Download App

Chapter 10: BERTEMU KEMBALI

Zanna berhasil melarikan diri dari Kenan dengan bantuan wanita cantik yang dia temui di dalam kamar mandi bandara. Keberuntungan memang sedang berada di tangannya. Liburan Zanna sudah berakhir, saatnya kini dia kembali bekerja. Seperti biasa, berada di kantor bisa membuat dirinya terhibur. Pekerjaan yang banyak ditakuti oleh teman-temannya malah membuat Zanna merasa senang. Tidak jarang Zanna mengerjakan pekerjaan teman-temannya jika tugasnya sendiri telah selesai.

"Ana, kamu sudah melihat bos baru kita?" Tanya Rosa teman yang bekerja dengannya saat ini.

"Hah? Bukannya Bos kita tetap ya?" Zanna merasa heran karena selama dia bekerja di perusahaan ini tidak pernah dia mendengar jika perusahaan sedang dalam keadaan kritis dan dijual. Semua terlihat biasa saja sebelum Zanna pergi liburan bersama teman-temannya.

"No, Perusahaan ini sudah berganti pemilik. Tapi bukan karena mengalami pailit. Entahlah aku juga tidak tahu. Tapi bos kita yang baru orangnya super tampan. Kamu pasti suka nanti."

"Kamu bisa saja, Ros. Sudah sana kerja lagi! Jangan bergosip tentang pria tampan saja."

Rosa tertawa mendengar kelakar Zanna. Gadis itu memang banyak disukai teman-temannya. Zanna memang gadis supel yang mudah berteman dengan siapapun dan kalangan apapun. Mulai dari OB sampai manager mengenal nama Zanna yang terkenal ramah.

"Ana! Kamu dipanggil bu bos untuk menghadap." Teriak Doni sambil mengacungkan gagang telfon yang baru saja dia gunakan.

"Oke."

Zanna melenggang menuju kantor ibu Sofia, Direktur yang menjadi atasan langsung Zanna. Zanna memang sudah biasa bertemu dengan Sofia, Sofia yang hanya bertaut lima tahun lebih tua dari Zanna sudah mengganggap Zanna sebagai adiknya. Mereka sudah sangat dekat, tetapi jika ditempat kerja mereka masih menjunjung profesionalisme dalam bekerja.

Tok...tok...tok....

Zanna mengetuk pintu yang ada di depannya dan masuk ketika seseorang yang sudah dapat dipastikan itu adalah Sofia menyuruhnya masuk.

"Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?"

"Ma'af Ann, laporan yang kamu buat kemarin di tolak oleh bos baru kita. Beliau mengatakan kepada pak Burhan jika laporan yang kamu buat mempunyai banyak kesalahan." Sofia menatap sendu ke arah Zanna. Tidak tega membuat Zanna bersedih.

"Salah di bagian mana ya, Bu?"

"Nah itu dia. Bos kita tidak menjawab waktu pak Burhan bertanya. Beliau ingin bertemu dengan kamu langsung waktu itu."

"Kenapa ibu tidak menghubungi saya?"

"Sudah. Tapi ponsel kamu tidak bisa dihubungi. Bahkan, saya menghubungi kamu berkali-kali, dan hasilnya sama. Kamu tidak bisa dihubungi."

Zanna meringis. Dia baru saja ingat jika ponselnya raib ditangan Kenan. Pria itu menyita semua barang-barang yang ada di kamarnya termasuk ponsel yang berada di dalam tas tangannya.

"Ma'af ponsel saya hilang. Saya lupa."

"Baiklah. Sekarang kamu ke lantai atas. Temui CEO baru kita. Jelaskan dan tanyakan di bagian mana yang salah tentang laporan kamu." Zanna mengangguk, tanpa menunda dia segera pamit dan menuju ke kantor CEO baru perusahaannya.

Zanna memasuki lift dan menekan angka enam dan lima. Dia menuju lantai 65 tempat bos besar perusahaan ini bersemayam. Pintu lift terbuka dan dia langsung melihat meja sekretaris di depan pintu megah, sudah terlihat jelas jika pintu itu adalah pintu yang akan menghubungkan dia dengan CEO.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya sekretaris cantik yang bernama Delia Putri dengan ramah.

