Download App

Chapter 83: Arc 3 ~ Merundingkan Kesepakatan

Tiga hari berselang sejak kejadian ledakan pabrik itu. Kabar tersebar dengan cepat ke segala penjuru kota. Tingkat kecemasan naik. Hal tersebut berdampak hingga ke hampir seluruh sektor industri yang ada di Belteraia.

Pabrik-pabrik, utamanya yang dimiliki oleh perusahaan swasta banyak yang diliburkan atau dipangkas jam kerjanya hingga setengah hari. Ketakutan merajalela. Rasa waspada akan serangan teror merengkuh seluruh hati warga Belteraia.

Untuk Antonio sendiri yang menderita paling banyak kerugian akibat serangan teroris misterius ini, dia memasrahkannya kepada pihak berwenang Belteraia sepenuhnya. Akan tetapi, dibalik itu dia pun melakukan investigasi sendiri melalui agensi invetigator pribadi yang disewanya.

Sebuah usaha extra dan pastinya mengeruk cukup banyak biaya. Namun, hasilnya sepadan dengan biaya yang digelontorkan.

"Tuan Antonio." Seorang pelayan memanggil dari belakang lelaki uzur itu yang sedang menghadap keluar jendela di ruang kerjanya, "Tuan Rostowl dan Tuan Ezzoliant dari agensi investigator datang untuk menemui anda."

"Biarkan mereka masuk."

Antonio memandang lekat ke jendela. Keriput di dahi dan pipinya nampak jelas diterpa cahaya mentari pagi. Sudah jadi kebiasaannya demikian setiap hari.

Pintu pun berderit kala sang pelayan mempersilakan masuk dua orang detektif yang disewa oleh Antonio. Mereka berpenampilan layaknya seorang pengusaha; bersetelan coklat dengan kemeja putih serta dasi merah, dipadu dengan topi fedora yang sewarna, lalu sepatu pantofel hitam yang menawan.

"Ah, Rostowl, Ezzoliant. Bagaimana kabar kalian?" Antonio memutar kursi putarnya menghadap kedua pria itu, "Duduklah, jangan berdiri terus."

Keduanya pun duduk seketika itu juga. Wajah berkumis Rostowl manis menyenyumi Antonio, sedang ekspresk Ezzoliant keras membatu.

"Katakan, bagaimana perkembangan kasusnya?" tanya Antonio langsung saja.

Rostowl yang menanggapinya, "Kami telah melakukan penyelidikan selama beberapa minggu, tuan Antonio. Kami juga berhasil mengumpulkan informasi tentang keberadaan si 'kutu kecil' yang mengganggu bisnis anda selama ini."

"Dari yang kami temukan, seluruh informasi mengenai keberadaan teroris itu mengarah ke Distrik Maghalo; distrik termiskin, terkumuh dan paling tinggi tingkat kriminalitasnya di Belteraia." Ezzoliant menimpali,

"Dari situ, kami melakukan investigasi lagi dan berhasil menemukan 'Tikus' perusak properti anda, tuan Antonio," ujar Rostowl seraya memberikan secarik foto kepada Antonio.

Nampak, seorang pemuda dengan luka melintang di wajahnya. Bersama pemuda itu, adalah seorang gadis kecil berseragam priest tengah memeluk erat tangan si pemuda.

Melihatnya, Antonio tertegun sejenak. Dia ambil foto tersebut dan perhatikan dengan amat sangat lekat.

"Namanya, Matheo Bareschi. Dan anak perempuan yang bersamanya adalah adiknya, Vivian Bareschi. Mereka saudara yatim piatu disana. Tinggal dalam naungan sebuah kelompok bernama Persaudaraan Maghalo."

"Bukankah, itu kelompok kriminal yang terdiri dari banyak orang berekonomi rendah di sana?"

"Benar, tuan Antonio." Ezzoliant mengangguk mengiyakan.

Lelaki tua itu memandang lekat wajah Matheo dan Vivian. Seolah tak sedikitpun rasa di hatinya untuk berhenti menatap potret keduanya. Bak kakek yang rindu akan cucunya, tersirat duka di dalam sorot mata Antonio.

