Download App
20% FAJAR

Chapter 2: 2. KEKOSONGAN HATI

Kicauan burung peliharaan Pak Hasan membuat Zella terbangun dari tidur nyenyaknya. Meskipun masih terkantuk-kantuk tetap saja kedua kakinya bergerak mendekati kamar mandi. Ketahuilah bahwa mata sayu itu belum sepenuhnya terbuka dan jemarinya sudah memutar keran. Alhasil cipratan air yang memantul diatas ubin mengenai wajah.

"Sampai nggak sadar kalau udah bangun." gumam Zella setelah sadar sepenuhnya.

Kemudian kegiatan didalam kamar mandi pun berlanjut selama beberapa menit ke depan. Sampai ketika sudah cukup bersih, Zella mengambil seragam di gantungan. Saat akan memakai seragam tersebut, perhatiannya tertuju pada ponsel yang tergeletak diatas bantal. Ia baru ingat semalam selepas mandi ia langsung tidur, tidak berniat untuk mengecek apakah Fajar mencarinya atau tidak.

Hei, aku sedang berharap.

Rasa penasarannya sudah membumbung tinggi. Segera ia aktifkan data seluler dan setelahnya muncul notifikasi panggilan video yang tidak di jawab sebanyak tiga kali. Ternyata Fajar mencoba untuk memvideo call semalam. Zella tertawa mencemooh dalam hati. Rasanya bangga bisa balas dendam tanpa diminta.

Namun ada yang mengganjal di hati. Pesan terakhirnya belum juga di balas. Seharusnya ada pesan yang terkirim. Zella tidak mau video call, Zella hanya ingin balasan pesan dari pacar tercinta. Ia mengira akan ada spam chat ternyata hanyalah sebatas angan-angan saja. Sudahlah, biarkan. Kalau Fajar tidak mau mengirim pesan biar Zella saja yang melakukannya.

Zella : Vc terus ada perlu?

Terkadang Zella bingung dengan isi pikiran cowok itu. Baru kemarin Fajar melarang ia mengganggu cowok itu. Lalu kenapa cowok itu beberapa kali menghubunginya?

Mungkin dengan bertanya adalah solusinya. Meskipun jawabannya tidak membuat puas, yang terpenting ada sedikit usaha.

Sembari menunggu balasan terkirim, ia melanjutkan memakai seragam. Saat akan memakai sepatu, tak sengaja matanya melirik alat make up yang tergeletak rapi di meja rias. Jauh dalam lubuk hati Zella ingin mencoba memakai make up. Namun ada alasan yang menghalangi keinginannya itu. Sebuah alasan yang pastinya akan membuat dirinya semakin jauh dari orang tua.

Ting! Zella sedikit tersentak mendengar ponselnya berdering singkat. Nama Fajar tertera dilayar ponsel. Benarkah itu Fajar? Dapat di hitung berapa kali cowok itu membalas pesannya saat pagi hari. Mungkin hari ini ke sepuluh kalinya selama hampir setengah tahun.

Dan Zella sudah terbiasa dengan semua itu.

Fajar : Buatin surat izin lagi

Permintaan Fajar yang ke sebelas kalinya. Setiap dua minggu sekali cowok itu selalu meminta dirinya membuat surat izin sakit. Anehnya Zella mau saja menuruti kemauan sang pacar. Seharusnya Zella tidak usah terlalu memanjakannya. Karena mau bagaimanapun juga Fajar bersikap berkebalikan dengan apa yang dilakukan Zella padanya.

Zella : Kamu mau ngapain hari ini?

Fajar : Sakit

Zella : Wkwk ngechat aku pas lagi butuh doang ya:)

Dengan segenap kesabaran yang ada, kini pesannya tertanda centang satu. Lagi-lagi Zella sudah biasa mendapati pesannya hanya ditinggal offline. Biasanya Fajar akan membalasnya siang atau malam. Begitulah yang terjadi selama hampir setengah tahun ini.

Mungkin Zella bisa saja meninggalkan Fajar. Tapi ia bisa apa jika hatinya menolak keras keinginannya? Terlalu kuat cintanya pada Fajar sampai rasa benci yang sudah memupuk tidak bisa mengalahkannya.

