehkan dirinya untuk keluar dari kawasan  Istana.

'Ini untuk kebaikanmu dan Kerajaan Zeda'  Itu alasan yang diucapkan oleh Ayahnya. Begitu juga dengan Ibunya yang terlalu menurut dengan perkataan Ayahnya. Zeva tidak suka dikekang, Ia ingin mengenal dunia luar seperti apa, Ia ingin tahu belahan Alzeethan yang lainnya. Ya Alston, Ia penasaran dengan Kerajaan itu, Kerajaan para Demon berkumpul.

Ia ingin merasakan rasanya sekolah umum, seperti Adiknya. Ia begitu jengah dengan sekolah khusus bangsawan. 'Bangsawan yang bermuka dua'  Itu yang dipikirkannya. Mereka akan sangat baik di depanmu, namun ketika mereka membelakangimu mereka akan menjatuhkan dirimu.

Hanya Taman ini—Taman Dev'al, begitu Zeva menamai Taman ini , tempatnya bisa bernafas lepas. Itupun Ia harus beradu mulut dengan Sang Ayah yang pikirannya hanya tentang Politik dan Ekonomi Negara. Ayahnya tidak menyetujui permintaan Zeva untuk memiliki sebuah Taman, tapi pada akhirnya Ia berhasil membuat Ayahnya menyerah.

Jangan pernah berpikir Zeva akan merengek atau marah . Ia hanya diam saja, tentu. Namun Zeva menggunakan Sihirnya untuk membakar seluruh Ilalang yang menutupi lahan itu.

"Apa yang kamu lakukan Zeva?" Tanya Sang Ayah pada waktu itu dengan wajah panik. Zeva hanya mengedikkan kedua bahunya.

"Aku tahu Ayah tidak sempat untuk membuat Taman untukku. Maka dari itu, aku membuatnya sendiri"  Jawabnya dengan wajah yang amat datar. Sekali lagi, Ia benar-benar tidak marah pada Ayahnya. Ia hanya berpikir kalau Ayahnya tidak memiliki waktu untuk membuatkannya Taman, makanya Ayahnya tidak menyetujui permintaannya itu. Yah .. begitulah sejarah terbentuknya Taman Dev'al ini.

-ZEVA-

Malam pun tiba, semua pelayan terlihat sangat sibuk, berjalan kesana kemari membawa beberapa hiasan atau barang-barang—yang tentu saja tidak murah itu entah kemana. Zeva yang baru saja keluar dari kamarnya setelah selesai membersihkan dirinya sedikit bingung.

'Memangnya ada acara apa?'  Tanyanya melihat kesibukan para pelayan. Ia turun menuju ke arah dapur Istana, disana Ibunya juga sedang terlihat memberikan perintah kepada Pelayan dapur.

"Ibu" Panggil Zeva. Ibunya menoleh ke arah belakang, melihat Puteri Sulungnya sudah menampakkan dirinya. Alyssa berjalan mendekatinya setelah Ia memberikan perintah terakhir kepada Pelayan Dapur  itu.

"Ada apa, Anakku? Kamu bingung mengapa Istana begitu sibuk, benarkan? Coba tebak, kamu pasti tidak bisa menerkanya, kan?"  Tanya Alyssa bertubi-tubi.

'Bukan dosa kan, jika diriku menyihir Ibuku sendiri yang begitu cerewet ini' Zeva hanya mendengus kecil sambil menatap datar Ibunya. "Aku tidak tahu"

"Ibu sudah tahu , kamu pasti tidak tahu"

"Hm, jadi?"

"Ini untuk Pesta Ulang Tahun Adikmu, Zeva"  Zeva mengernyitkan dahinya samar, 'Bukannya 2 hari lagi?'  Pikirnya.

"Dipercepat, Sayang. Ibu juga ingin membuat Pesta untuknya karena besok Ia diperbolehkan menggunakan sihirnya"  Ahh.. Zeva ingat, tadi pagi Adiknya menyuruh dirinya untuk hadir ke sekolahnya.

