Download App

Chapter 2: Flower hill

Jam 7.00

Lee bersemangat untuk hari ini sehingga membuatnya datang 5 menit lebih awal. namun seketika dia menyesal akan antusiasnya yang menyebabkannya menunggu lebih lama.

Lee benci menunggu, ia terus melihat jam tangan miliknya namun jarum jam seakan sangat lama berdetak. Sudah jam 7 namun belum ada tanda tanda kemunculan sahabatnya itu. Sungguh miris.

Lee duduk di kursi yang memang sengaja ditaruh disana. Tak lama, sebuah motor menghampirinya dan berhenti di tepi jalan persis didepan Lee.

"Sadly..." orang itu mengejeknya dengan nada candaan lalu tertawa "...kasihan banget, nunggu dipinggir jalan celingak celinguk kayak orang ilang hahaha"

Lee mengerucurkan bibirnya "Lagian, lama banget" Lee melihat jam tangannya, lagi "sudah jam 7 lewat 10 menit dan baru kau yang datang?" Lee berdecak sambil menggelengkan kepalanya.

Alastair mengidikkan bahunya dengan acuh.

Mata Lee menelusuri motor yang dibawa Alastair. "Kok bawa motor sih?" Tanya Lee heran.

"Kita hanya berlima, 3 lelaki dan 2 perempuan. Xavier dan Mark bawa kendaraan sendiri, masa iya mau numpang sama mereka bareng dua perempuan lainnya? nanti aku dikira setengah cowok" Alastair berterus terang. iyalah, siapa juga cowok yang mau nebeng bareng sama cewek cewek yang sama sama nebeng? yang ada gengsi lah. "Oh iya, untuk masalah motor... tenang, ini motor khusus buat jalanan off-road yang berbatu, berpasir dan berlumpur" Ucap Alastair bangga.

"Ya ya ya, gak usah dijelasin juga udah paham kali" Lee tak mau kalah.

Pembicaraan mereka terhenti ketika melihat Gwen datang dari sebrang. Gwen tersenyum lalu melambaikan tangannya. dia menyebrangi jalan ketempat Lee berada. "Sorry, telat hehe"

"it's okay" Ucap Lee.

"Kamu bawa motor, Alastair?" tanya Gwen.

"Yeah, kurasa lebih baik aku membawa motor dari pada numpang sama Mark atau Xavier" ucap Alastair.

"Gengsi dia, Gwen" Lee mengejek Alastair. Alastair tidak menyelanya dia malah mengguk dan berkata "Pintar" kepada Lee.

Gwen dan Lee tertawa.

Tak lama, dua mobil Jeep –yang sudah pastinya milik Mark dan Xavier– datang menghampiri Alastair, Gwen dan Lee.

Mark dan Xavier memarkirkan mobil mereka di tepian jalan lalu mereka sama sama keluar dari mobil mereka masing masing.

"Yap, ayo masuk" ucap Mark, lalu ia tersadar dengan motor Cross yang diduduki Alastair. "wait, kau bawa motor?" Mark to the point. Alastair mengangguk. "Ya sudah, kalau gitu kalian pilih sendiri mau ikut mobilku atau mobil Xavier" Mark memberi perintah kepada Gwen dan Lee.

"Oke, kami perlu diskusi" Lee menarik tangan Gwen sedikit ebih jauh dari mereka.

"Soo, kamu mau sama siapa?"

"Aku sih terserah" Ucap Gwen tak peduli.

"Yakin gak mau milih sendiri?" Gwen mengangguk. "Yaudah kalo gitu, aku sama

Mark dan kamu sama Xavier, okay?"

Gwen berpikir sejenak, sebenarnya ia malas satu mobil dengan Xavier. Di pikirannya, nanti pasti akan sangat membosankan. Iyalah, dengan muka datar dan dingin miliknya, siapa yang tidak akan berpikiran kalau Xavier orang yang membosankan? Tapi... sudahlah masa bodo "Okay"

Lee tersenyum kemudian menarik Gwen ketempat teman temannya berkumpul.

"Aku akan ikut bersama Mark dan Gwen akan bersama Xavier" Lee membuka pembicaraan.

"Oke, kalau begitu kita jalan" Ucap Mark. "Oh iya, nanti kalian ikuti mobilku saja, mengerti?" Xavier dan Alastair mengangguk menanggapinya.

Mark  kembali ke mobilnya dengan Lee yang mengekorinya. Hal sama juga dilakukan Gwen yang mengekori Xavier yang sedang dengan santainya berjalan kearah mobil.

Sedangkan Alastair? Dia sudah duduk manis di jok motornya dengan helm yang sudah bertengger di kepalanya.

------------------------------------

Tepat jam 7.28, mereka memulai perjalanan.

Kendaraan mereka berjalan dengan santai ditengah padatnya jalanan kota California . Di dalam mobil Mark, Lee menyetel lagu di dalam mobil dan bernyanyi ria mengikuti lirik lagu 'Break My Heart- Dua Lipa' Tak jarang juga Mark ikut bernyanyi bersama Lee. Lagu berganti menjadi 'Something Just Like This- Coldplay' Lee dan Mark kembali bernyanyi ria mengikuti liriknya.