Mungkin orang lain akan mudah meninggalkan. Mereka punya satu pemikiran. Untuk apa mempertahankan jika keadaan sudah menyakitkan? Tidak peduli dengan hati yang sudah menderita meski tetap memiliki cinta.

Kata orang, masih banyak yang mau sama kita. Jangan menetap pada satu tempat. Bumi itu luas, pikiran manusia juga harus lebih luas.

Kalau Zella bisa, ia sudah melakukan itu sedari dulu sebelum kata maaf selalu terucap dari mulut cowok itu.

Melupakan itu semua, Zella mulai menuliskan surat untuk sang pacar. Kata orang, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan karena tidak akan ada habisnya. Biarlah kejahatan dikalahkan oleh kebaikan. Kini Zella berusaha untuk selalu berbaik hati kepada siapapun yang menjahatinya.

Termasuk dengan pacarnya sendiri.

***

Tepat pukul tujuh Zella sampai di sekolah. Ia segera menuju kelas Fajar, XII IPS 2. Sudah banyak murid yang berangkat, memenuhi setiap bangku. Sekarang Zella benar-benar gugup. Ingin masuk tapi dirinya pasti dijadikan pusat perhatian.

"Siapa ya?"

Mendengar suara seseorang dari belakang membuat Zella reflek memutar badannya. Didepannya kini ada seorang cewek yang sangat di kenalinya.

Maura Vergina Putri.

Sambil mengacungkan surat, "Suratnya Fajar." katanya datar.

Maura menaikan sebelah alis. Mendengus geli saat menatap surat itu lekat-lekat. Lalu kembali menatap Zella.

"Enak ya jadi babu. Di perintah ini itu langsung kerjain. Boleh dong jadi babu gue selama seminggu. Banyak cucian numpuk tuh di rumah." balas Maura sambil terkekeh bengis.

"Jangan lupa dikasih ke Guru." tandas Zella menahan emosinya, memberikan surat itu di tangan Maura yang bebas dan melangkah pergi menuju kelasnya.

Saat hampir mencapai kelas, Zella melihat Dirma sedang menyandarkan punggung di pintu kelas sembari sibuk dengan ponsel. Zella ingin menghiraukan keberadaan cowok itu tapi dengan cepat Dirma menahan lengannya. Zella meringis kesakitan.

"Lepasin nggak!"

Dirma menarik Zella sampai kepala cewek itu menabrak dada bidang cowok itu. Sebelah tangan Dirma mengarahkan pandangan Zella ke arah lapangan.

"Lihat ada siapa disana."

Zella terdiam lama saat matanya tengah meneliti siapa saja yang ada di lapangan. Pak Bima selaku Guru BK tengah menghukum murid yang terlambat masuk. Sedetik kemudian Zella mencelos kaget. Diantara murid yang di hukum, Fajar ada disana. Penampilannya awut-awutan. Bahkan cowok itu tidak memakai dasi dan sabuk. Benar-benar tipikal manusia berjiwa bebas.

"Jangan heran lah, Zel. Gue paksa Fajar buat berangkat hari ini. Enak aja keseringan bolos. Nanti lo nggak cinta dia lagi kalau Fajar keseringan bikin onar. Dibenerin ya pacarnya."

Dirma melepaskan cekalannya di lengan Zella. Reflek tubuh Zella terdorong ke belakang. Tatapan cewek itu kosong sedangkan pikirannya berkelebat tak keruan. Ia tidak mengerti apa yang di inginkan Dirma. Selalu ikut campur dalam hubungannya.

Kenapa Dirma baik sekali padanya? Kenapa hanya kebaikan yang cowok itu berikan padanya? Kenapa tidak ada rasa cinta yang menaunginya?

Sekali lagi Zella merasa tertohok. Hatinya dongkol menerima setiap perlakuan yang dilakukan dua cowok itu.