"Kerja kalian cepat juga. Kuakui, kalian memang yang terbaik di dalam Agensi Investigator C&S," pujinya.

"Terima kasih, tuan Antonio." Rostowl tersanjung.

Akan tetapi, tak begitu dengan Ezzoliant yang masih berekspresi kaku. Otot-otot wajahnya seakan membeku, terkunci dalam satu kondisi untuk selalu murung.

"Jadi, sekarang tugas kami sudah selesai, Tuan Antonio. Anda bisa melancarkan sergapan kapan saja jika anda mau."

"Rostowl benar, tuan. Ataukah, anda ingin kami yang menangani hal itu sekaligus?"

Antonio tersenyum tipis. Mata sayu berkeriput di sudutnya memejam perlahan sambil dia menyandarkan diri lebih dalam ke kepala kursi. Dia melirik ke kiri, tepatnya ke sudut ruangan. Dari kegelapan tampak sesosok makhluk humanoid tengah berdiri mengawasi. Seolah memberi pesan, makhluk itu menggangguk pelan.

"Kenapa kalian tidak langsung saja terus terang?"

"Apa maksud anda, Tuan Antonio?" Rostowl kebingungan.

"Kalian tahu identitasku, dan kalian tidak akan menyia-nyiakan hal itu, bukan?" tawa Antonio bergema, "Kalian diam-diam mencaritahu soal diriku dan berniat mencuri Light Soul milikku seperti mereka. Apakah salah, wahai Kelompok Jubah Hitam?"

Hening seketika suasana. Hanya denting jarum jam yang berbunyi mengisi kesunyian. Bahkan nafas pun tak terdengar terhembus maupun terhela oleh siapapun orang disana.

"Bagaimana kau... tahu?!"

Ezzoliant langsung menyerang Antonio dengan pedang yang muncul dari tangannya. Meja kerja pria itu terbelah menjadi dua, begitu pula dengan kepala pelayan yang ada di belakangnya. Darah tumpah ruah ke lantai dan kaca, juga menodai setengah wajah Antonio.

"A–Apa yang kau lakukan?!" Namun Ezzoliant lah yang terkejut.

Serangan Ezzoliant terhenti di hadapan Antonio. Tangannya tertahan di udara. Begitu pun dengan seluruh tubuhnya.

"Aku juga memiliki banyak detektif, lebih terpercaya pula. Mereka sengaja kutugaskan untuk memata-matai aktifitas kalian berdua. Dan rupanya, yah... "

"Open sigil, Beast Mode!"

Rostowl berubah wujud. Setengah tubuhnya membesar dan ditumbuhi bulu hitam. Wajahnya sepenuhnya bertransformasi menjadi muka seekor beruang. Kuku-kukunya, kini memanjang dan membesar serta bertambah tajam pula.

Tanpa pikir panjang lagi, dia melompat dan berusaha menyerang Antonio.

"Oyaya... betapa bodohnya."

Sesosok hitam yang sedari tadi berada di sudut ruangan berpindah tempat dan mengadang Rostowl. Dengan mudahnya, sosok itu menjegal Rostowl dalam mode beastnya. Padahal, sihir transformasi ialah sihir yang mampu menggandakan kekuatan dan kecepatan penggunanya sesuai makhluk yang dipilih untuk bertransformasi. Beruang adalah hewan yang kuat, dan sosok itu menahannya dengan satu tangan.

"K–Kau... pria tua brengsek!" Ezzoliant geram.

"Begini saja? Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"

"Bedebah! Tidak mungkin kami—"

Membelalak seketika Ezzoliant. Tangannya yang tertahan di udara perlahan mencair dan terlepas. Namun anehnya, tangan Ezzoliant yang mencair itu tak jatuh ke tanah–pun Ezzoliant tak merasakan sakit meski darah juga mengucur deras dari luka yang tercipta.

"Kau tahu aku tidak suka penolakan, kan?" tutur Antonio pelan.

Kala itu juga, Ezzoliant dan Rostowl tahu bahwa pria tua di depan mereka ini bukanlah seorang lelaki tua pebisnis biasa. Melainkan, seseorang dengan kemampuan di luar nalar dan mengerikan.

