Download App
62.5% EVSHILLAN

Chapter 5: Chapter 04 : EVSHILLAN

Beri ruang sedikit, untuk aku menempatinya. Sebagai titik keluh gundah dan laramu. Percayai aku sekali ini,  apa bisa?

...........

"Nggak paham gue sama jalan pikirannya. Seenak jidat nyuruh-nyuruh gue buat bikin makalah. Dia kira gue babunya apa!"

Pagi sekali, belum juga selesai mandi. Reev sudah mendengar ocehan adik bungsunya yang mengomel entah karena sebab apa. Padahal kamar Nala berada di lantai bawah, tapi suaranya bisa terdengar jelas hingga kamar mandinya.

"Abang! Buruan mandinya. Nebeng ke sekolah. Gue harus cepet sampai sekolah."

"Belom pakai baju ini, sabar. Baru juga selesai mandi." Reev menjawab dengan suara yang ikut-ikut ditinggikan.

"Gue, tunggu di bawah."

"Hmm." gumam Reev yang tidak mungkin di dengar adiknya.

Dengan cepat Reev memakai seragam sekolah, menyisir rambutnya tanpa pomade. Reev sudah biasa tidak menggunakan pomade jadi rambutnya lemas dan halus. Shillan bilang dia suka rambut Reev yang begitu. Bikin gemas, katanya.

Selesai dengan itu semua, Reev menyandang tas sekolah dan menyambar kunci motor. Sedangkan Nala sudah siap dengan seragam dan banyak buku paket di tangan dan paper bag-nya.

"Banyak banget." ujar Reev melirik pada bawaan Nala.

"Ini buat tugas." mukanya sangat-sangat tidak mendukung, sebal tidak karuan.

"Sini yang di paper bag, biar abang bawa di stang."

Nala dengan senang hati menyodorkan paper bag itu pada Reev. Tangannya tidak terlalu berat untuk memegangi buku-buku itu. Lagi pula lengan satunya masih sakit.

"Motor gue nggak lo panasin tadi?" tanya Reev.

"Nggak sempet. Otak gue buntu isinya makalah doang jadi lupa." jawab Nala.

"Lah kalo ada tugas ngapain kemarin sibuk maksa latihan."

"Nih ya, ibarat hp. Latihan udah kayak gue ngecas energi."

Reev memperhatikan tangan Nala yang seolah-olah memegang hp dan kabel kemudian menyatukannya seperti gerakan hendak mengisi daya. Niat sekali, pikir Reev. "Semerdeka lo aja, dek."

"Buruan jalan ah, bang." sebal Nala yang penjelasannya tidak dihargai barang gocengan. Dasar!

Reev menstarter motor, kemudian Nala naik di jok belakang. Tempat kosong yang beberapa minggu ini tidak Shillan singgahi. Melupakan hal itu Reev mengendarai motornya keluar gerbang menuju sekolah.

~¤¤¤~

"Permisi?"

Suara itu menghentikan gerak tangan Reev yang hendak meletakkan helm miliknya. Sedangkan Nala yang baru turun dari motor ikut memperhatikan cewek yang tadi berbicara dengan Reev. Nala tidak terlalu memperhatikan, dia sibuk mengamit paper bag yang menyantel di stang motor abangnya kemudian menendang pelan sepatu Reev untuk pamit mendahuluinya tidak lupa sedikit tersenyum pada cewek itu.

"Ya?" jawab Reev kemudian setelah Nala pergi.

"Kareev, ya?"

"Iya, siapa ya?" lagi Reev menjawab dengan tanya.

"Kenalin, Nada." cewek itu mengangsurkan tangan. Reev kemudian menjabatnya, "aku dari eskul padus. Omong-omong kita bakal satu team nantinya. Ini daftar nama siapa-siapa saja yang akan ikut." Nada mengangsurkan selembar kertas.

"Tunggu tunggu. Maaf gue nggak ngerti nih maksudnya gimana?"

"Ya...  Kita bakal satu team gitu." Nada menggaruk belakang kepalanya. Menarik kembali lembar kertas yang tadi ia sodorkan. Apa Reev tidak tahu, pikirnya.

"Sejak kapan gue masuk team. Team apa juga gue nggak tau."

"Loh, kamu nggak tau ya?" tanya Nada memastikan.

Reev menggedikkan bahunya.

Melihat itu Nada mengambil gawai di tasnya. Membuka aplikasi perpesanan untuk menghubungi seseorang, entah siapa Reev tidak tahu. Sesekali cewek itu mengernyit dan melirik ke arah Reev.

"Tapi bener kok. Kamu Kareev Sengkana kan anak IPS. Namamu sudah terdaftar di team." ujar Nada menjelaskan kembali.

