Download App

Chapter 58: 58. Gara-gara lo

Hari minggu, hari dimana Lily bisa rebahan selama sehari penuh tanpa adanya gangguan kini lenyap sudah. Yuli datang kerumah Lily untuk mengajaknya berbelanja kebutuhan piknik.

Yang benar saja. Piknik mereka masih satu setengah bulan lagi. Ini terlalu awal untuk menyiapkan semuanya.

Bodohnya Lily menyetujui adiknya ikut saat diseret oleh Yuli dengan alasan, Asterlah yang akan menjadi budak untuk membawakan belajaan mereka. Tapi itu semua hanyalah tipuan belaka.

Lihatlah Lily sekarang!

Lily menjadi orang yang terabaikan. Aster dan Yuli malah asik bermain game berpasangan di zona permainan. Menyisakan Lily yang hanya duduk terdiam di dalam box karaoke menyanyikan lagu galau.

Mereka belum mendapat satupun keperluan untuk piknik. Hingga Lily menjadi sangat bosan dan memutuskan untuk menghayati lagu ini dengan sungguh-sungguh.

Ah sudahlah. Lily segera mengganti lagu galau itu dengan lagu dari salah satu girlgroup korea yang memberikan kesan jedag-jedug.

Lily mulai bernyanyi layaknya berada di sebuah panggung konser yang besar. Tak lupa dengan dance yang Lily ingat-ingat saat melihat video mereka.

Tepat saat Lily hampir sampai pada klimaks lagu yang bernada tinggi, pintu box karaoke terbuka. Yuli masuk dengan seenak hatinya dan menekan tombol off pada layar yang menampilkan lirik itu.

"Waw, suara lo bagus Ly." Lily menatap tajam Lily yang berkomentar tentang suaranya. Aaargh, lada akhirnya Lily menikmatinya tapi Yuli malah menghancurkan moodnya.

"Tapi sekarang waktunya makan." Ugh, rasanya Lily ingin menempeleng Yuli, tapi Aster tidak akan tinggal diam. Sudah sedari tadi Lily mengajak mereka makan, tapi mereka malah asik dengan dunia mereka sendiri.

"Ya udah, ayo." Yuli menggandeng tangan Lily keluar dan menghampiri Aster yang menunggu mereka di pintu keluar zona permainan.

"Kakak gue ngapa nih cemberut aja?" Tanya Aster menyadari ekspresi dongkol Lily. Aster segera merangkul bahu kakaknya dan berjalan pergi menuju restoran yang sudah mereka sepakati tadi. Tepatnya hanya Aster dan Yuli yang sepakat.

Yuli mengikuti mereka dari belakang, menatap kasih sayang antara kakak dan adik yang terumbar ini.

Sesekali Aster mencubit pipi Lily yang menggembung karena ngambek padanya ini.

"Yang kakaknya yang mana helloooo? Baru inget?" Sindir Lily, Aster malah tertawa terbahak-bahak.

"Ciee marah. Aster panggilin kak Angkasa aja apa gimana?" Lily melotot.

"Jangan! Angkasa lagi sibuk belajar buat olimpiade. Ya kan yul?" Yuli mengangguk. Memang benar, walaupun alasan terbesar Lily adalah menjauhi Angkasa agar traumanya tidak kambuh. Ah, Lily jadi rindu pada Angkasa.

"Ya udah, tapi kakak jangan ngambek lagi ya?" Bujuk Aster.

"Oke, tapi sekarang kakak pengen sushi."

"Ya udah, yuk makan sushi buat menghibur kakak aku yang aku cuekin dari tadi." Lily tersenyum puas, saat Aster memutar arah mereka.

Dengan jahilnya Lily menoleh kebelakang dan menjulurkan lidah kearah Yuli. Pasalnya Lily tahu, jalan yang sedang mereka tuju tadi adalah ke restoran cepat saji kesukaan Yuli.

Yuli yang gantian kesalpun berlagak meninju-ninju angin kearah Lily, namun Yuli langsung menyembunyikan tinjunya dan tersenyum manis saat Aster ikut menoleh kebelakang.

Lily terkikik geli.

"Apanya yang lucu mbak?" Lily menggeleng tapi masih berusaha menahan tawa.

"Kalian duduk aja. Biar Aster yang pesenin." Lily dan Yuli mengangguk cepat, selagi Aster berbaik hati memesankan pesanan mereka tanpa patungan.

Lily dan Yuli duduk disalah satu meja kosong yang tersedia. Tanpa ragu Lily mengambil obat yang diresepkan dokter Mita, yang harus diminum sebelum makan.

Yuli membulatkan matanya.

"Ly, kamu minum obat apa?" Lily segera menelan obat itu.

"Obat dari psikiater, jangan bilang Aster ya?"

"Dia gak tahu?" Lily menggeleng.

"Mama lo?" Lily menggeleng untuk yang kedua kalinya.

"Gak boleh gitu Ly, gimanapun keluarga lo tetap harus tahu kondisi kamu yang sebenarnya." Protes Yuli.

"Iya, papa tahu kok." Ucap Lily enteng.

