Download App

Chapter 73: 73. Ancaman yang hendak dilaksanakan

Angkasa mematung, suasana sore yang tenang semakin hening karena diamnya Angkasa yang masih mencoba memahami situasi ini. Hanya suara jarum jam dinding yang terdengar. Suara hati yang mulai berteriak menanyakan alasan dibalik permintaan itu sama sekali tidak terdengar dengan jelas.

"Saya tahu Lily sangat dekat denganmu dan saya berterima kasih karena kamu sudah mengembalikan senyuman Lily seperti dulu. Tapi apa kamu tidak bisa menjaga jarak dari Lily?"

Angkasa termenung, sedangkan Desi menunduk dalam. Desi merasa meenjadi manusia paling jahat karena terus menerus menyakiti anaknya.

"Kenapa tante meminta saya jauhin Lily, saya punya kesalahan apa?"

"Kamu tidak punya salah apapun. Ini juga bukan permintaan, ini perintah sekaligus permohonan."

"Apa alasannya tan?"

Desi menghela nafas kasar, jika tidak sekarang mungkin akan semakin sulit memisahkan mereka berdua. Biarkan Desi berperan menjadi orang jahat disini, Desi hanya tidak ingin pergi dari kota ini.

"Menjauhlah dari Lily kalau kamu masih ingin melihat Lily ada di kota ini." Ini jalan terbaik menurut Desi, yaitu kerelaan dari kedua belah pihak untuk berjauhan tapi masih didalam jangkauan yang dekat. Desi lebih tidak tega lagi jika harus membawa Lily pergi ke kota yang jauh untuk memisahkan mereka.

Apa maksudnya? Angkasa tak habis fikir. Apa sebegitu tidak sukanya Mama Lily pada Angkasa? Jika karena cupu rasanya tidak mungkin, dulu Nyonya Desi sering melihat penampilan Angkasa saat pulang pergi jadi model. Lalu apa alasannya.

Mata Angkasa menangkap map yang bertuliskan nama perusahaan. Angkasa merasa tidak asing dengan nama perusahaan itu. Ya, bagaimana mungkin lupa saat Angkasa menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk mempelajari cara mengelola dan memimpin perusahaan itu dari papanya langsung.

"Tante kerja di perusahaan itu?" Desi terdiam, tangannya berusaha untuk menutup tulisan itu. Dari sini, Angkasa bisa tahu arah dari maksud ucapan Nyonya Desi yang memintanya menjauhi Lily.

"Apa tante diminta papaku untuk memisahkan Lily dari saya?" Angaksa sudah mendapatkan jawabannya dari kediaman Desi. Pasti Papa Angkasa meminta mama Lily untuk pergi dari kota ini dengan alasan dikirim ke cabang lain. Sama seperti orang tua Keila.

Tindakan Nyony Desi ini sama dengan tindakan yang diambil oleh orang tua Keila saat itu.

"Tante tidak perlu khawatir, biar saya yang bicara dengan papa."

"Bagaimana saya tidak khawatir disaat nyawa Lily yang jadi taruhan jika tetap ada disampingmu?" Bantah Desi dengan cepat. Desi tidak mungkin melupakan kejadian yang menimpa gadis kecil yang dulu juga dekat dengan Angkasa itu.

"Apa papa mengancam tante?"

"Tidak, hanya saja lebih baik kamu menjauhi Lily."

Desi bangkit, meninggalkan Angkasa yang terdiam penuh tanda tanya itu.

"Loh mama mau kemana?" Tanya Lily saat keluar dari dapur dan membawa tiga gelas es teh.

"Mama capek. Mau istirahat dulu." Lily mengangguk paham kemudian menghampiri Angkasa yang terduduk diam, Lily merasa aneh dengan situasi ini.

"Sa, mama habis bicara apa?" Angkasa masih terdiam dan Lily masih menatap kepergian mamanya dengan cemas.

"Ly."

"Hm?"

Angkasa bangkit, memeluk Lily dengan tiba-tiba dan membuat tubuh Lily membeku sesaat.

"Aku gak mau jauhin kamu mesti ada yang berusaha buat misahin kita." Ucap Angkasa lirih.

Ada yang aneh disini, sepertinya tadi Angkasa tidak seemosional ini. Apa yang tadi dibicarakan mamanya dengan Angkasa?

"Mama gak suka banget sama kamu ya?" Angkasa menggeleng, lebih mengeratkan pelukannya pada Lily.

"Mama tadi bicara yang enggak-enggak ya? Maafin mama ya? Pasti mama lagi capek makanya omongannya gitu." Lily membuat jarak antara dirinya dan Angkasa. Dengan sigap Lily menyeka air mata Angkasa yang hendak mengalir.

"Jangan sedih, nanti coba kesini lagi pas kamu lagi ganteng. Pasti mama suka." Angkasa terkekeh. Fikiran sederhana Lily mampu membuatnya kembali tersenyum.

Dari sudut lain, Desi melihat dua pasang anak muda yang sedang dimabuk cinta itu dengan sendu. Bagaimana bisa Desi tega memisahkan mereka?

*

Angkasa mendobrak pintu rumahnya dengan keras. Seakan memberitahu seluruh penghuni rumah mewah ini bahwa ia datang membawa setumpuk kemarahan.