***

Distrik Maghalo.

Sepagi ini, Matheo tengah bersiap-siap berangkat. Bukan untuk bekerja sebagai buruh harian seperti biasa. Hari ini dia ambil cuti untuk hal yang lebih mendesak.

"Kakak mau kemana?" tanya Vivian yang memergoki Matheo hendak pergi.

"Ada urusan. Nanti sore kakak pulang."

"Luka kakak kan belum sembuh?"

Belum kering pun luka di wajahnya, Matheo tak peduli. Bila ada hal yang harus dilakukannya maka dia akan tetap lakukan walau sakit sekeras apapun.

"Tidak apa-apa. Nanti kakak bawakan oleh-oleh untukmu."

Murung wajah Vivian. Terkias kecewa di wajahnya.

"Apa kakak akan meledakkan salah satu pabrik itu lagi?" tanyanya.

Sontak terkesiap Matheo mendengarnya.

"Vivian... "

Gadis itu menggeleng seraya mengibaskan telunjuknya perlahan. Memberi isyarat pada Matheo untuk tak memberi penjelasan.

"Apapun itu, kak, aku harap kau hanya mengingat pesan ibu."

Melenggang pergi Vivian selepas mengucapkan perkataan itu. Matheo berdiri beku dan hanya memandang sayu adiknya itu. Terbesit ragu di hatinya untuk pergi serta penyesalan.Akan tetapi, akhirnya dia lupakan perasaan tersebut dan beranjak keluar untuk pergi.

***

Perbatasan Utara Belteraia.

Giovanni, Renan, Lieke, Kai dan Raos telah datang terlebih dahulu. Kelimanya menanti sejak sejam yang lalu. Begitu lama mereka menunggu, hingga bosan merasuk dalam sanubari Kai. Jatuh tidur pemuda itu beberapa saat yang lalu.

"Apa Remy dan anggota lainnya tahu tentang hal ini?" tanya Giovanni pada Renan.

"Tidak. Hanya aku yang tahu. Jika mereka mengetahui ini, sudah pasti mereka akan mencari Matheo dan membunuhnya," ujar Renan sembari menghisap rokok di jepitan telunjuk dan jari tengahnya.

"Sebegitukah dendam yang kalian simpan pada Matheo?"

"Aku sendiri tidak sedendam yang kau kira. Terlebih aku paham akan kondisinya seperti apa sekarang. Namun, jika kau tanyakan hal itu pada Remy dan yang lainnya... "

Renan terhenti sejenak. Dirinya mengangkat pandangannya dan mendapati Matheo telah hadir di tempat.

"Oh, baguslah dia datang."

Semua anggota SOH itu pun langsung mendekati Matheo– terkecuali Kai yang tertidur dan diabaikan oleh yang lainnya. Matheo pun memanggil Arnocosmica. Sang roh muncul begitu saja di sampingnya. Agaknya, itu membuat para anggota SOH itu tercekat.

"Tenang, dia turut andil dalam perundingan ini. Jangan khawatirkan dia," tutur Matheo menenangkan.

"Baiklah." Lieke yang berbicara, "Langsung saja kita ke intinya, apa kesepakatannya?"

Arnocosmica maju sebagai pembicara.

"Kalian bantu kami mendapatkan Light Soul, maka kami akan membukakan batu mantra itu."

"Kau membuatnya terkesan begitu mudah. Katakan, apa yang kalian inginkan dengan artefak itu?"

"Light Soul adalah pusaka legendaris. Kekuatannya setara dengan seratus ribu pasukan. Jika kami memilikinya, kami bisa menggunakan kekuatannya untuk menegakkan keadilan di Belteraia. Terutama, untuk kaum kecil sepertiku yang tertindas!" Matheo berujar.

"Dengan meledakkan pabrik-pabrik?" Giovanni menyela, "Kau bercanda."

