Download App

Chapter 12: 12. Rahasia Ryanti

Setelah cukup menumpahkan kesedihannya, Ghina memilih keluar dari kamar mandi.saat membuka pintu, dia mendapati Sakha berdiri dengan raut cemas.

"Minggir, Mas."

Ghina mendorong tubuh sang suami, lalu ia berjalan menuju lemari.

"Ghin ...."

Sakha masih mencoba berdamai.

"Kamu marah?"

"Siapa yang marah?"

"Kamu?"

"Nggak."

"Kalau gitu, coba tatap saya, Ghin."

Sakha menarik lengan Ghina agar wanita itu berhenti bergerak.

"Ghina udah wudhu, Mas. 'kan jadi batal," keluhnya sebal.

"Eh, maaf. Habis kamu nggak bisa diajak bicara."

"Mas mau bicara apa lagi? Mau bilang kalau malam ini mau menginap di rumah Mbak Ryanti. Yaudah Mas pergi aja sana, Ghina nggak papa."

Sakha menghela napas sambil kembali mengikuti langkah wanita itu. Ghina berjalan tak menentu, sekali berhenti di depan meja rias, hanya untuk menatap wajah sejenak di cermin, lanjut menuju lemari tanpa mengambil apapun, terakhir dia berhenti duduk di ranjang. Menghela napas.

Sakha ikut duduk.

"Capek 'kan?"

Ghina mengerling sejenak, lalu membuang wajah.

"Ryanti mencoba bunuh diri," ucapnya lirih.

Ghina terhenyak mendengar ucapan Sakha. Pandangannya kini tertuju pada lelaki itu.

"Kenapa sampai bunuh diri, Mas?"

"Mas bilang ke dia, kalau kita sudah bermalam bersama. Lalu Mas juga buat pengakuan, kalau Mas ingin hidup bersama kamu selamanya."

Kali ini tubuh Ghina bergetar, benarkah yang ia dengar barusan, Sakha ingin hidup bersamanya?

"Tapi Ryanti tak terima. Ia memotong nadi pergelangan tangannya sendiri karena kecewa."

"Innalillahi."

"Ryanti ingin Mas memilih," Sakha memberi jeda sesaat, "kamu atau dia." Tatapan Ghina tertoleh seketika. Dadanya terasa berdegup kencang.

"Lalu, Mas memilih bersama siapa?"

Sakha terdiam sejenak, menatap dalam wanita yang sudah ia halali. Ia mencintai wanita ini, dan takkan mungkin meninggalkannya setelah apa yang mereka lakukan di malam kedua pernikahan.

"Mas belum memberinya jawaban. Jujur Ghin, Mas sangat menyayangimu, buat Mas apa yang kita lakukan semalam adalah hal luar biasa yang akan membekas kuat dalam ingatan. Ini adalah yang pertama untuk Mas, Ghin."

Ghina menatap lelaki itu yang juga tengah membidik matanya. Sesaat mereka diliputi kecanggungan. Ghina teramat bersyukur, walau dahulu ia mengenal Sakha sebagai lelaki playboy, ternyata ia tak pernah bermain terlalu jauh dengan perempuan.

"Andai semua tak sesulit ini," lirih lelaki itu pelan sambil menerawang jauh ke depan.

Ghina menggerakkan tangannya mengusap pipi lelaki itu hingga Sakha berbalik menatap wajahnya. "Tidak sulit jika memang Mas bisa menetapkan pilihan. Kalau Mas tanya pendapat Ghina, bukan ingin menonjolkan diri, tapi yang halal itu wajib dipertahankan, Mas. Kecuali jika Mas sangat mencintai mantan pacar Mas itu, dan memilih meninggalkan saya."

Sakha tersenyum kecil.

"Tapi seingat Mas kemarin sempat dengar seseorang yang dengan mata berkaca-kaca ngomong kalau pernikahan ini hanya akan bertahan sebulan, ya? Kamu tahu Ghin siapa orangnya?"

Ghina merengut sambut mulai mencubiti siku sang suami.

"Aw aw aw ... ampun Ghin, sakit."

"Kayaknya kamu amnesia Ghin, makanya jangan terlalu cinta sama orang tampan, bisa lupa ingatan," serangnya membuat Ghina semakin brutal. Membanjiri tubuh lelaki itu dengan cubitan.

Setelah cukup menumpahkan candaan, keduanya merebahkan diri ke atas ranjang. Sakha menyelipkan lengan sebagai bantal agar sang sitri bisa tidur diatasnya.

"Mas akan mencari cara Ghin, supaya Ryanti bisa menerima kaputusan Mas ini. Kamu sabar ya, Mas butuh dukungan darimu."