Aturan di Kerajaan Zeda, Anak yang belum berusia 17 tahun, dilarang keras untuk menggunakan sihirnya. Mereka juga harus memiliki Sertifikat Sihir dan mereka juga tidak boleh menggunakan sihir mereka untuk mencelakai Orang lain, jika melanggar maka Magic yang mereka miliki dicabut paksa lalu di campakkan ke daerah terpencil di dekat perbatasan antara Kerajaan Zeda dengan Kerajaan Alston.

"Oh.. kalau begitu,lanjut saja" Alyssa mendengus kesal mendengar jawaban Anaknya yang singkat, padat juga jelas itu.

'Sebenarnya Aku ngidam apa sih ketika mengandungnya?' Batin Alyssa kesal.

"Es, Batu juga Kertas, itu yang Ibu idamkan ketika mengandungku"

"Jangan sembarangan membaca pikiran Orang lain dan jangan juga melihat kehidupan lampau seseorang, itu tidak sopan" Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh Zeva, membaca pikiran dan bisa melihat masa lalu orang lain.

"Ibu bukan Orang lain. Jadi, aku boleh melihat juga membacanya" Jawab Zeva santai namun wajahnya masih sama, datar .

"Huh.. lagipula untuk apa Ibu mengindamkan ketiga hal itu. Tidak masuk akal"

"Sifatku seperti Es yang dingin, juga keras seperti batu dan wajahku sama seperti kertas, datar. Semua ini masuk akal"  Ibunya tercengang, tidak , bukan karena perumpaman itu namun Anaknya berbicara lebih banyak dari biasanya. Hampir 20 kata yang keluar dari mulut Zeva, biasanya kata paling banyak Ia keluarkan hanya 10 kosa kata saja.

Zeva yang tahu sebab Ibunya seperti itu, mendengus pelan. 'Harusnya aku yang bertanya, apa dia ini Ibuku?'  Batin Zeva.

"Aku pamit"  Zeva langsung membalikkan badannya. 'Sebenarnya, mereka ingin aku banyak bicara atau tidak? Makhluk-makhluk yang membingungkan'  Pikir Zeva, Ia berjalan menuju Meja Makan. Dia sudah merasa lapar sedari tadi, namun karena rasa penasaran mengalahkan rasa laparnya maka Ia harus memenuhi Rasa penasarannya terlebih dahulu.

Zeva duduk di kursinya, dan para pelayan mulai melayaninya. Ia pun memakan makanannya dengan damai. Ia tidak tahu kemana Adik juga Ayahnya berada, yang terpenting dia harus mengisi perutnya yang sudah kosong itu terlebih dahulu.

"Saya selesai, bereskan" Perintah Zeva pada pelayan yang setia berdiri di belakangnya.

"Baik, Tuan Puteri Zeva" Zeva berdiri meninggalkan Meja Makan, melangkahkan kaki panjangnya dengan gaun malam berbahan sutera dengan warna senada dengan warna langit pada malam hari ini.

"Kakak!"  Zeva menghentikan langkahnya, melihat ke arah Adiknya yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Jangan lupakan besok"  Zeva hanya balas menggangguk.

"Ya, biarkan aku ke kamar" 

"Huh.. ketus sekali" Emma menuruni tangga,menuju Meja Makan dengan menggerutu. Zeva sudah sangat hapal dengan Adiknya itu, Adik dan Ibunya memiliki sifat yang 100% sangat mirip. Emma tidak akan berhenti mengoceh kalau Zeva hanya diam saja atau menjawabnya hanya dengan kata 'Ya'.

Zeva melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Ia merasa lelah, 'Bahkan waktuku berkebun tidak selama sebelumnya. Apa mungkin karena aku terlalu banyak bicara hari ini?'  Pikirnya. Tanpa menunggu waktu lama, Zeva tenggelam oleh kegelapan.

TBC.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login