"Lantas, apa yang bisa kami perbuat sebagai bentuk perlawanan? Seluruh orang di Belteraia tahu, tidak ada gunanya melobi pejabat dan pengusaha-pengusaha itu. Setiap hari, hidup kami semakin tertindas. Bayaran yang kami terima sebagai buruh bahkan tak cukup untuk membeli makan sehari-harinya. Kami terpaksa mengais tong sampah untuk bertahan hidup. Kami sudah bosan terus hidup dalam tekanan seperti ini."

"Jika itu caramu berjuang. Maka apa yang kau harapkan? Kau hanya menimbulkan kerusakan dan penderitaan lebih banyak untuk masyarakat Belteraia."

Matheo mengkertakkan giginya. Meraunglah dia kemudian dengan segala amarah yang dipendamnya.

"Kau jangan pertanyakan cara kami melakukan perlawanan! Tidak ada lagi hal yang bisa kami lakukan! Menuntut dengan aspirasi sudah kami lakukan bertahun-tahun, namun tidak pernah didengar sekalipun oleh orang-orang itu! Lebih parahnya, beberapa orator kami dibungkam dan dilenyapkan. Kami hanya menuntut keadilan!"

Giovanni mulai memahami situasi yang ada. Keputus-asaan. Baik Matheo dan kelompoknya memegang harapan semu terhadap perlawanan radikal yang dilakukan oleh mereka. Namun, pemuda itu pun tahu sebetulnya sia-sia saja melakukan perlawanan dengan cara seperti itu. Yang dipikirkan oleh Matheo dan kelompoknya adalah; bila mereka tak bisa hidup dalam kesejahteraan maka siapapun di Belteraia pun harus merasakan hal yang sama. Sungguh, itu sesuatu yang miris.

"Kalian sendiri, apa yang kalian inginkan dengan pecahan Light Soul itu? Siapa kalian sebenarnya?" Giliran Matheo bertanya.

"Kami dari organisasi SOH. Organisasi yang bertujuan mengumpulkan pecahan Light Soul dan mengamankannya dari Kelompok Jubah Hitam," jawab Giovanni.

"Begitu? Huh, jadi tujuan kita berbeda. Kukira, kita memiliki sedikit persamaan dalam tujuan kita," tutur Matheo lesu.

"Kalau begitu, maka maafkanlah kami. Kami tak bisa membantumu dengan tujuanmu itu. Meski kami cukup iba dengan kondisi kalian di Belteraia, namun kami tak ingin mengambil resiko dengan ikut campur dalam urusan yang melibatkan pemerintahan kerajaan."

Giovanni pun tahu, dia tak bisa melakukan apapun untuk membantu Matheo. Dirinya lebih mempedulikan organisasi dan teman-temannya. Bagaimanapun, sesuatu dengan konteks luas semisal konflik antara rakyat dan pemerintahan serta pengusaha Belteraia, bukanlah sesuatu yang berada dalam perhatian SOH.

"Jadi, rupanya seperti itu? Sial, mimpi apa aku mempercayai kalian? Seharusnya aku tidak menaruh harapan tinggi pada kalian semua. Kalian sama saja dengan mereka yang acuh terhadap orang seperti kami!"

"Kami hanya tidak ingin mengambil resiko. Pada dasarnya, kami adalah petualang dan bukan sekelompok pahlawan," balas Lieke. "Selain itu, kami juga tidak bisa membiarkan siapapun menyalah-gunakan kekuatan Light Soul seperti yang kau lakukan."

Mengepal kencang tangan Matheo. Mengkertak dirinya. Matanya memerah.

"Tidak ada gunanya berunding dengan kalian. Lebih baik, kami lakukan saja sendiri perjuangan kami!"

Selesai teriakan itu, sekelebat cahaya lewat di depan mata. Terbias oleh cahaya mentari, menusuk dalam ke tatapan mata. Begitu Matheo sadar, sebuah bilah es telah menusuk dada bagian kirinya, menembus jauh hingga ke punggung.

"Remy!" pekik Giovanni.


CREATORS' THOUGHTS
FierceHoneyBadger FierceHoneyBadger

Yawn! Kembali bersama saya disini. Bagaimana kabar anda hari ini? Bagaimana kesan kalian dengan kisah Giovanni dan kawan-kawan?

Dukung aku ~ Voting untuk aku!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C83
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login