"Maksud lo, papa yang berusaha nyelakain lo, Aster, sama mama?" Lily mengangguk, memang papa yang mana lagi?

"Ya Allah, gimana kecewanya mama lo pas tahu lo masih kontek-kontekan sama papa yang nyakitin anak-anaknya? Hancur pasti." Lily termenung, Lily tidak ingin itu terjadi. Tapi Lily tidak ingin mamanya memiliki banyak beban karena dirinya.

"Papa udah aku maafin kok. Lagian anak tetap anak walaupun orang tua bercerai."

"Lo emang bener, tapi sampai kapan mau nyembunyiin ini?" Lily kembali tertunduk lesu.

"Aku gak tahu." Yuli berpindah duduk dan memeluk temannya ini. Terlalu banyak beban yang Lily pikul, perpisahan orang tuanya pasti sangat membuat Lily tersakiti. Lily pasti butuh sosok dewasa, tapi tidak ingin merepotkan mamanya dan pasti Lily tidak ingin lari ke papanya, tapi Lily tidak punya tujuan lain.

"Jangan dipendem sendiri Ly. Kamu bisa cerita ke aku, kalau gak mau ada rena. Jangan lupain Angkasa juga." Lily mengangguk, merasa beruntung memiliki teman sebaik Yuli.

"Makasih Yul."

Yuli melepas pelukan Lily dan kembali ke kursinya.

"Jadi sekarang ceritain gue masalah yang lagi lo hadapi sekarang." Lily menarik nafasnya dalam-dalam.

"Pesta keluarga Angkasa, pas lo dandanin gue."

"Kenapa sama hari itu?"

"Hari itu, aku lihat berkas kasus milik Keila, temen masa kecil Angkasa."

"Berkas kasus?"

"Iya, Keila meninggal gara-gara hal yang hampir sama seperti kejadian yang gue alamin. Mungkin kalau kak Sean gak datang, nasib gue bakal sama kayak Keila. Papa Angkasa yang tunjukin itu, papanya minta aku jauhin Angkasa dan itu berhasil."

"Emang kamu jauhin Angkasa?"

"Kurang lebih begitu, setiap aku deket sama Angkasa aku jadi ingat malam nakutin itu. Traumaku kambuh setiap aku deket sama Angkasa. Makanya aku sedikit jauhin dia." Yuli menatap Lily sendu. Jika Yuli ada diposisi Lily mungkin Yuli sudah menyerah.

"Papa aku yang bantu aku ke psikiater lagi, setelah tahu traumaku kambuh. Lewa bantuan selingkuhannya. Aku rasa selingkuhan papa gak seburuk itu."

"Semoga dia memang sebaik yang kamu kira." Lily mengangguk.

"Itu salah aku yang keterlaluan mempermaluin dia di depan umum."

"Gak Ly, kamu gak salah. Setiap anak yang tahu orang tuanya selingkuh dan anak itu punya keberanian sebesar kamu mungkin dia bakal lakuin hal yang sama kayak apa yang kamu lakuin."

"Makasih Yul, aku sedikit lega setelah bisa ngeluarin semuanya."

"Ini gunanya teman." Lily melirik jijik tangannya yang digenggam Yuli.

Sadar dengan apa yang terjadi mereka menarik tangan mereka masing-masing.

"Bisa dikira lesbyan kita. Hiiii" Ucap Lily sembari mengelapkan tangannya ke celana jeansnya.

"Eh, Ly ngomong-ngomong tentang Kak Sean nih."

"Kenapa? Masih belum move on?"

"Enggak ih, ada yang lebih seger kok milih yang tua."

"Maksud lo adek gue? Btw, adek gue lama amat pesennya." Yuli meringis.

"Itu lho yang lagi ribut kayak kak Sean." Lily menoleh kearah yang ditunjuk Yuli.

"Itu memang kak Sean dodol. Mentang-mentang udah beralih, lupa ya sama masa lalu?" Yuli mengabaikan perkataan Lily, memilih memperhatikan sosok tampan yang dulu dikaguminya itu.

"Lagi ribut sama siapa?" Lily kembali fokus menatap layar hpnya.

"Kak Intan, pacarnya kak Sean."

"Kak Sean udah punya pacar? Tapi kok berantem gitu."

"Iya, mereka emang agak aneh." Jujur Lily ingin cuek dan pura-pura tidak tahu.

"Ih Kak Sean ditampar." Abaikan saja Ly, ucap Lily dalam hati.

"Ceweknya kok kearah sini?" Lily terkejut, saat Yuli mengatakannya.

Belum selesai dengan keterkejutannya oleh perkataan Yuli, Lily menerima siraman air jus tepat di wajahnya dari Intan.

"Apa-apaan ini?!" Lily berteriak tidak terima. Seluruh wajahnya terasa lengket.

Kenapa? Kejadian buruk selalu menimpanya saat sedang makan direstoran?

"Gara-gara lo, gue diputusin!" Teriak Intan histeris.


CREATORS' THOUGHTS
Chuuby_Sugar Chuuby_Sugar

Terima kasih untuk kalian yang sudah mendukung cerita ini.

Gumawo!!

Salanghe (luv)

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C58
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login