Beberapa pelayan datang berlarian menundukkan kepalanya menyambut kedatangan tuan muda rumah ini. Angkasa mengabaikan mereka dan melangkahkan kakinya masuk menuju ruang kerja papanya.

Bella datang saat mendengar keributan diruang tamunya. Dilihatnya satu-satunya putranya masuk kerumah ini setelah sekian lama.

"Rei, kamu pulang."

Angkasa mengabaikan tangis haru mamanya yang menyambutnya datang dan terus melangkahkan kakinya naik kelantai atas. Bella tidak tinggal diam, mengikuti kemana anaknya hendak pergi.

Bella memejamkan matanya dengan cepat saat anaknya membanting pintu ruang kerja suaminya dengan kencang. Hebatnya suaminya tampak sangat tenang dan tidak tekejut sedikitpun.

"Akhirnya kamu pulang."

"Maksud papa apa minta mama Lily buat jauhin aku sama Lily?!"

"Bukannya memberi salam, malah berbicara melantur seperti itu. Apa dia memberitahumu?" Bella berusaha menengahi suami dan anaknya dengan cara menahan tangan anaknya untuk bersabar.

Pemadangan tak asing yang Bella dapatkan akhir-akhir ini. Anaknya yang pulang dengan marah-marah dan suaminya yang menanggapinya santai seperti ini bukanlah masalah besar.

Angkasa tersenyum sinis. "Bukan, tapi aku tahu sendiri kalau itu perbuatan papa."

"Kalau sudah tahu, kenapa tidak langsung menjauhi anak itu? Papa sudah memintamu untuk menjauhinya sedari lama bukan?" Angkasa termenung sedikit lama.

Kemudian dengan menyingkirkan segala egonya, Angkasa berlutut dihadapan papanya. Tangan Angkasa mengepal dengan kuat, ia bisa kehilangan semuanya tapi tidak dengan Lily.

"Aku harus gimana supaya aku tidak perlu menjauhi Lily?" Edy terdiam cukup lama, memikirkan jalan keluar terbaik dari masalah ini.

"Apa gak bisa biarkan Angkasa punya satu teman sayang? Aku rasa Angkasa sangat menyukai gadis itu." Edy menggeleng.

"Saat papa mengeluarkanmu dari rumah tantemu dan menyewakan apartemenmu pada orang lain, kamu tetap tidak kembali kerumah ini. Akhirnya kamu kembali, tapi kenapa dengan penampilan menyedihkan seperti ini?" Edy berjongkok dihadapan anaknya dan menuntun anaknya untuk menegakkan tubuhnya. Edy bisa melihat titik kesedihan yang mendalam dari tatapan anaknya.

"Kamu akan menuruti kemauan ayah Rei?"

Angkasa mengangguk cepat. "Asal Rei bisa tetap bersama Lily."

"Kalau begitu kembali kerumah ini, berhenti jadi model dan pergilah ke Dubai selama seminggu, ikuti pelatihan cabang perusahaan disana. Lalu mengikuti olimpiade dari sana." Angkasa memutar otaknya. Cukupkah waktu untuk melaksanakan perintah papanya sebelum hari kedua piknik?

Angkasa sudah berjanji akan menyusul Lily dihari kedua dan Angkasa tidak ingin ingkar.

"Lakukan itu, maka papa akan biarkan kamu untuk tetap bersama Lily." Angkasa memeras tangannya kuat-kuat. Karir model yang dibangunnya dari nol harus Angkasa lepaskan demi Lily. Ya, pertukaran yang sangat sebanding.

"Bagaimana jika Rei bisa menyelesaikan pelatihan lebih awal?"

"Maka kamu bisa mengikuti olimpiade putaran pertama dan memenangkannya tanpa perlu mengikuti putaran kedua atau ketiga."

"Apa kamu gak terlalu berlebihan sayang?" Bella menatap anaknya sedih, bagaimana anak yang baru saja genap berumur tujuh belas itu sudah mendapatkan beban seberat itu.

"Rei punya satu permintaan, Rei minta papa urus penalti koontrak kerja Rei sebagai model di agensi."

"Itu hal yang mudah."

"Rei akan penuhi perintah papa. Tapi jangan ingkari janji papa untuk biarkan Lily tetap ada disamping Rei."

Tangan Edy yang hendak mengelus kepala anaknya terhenti saat Angkasa bangkit.

"Rei mau bersiap-siap dulu. Berangkatnya besok kan?" Edy mengangguk, kemudian membiarkan anaknya keluar dari ruangannya.

Bella mendekat kearah suaminya yang masih menatap kepergian anaknya yang sudah menghilang dari balik pintu.

"Bagaimana caranya kamu melindungi mereka? Bukannya Lily memiliki penguntit yang sama seperti Keila?"

"Penguntit itu masih ada dibalik jeruji besi."

"Lalu setelah itu?"

"Kita fikirkan nanti saja."

"Apa kita beritahu Rei saja bahwa kamu bukan orang yang membunuh Keila? Aku takut saat Lily mengalami kejadian serupa, Rei akan menyalahkanmu lagi."

"Tidak sekarang Bella, aku janji aku tidak akan biarkan Lily bernasib sama seperti Keila demi putra kita."


CREATORS' THOUGHTS
Chuuby_Sugar Chuuby_Sugar

Komen dong, lagi rajin update nih ~

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C73
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login