Ghina bangkit, dengan menopang pada siku yang terlipat, ia menatap lelaki itu sambil memainkan jemarinya di atas dada sang suami.

"Asal nggak berpaling aja."

"Kalau pada akhirnya berpaling, gimana?" tantang Sakha membercandai.

"Ghina pastikan Mas akan menderita jika berani melakukannya."

"Uh takut ...."

Sakha berguyon sambil menjulurkan lidah dan tertawa mengejek.

Bruuukkk!

Sebuah bantal mengenai wajah tegas itu. Ghina tertawa bahagia melihatnya berhenti tertawa karena terkejut. Mereka saling melempar bantal hingga malam itu terlewati dengan kembali berbulan madu.

Tak ada yang menandingi, indahnya hubungan yang terjalin karena Allah. Ghina tak henti bertahmid, diawal ia memang sempat menyangka hanya akan menjadi pengantin pengganti, ternyata kini ia tahu. Semua akan berubah setelah melalui satu malam saja bersamanya.

***

Di rumah sakit.

Ryanti tampak kerepotan, ia hendak mengambil gelas di atas nakas. Tapi selang infus yang masih menyatu dengan tangan kanannya membuat ia tidak bebas bergerak. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu ruangan.

Ryanti amat senang, karena mengira yang datang itu pastilah Sakha. Ternyata, saat pintu terbuka, kedua netra gadis itu membulat sempurna.

"Tyo?"

Lelaki itu tak menjawab, justru mempercepat langkah mendekati bed tempat Ryanti tertidur.

"Mau apa kamu kemari Tyo?"

"Kamu tanya untuk apa? Apa kamu pikir urusan kita sudah selesai?"

Ryanti membuang wajahnya.

"Tatap aku Ry?"

Tyo mencengkeram rahang Ryanti.

"Lepas!"

Wanita itu segera menepis lengan kokoh Tyo.

"Apa maksudmu kembali ke Jakarta? Kau telah membuat keluargaku harus menanggung malu!"

Ryanti merasakan napasnya memburu.

"Kau yang curang Tyo, kau tahu aku tidak sama sekali mencintaimu. Kenapa kau tidak menolak dijodohkan denganku? Malah membiarkan mereka memberiku minuman memabukkan hingga aku tak sadarkan diri dan ...."

Ryanti tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Aku akan bertanggung jawab, Ry!"

"Aku tidak akan menikah denganmu Tyo, aku tidak mencintaimu lagi. Aku mencintai Sakha. Harusnya kau tahu itu!"

"Aku minta maaf pernah menyakitimu, aku kembali bukan sebagai Tyo yang dahulu. Aku akan membayar semuanya. Please, menikahlah denganku."

Ryanti kembali membuang wajahnya.

"Tidak sampai kapanpun! Kau telah menghancurkan hidupku! Kau telah merusak sesuatu yang kusimpan untuk lelaki lain. Keluar kau Tyo!"

Ryanti bangkit dan memukul-mukulkan tangannya pada tubuh lelaki itu. Tyo hanya terdiam, tak melakukan perlawanan sedikitpun. Ia tahu tiga tahun silam pernah membuat sebuah kesalahan pada gadis itu. Ia mempermainkan perasaan Ryanti yang saat itu tulus mencintainya. Tapi dia yang sekarang berbeda. Tyo sudah menyesali perbuatannya dan meminta keluarganya untuk melamarkan Ryanti pada kedua orang tuanya.

Tyo tak pernah tahu jika ternyata Ryanti telah dekat dan bahkan berniat akan menikah dengan Sakha, sahabatnya sendiri.

"Aku akan jujur pada Sakha tentang kita!"

"Apa? Please, kumohon jangan Tyo! Aku sangat mencintai Sakha!"

"Tapi Sakha sudah menikah, Ry."

"Dia sudah berjanji untuk menceraikan perempuan itu!"

"Ryanti! Jangan bilang kau memaksanya untuk memilih."

"Iya, aku memang memaksanya, kenapa? Sakha memang harusnya menjadi milikku, jika kau tidak hadir kembali Tyo! Kumohon pergilah Tyo, jika kau menyayangiku, biarkan aku bahagia bersama Sakha ...."

Tyo berdiri kaku, melihat gadis yang teramat ia cintai berlinangkan air mata, hatinya sakit.

'Haruskah aku melepasnya dan membiarkan dia merusak rumah tangga sahabatnya?

***

Jika suka cerita ini, jangan lupa vote dan kasih ulasan bintang lima ya.. terima kasih.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C12
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login