"Ma'af, saya staf keuangan ingin bertemu dengan bapak CEO." Zanna menyebutkan CEO karena dia juga tidak tau siapa nama bos barunya.

"Apakah anda sudah membuat janji?"

"Tidak eh belum. Saya baru saja cuti jadi tidak tahu jika pimpinan sudah berbeda."

"Ma'af, Mr. Narendra sedang tidak berada ditempat saat ini. Ibu bisa membuat janji temu."

"Oh... Baiklah, saya Zanna. Anda bisa mengaturnya kapan saja. Saya bukan orang sibuk, jadi kapan saja saya bisa."

"Baiklah ibu Zanna. Saya akan menghubungi bagian keuangan jika bapak Narendra sudah ada ditempat."

"Terimakasih." Zanna meninggalkan lantai tertinggi gedung ini dengan perasaan kesal. Dia sudah merasa emosi sejak Sofia mengatakan jika laporannya ditolak. Kesalahan dalam laporan yang seharusnya langsung ditunjukkan tetapi bos baru yang tidak diketahui namanya itu sama sekali tidak mau memberitahukannya. Zanna memasuki lift dan kembali menekan angka di dinding, bukan kembali ke ruangannya Zanna memilih lobby sebagai tujuannya. Dia ingin membeli minuman di starsbuck yang ada di depan perusahaan ini. Zanna perlu mendinginkan isi kepalanya.

Lift berdenting dan terbuka. Didepan lift sudah banyak orang yang akan masuk menuju lantai atas. Mata Zanna seakan lepas dari tempatnya saat menangkap sosok yang belum lama ini dia hindari. Kenan berada di depannya didampingi banyak bodyguard. Heran. Zanna seakan tidak percaya. Wajah Kenan terlihat datar seperti tidak mengenalnya.

"Anda tidak keluar? Atau anda ingin kembali lagi keatas?" Dingin. Suara Kenan terdengar dingin ditelinga Zanna. Zanna semakin merasa heran. Apakah Kenan semarah itu dan memutuskan untuk membenci Zanna? Zanna melangkah keluar dari lift dan Kenan kini memasuki lift beserta para pengawalnya. Zanna masih melirik kearah lift dan pandangan Kenan masih sama. Datar. Kenan tidak mengenalnya? Padahal para pengawal di samping Kenan adalah orang yang sama yang menyekapnya selama di Bali.

"Tunggu! Kenapa aku jadi bingung? Lebih baik dia tidak mengenalku kan? Aku bisa tenang dengan semua kegiatanku. Tapi untuk apa pria itu berada disini? Ah ... Sudahlah. Bukan urusanku juga." Zanna berbicara dengan dirinya sendiri, tanpa disadari Zanna seseorang yang dari tadi memperhatikannya tersenyum sinis, menyembunyikan suatu rencana.

***

Ponsel Zanna bergetar saat dia memasuki pintu lobby perusahaan dengan minuman dingin ditangannya. Zanna menjawab panggilan dari bosnya di ponsel yang baru saja dia beli. Zanna kembali membeli ponsel setelah dia mendarat di Jakarta dan menghubungi teman-temannya yang ternyata tau jika Kenan orang yang ada dibalik semua yang terjadi. Jika ingat semua itu Zanna ingin sekali menjambak rambut teman-temannya karena meninggalkannya berdua dengan Kenan.

"Iya bu? Saya ada di lobby saat ini."

....

"Oh, baiklah. Saya akan segera menuju keruangan beliau. Beliau tadi belum ada ditempat."

...

"Baiklah bu, terimakasih." Zanna menutup panggilan dan kembali menuju lantai atas. Kembali ke kantor sang Bos besar.

Zanna tersenyum ketika bertemu lagi dengan sekretaris cantik si bos. Dia mempersilahkan Zanna untuk memasuki pintu megah yang ada di depannya. Dengan ragu Zanna mengetuk pintu. Setelah mendengar seseorang mempersilahkannya masuk, Zanna membuka pintu dan menutupnya lagi setelah berada di dalam.

Klek.

Zanna bingung. Pintu itu berbunyi seperti terkunci setelah dia berbalik menghadap Bos yang sedang membelakanginya.

"Bagaimana aksi kabur mu sayang?" Zanna melongo saat mendengar suara yang sangat dia kenal dan saat bos baru itu membalikkan badannya...

"Oh shit!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login