***

Bel pergantian pelajaran baru saja terdengar. Guru pengajar pun sudah berpamitan pergi. Kini hanya terdengar suara kebisingan yang di ciptakan oleh mulut kelas XII IPA 1. Diantara hiruk pikuknya penghuni kelas itu nampak seorang cewek yang benar-benar suntuk. Ia tidak suka dengan keramaian. Tapi bukan berarti ia suka kesepian. Yang disukainya adalah ketenangan. Hidupnya sudah penuh dan ramai. Sampai untuk mencari waktu menyendiri tidak ada.

Masih ada sedikit waktu untuk Zella menyibukan dirinya sebelum Guru datang. Ia segera merogoh ponsel yang ada di laci. Mencari nama Fajar lalu mengirimi pesan.

Zella : Percuma bikin surat kalo kamu berangkat

Sembari menunggu balasan pesan, jemarinya menekan aplikasi instagram. Zella melihat ada insta story terbaru dari Dirma. Tanpa berpikir panjang ia langsung melihat apa isinya. Ternyata sebuah caption. Puitis juga ya Dirma.

Kita itu singkat. Yang membuat kita lama adalah hubungan. Namun waktu pun telah menyingkatkan hubungan kita.

Sejenak Zella berpikir ada yang tidak beres dengan hubungan Dirma dan Maura. Mereka pasti memiliki masalah yang lumayan berat. Dirma memang Zella akui memiliki sejuta pesona, itulah mengapa cewek itu masih saja menyukainya sampai sekarang. Mungkin bukan Zella dan Maura saja yang menyukai Dirma, mungkin beberapa gadis di SMA Garuda pun turut menyukai seorang Fajar Dirmasukma Septian.

"Bagus ya caption gue? Boleh kok disimpen."

Suara bariton itu cukup mengejutkan Zella. Ia hampir saja melempar ponselnya.

"Caption murahan ngapain disimpen? Oh iya, lo sama Maura baik-baik aja, 'kan?"

Dirma menegakan punggungnya. Ia duduk di meja cewek itu. "Kelihatan banget ya?"

Zella menggedikan bahu acuh.

"Cuma menduga aja. Kalo emang baik-baik aja ya bagus."

Dirma menoleh sambil menyipitkan matanya, "Sejak kapan lo pinter ngeramal?"

Dahi cewek itu berkerut tajam.

"Sejak kapan gue ngeramal?"

Dirma menjentikan jarinya didepan wajah Zella.

"Benar! Gue sama Maura baik-baik aja."

Mendengar jawaban Dirma membuat Zella dongkol. Ia memutar bola mata malas. Saking malasnya ia sampai ingin memukul cowok itu.

"Emang harusnya begitu!"

"Terus lo kenapa nggak begitu?" tanya Dirma cepat.

"Apanya?" tanya Zella bingung.

"Pikir aja sendiri." tandasnya sambil menyentil dahi cewek itu gemas.

Sekali lagi untuk Zella menahan umpatannya yang memupuk dalam rongga dada. Bagaimana bisa dua cowok dengan nama yang sama dan sama-sama menjengkelkan.

"Nggak nyambung!"

"Kaya lo sama Fajar. Nggak ada nyambung-nyambungnya."

"Yang penting nggak putus."

"Kan gue bilang nggak nyambung ya berarti putus."

"Nggak akan pernah mau putus!"

Teriakan Zella membuat seluruh perhatian satu kelas mengarah padanya. Dirma menghiraukan dirinya dan Zella yang mendadak menjadi pusat perhatian. Lantas ia mengangkat ibu jarinya di depan wajah Zella seraya tersenyum tipis. Lalu pergi dari kelas begitu saja.

Jelas Zella cengo dengan kepergian Dirma. Semua sumpah serapah memupuk diujung lidah. Tak tahan untuk diutarakan.

"Sialan!"

Ting! Ponsel itu berdering. Layarnya berkedip-kedip. Nama Fajar tertera disana.

Fajar : Makasih

Deg! Itu saja balasannya? Apa Fajar tidak berniat mengirimkan pesan yang panjang? Bukan hanya mulutnya yang pelit berbicara tapi jemarinya pun turut pelit dalam mengetik kata.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login