"Ok, kalo memang gue ada di list member. Lantas siapa yang daftarin, gue merasa nggak daftar atau berniat untuk mendaftar disana."

Nada kembali membuka gawainya untuk melanjutkan pesan yang ia kirim pada seseorang.

"Kata Banu Shillan yang daftarin kamu."

Reev menatap Nada. Apa benar begitu, pikir Reev. Untuk apa Shillan mendaftarkan dirinya. Cewek itu bahkan bukan hanya sekedar tahu permasalahan Reev selama ini, lalu untuk apa Shillan mendaftar tanpa seizin Reev.

"Sorry, tapi gue nggak minat. Lo bisa cari pengganti gue mulai dari sekarang. Permisi."

Nada segera mengejar Reev yang berjalan meninggalkannya, "nggak bisa gitu dong Reev, ini bahkan sudah mau mulai latihan. Kamu nggak bisa seenaknya main keluar-keluar aja. Nggak mudah buat nyari pengganti posisi pianis."

"Gue nggak merasa pernah mendaftar untuk ikut bergabung di team."

"Ayolah, Reev. Lagian kamu bisa main piano ini. Jadi tolong kerja samanya." Nada tetap berusaha berbicara, meskipun sedikit sulit mengimbangi langkah Reev yang panjang-panjang itu.

"Gue bilang nggak bisa, lo maksa banget sih." Reev mendengkus sebal ketika cewek itu telah berpindah di hadapannya dengan berjalan mundur sambil berbicara karena Reev tidak berniat sedikit pun untuk berhenti berjalan, Reev di buru waktu. Hari ini jadwal piketnya.

"Pokoknya aku maksa, acara ini penting buat aku."

"Gue nggak peduli." Reev mulai kesal. Jika saja cewek itu tidak memaksa mungkin dia akan menjawab dengan baik-baik.

Nada memberengut sebal lantaran Reev menyingkirkannya hanya dengan satu tangan. Langkahnya juga harus terhenti ketika Banu memanggilnya dari belakang. Mau tidak mau Nada menghampiri Banu karena Reev sudah menjauh menuju kelasnya.

"Kenapa lo pagi-pagi udah ngos-ngosan begitu?" tanya Banu heran.

"Aku sebel banget ya sama si Reev Reev itu, sombong banget masa."

"Sombong gimana?" Banu mengernyitkan dahinya entah mengapa ia merasa seperti dirinya sedang dimarahi oleh cewek itu. Tapi setahunya Reev anak yang baik dan mudah akrab pada siapa saja.

"Dia nggak mau coba ngisi posisi pianis." Nada melirik Banu yang berjalan di sebelahnya.

"Nggak gitu caranya, Nad. Kalo dia nggak mau lo jangan maksa. Pantes aja dia nolak."

Nada mendesah frustasi, "ya tapi kan acara ini penting buat aku, Nu."

"Coba deh lo deketin Reev dulu, baru lo bicarain lagi soal posisinya. Lo bisa cari tau dulu permasalahannya apa. Gue paham sepenting apa acara ini buat lo, tapi lo nggak bisa menuntut seseorang untuk menyempurnakan keinginan lo begitu saja. Mau gimana pun Reev pasti punya alasan."

Nada tidak menjawab. Tapi dia tetap mendengarkan, apa yang dikatakan Banu memang benar. Hanya saja Nada masih tidak bisa menerima penolakan dari Reev. Reev tidak paham sebesar apa harapannya pada acara ini, sepenting apa semua ini baginya, Nada sangat menunggu kesempatan ini dari dulu bahkan ketika Reev menyepelekan acara ini Nada sangat tidak suka, tidak suka.

"Gimana pun caranya, aku harus buat dia masuk di posisinya. Kamu harus bantuin aku, Nu." Nada berucap dengan menggebu. Banu yang masih berjalan di sampingnya hanya mengangguk saja. Percuma bicara dengan orang yang ambisius seperti cewek disebelahnya.

Lihat saja nanti, kamu bakal aku seret masuk ke posisi itu. Nggak ada yang bisa menghalangi acara ini dengan seenak jidatnya!

Bumi Swarang, 17 Agustus 2020

Tubico!

Hope you have a nice day, thanks for reading.

Terima kasih sudah hadir, jangan lupa votement. Kalau kamu suka silahkan save di library.

Nih Reev temenin Tujuh belasanmu wwkk

Otw ngapel dia tuh, mumpung lagi renggang sama Shillan.

Find me on :

Instagram : @in_tanns

Wattpad : @dioreenote

___________

________________

____________________

D

I

O

R

E

E

N

O

T

E


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login