"I'm not looking for somebody with some superhuman gifts" Lee bernyanyi dengan tubuh dan kepala yang bergerak mengikuti nada.

"Some superhero, some fairytale bliss. Just something i can turn to, somebody i can kiss" Sambung Mark dengan mata yang masih fokus ke jalan raya.

"I WANT SOMETHING JUST LIKE THIS, doo-doo-doo, doo-doo-doo" mereka kompak bernyanyi lebih keras di bagian reff-nya kemudian mereka tertawa.

Kalau di dalam mobil Mark penuh dengan suara nyanyian heboh dari Mark dan Lee, hal berbeda terjadi didalam mobil Xavier.

Hmm, ada kecanggungan diantara mereka entah apa. Xavier terlalu fokus dengan jalanan yang ada didepannya, sedangkan Gwen hanya diam dengan mata melihat ke luar jendela. Hanya ada suara wanita dari radio yang terus berbicara tentang entah tentang apa, mereka terlalu fokus ke pikiran masing-masing.

Keduanya enggan memecah keheningan ini dan sepertinya memang tidak ada bahan topik yang bisa dibicarakan.

Gwen tak menyesal dengan Sura di hatinya tentang pikiran tak seru satu mobil dengan Xavier. Benar saja! Kata membosankan memang sungguh cocok untuk mendeskripsikan situasi saat ini.

"Ekhem" Xavier berdehem membuat Gwen mengerutkan dahi.

"Kenapa?" Gwen to the point.

"Gak" kata yang singkat, jelas dan padat itu berasal dari Xavier. Gwen hanya menanggapinya dengan ber'oh'ria.

Lalu kemudian...

Hening

Dan...

Hening lagi

Hanya suara wanita di radio yang terdengar di dalam mobil.

Gwen menghembuskan nafas jengah.

"Membosankan" ucap Gwen penuh penekanan.

Xavier terasa–mungkin–sedikit tersinggung dengan ucapan Gwen. "Aku juga merasakan hal yang sama" Xavier berterus terang namun masih dengan wajah dan nada datar-nya.

"Aku jengah dengan keheningan ini" ucap Gwen. Xavier hanya bergumam "hmm"

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Xavier mengangkat sebelah alisnya namun masih dengan pandangan lurus ke depan. "Kenapa kau seperti balok es?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Gwen.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Because..." Gwen menghentikan kalimatnya dan menyusun rangkaian kata yang tepat ".... Dengan tampang nyaris tanpa ekspresi ditambah dengan nada bicara sedingin es. Julukan 'balok Es' sungguh cocok untukmu"

"Itu karena kamu baru mengenalku" balas Xavier santai.

"Great! Bahkan aku hanya sebatas kenal namamu saja kau sudah sedingin ini, bagaimana jika aku mencoba mengenalmu lebih jauh? Bisa bisa aku beku sama hawa dingin kamu yang setara dengan dingin kutub selatan" Gwen mulai mengeluarkan unek-uneknya.

Hal mengejutkan dilakukan Xavier.

Gwen mencoba menyadarkan dirinya sendiri apakah ini halusinasi atau sungguhan?

Xavier tersenyum tipis–nyaris tidak terlihat–dengan beberapa kekehan kecil yang berhasil lolos dari bibirnya.

"Tell me something" Gwen mengerjakan matanya sesaat "kau tersenyum?"

"Don't judge me from the cover" ucap Xavier santai. "Aku tak sedingin yang kau kira" kemudian ia menyeringai sedikit lebih lebar dari sebelumnya.

"Okay, i think... Sifat dinginmu tidak begitu buruk dibandingkan yang sekarang" ucap Gwen.

"What do you mean?" Xavier nampak tak paham.

"Kau tau? Kau menjadi jauh lebih menyebalkan ketika sifat dinginmu hilang" Gwen pura-pura memasang wajah tak suka kepada Xavier.

Ya, sejujurnya... Gwen lebih suka ketika Xavier bersifat terbuka seperti ini. Namun, melihat dari sisi Xavier yang tidak dingin membuatnya merasa—agak aneh. Mungkin karena belum terbiasa.

Gwen tercengang dengan tanggapan Xavier. Demi apapun, Xavier tertawa, kali ini tertawa lepas, sangat-sangat lepas. DIA BENAR BENAR TERTAWA! Gwen mencoba menetralkan wajah tercengangnya.

"Whatever, yang pasti dugaan kau tentang aku itu salah. Aku tidak seburuk itu. Dan... Kau pikir aku tak memiliki ekspresi? I'm a man, like you, like us" Xavier tertawa diakhir kalimatnya.

Ini pertama kalinya Gwen mendengar Xavier lebih dari 10 kata. "Oke oke, aku salah tentang itu. Tapi tidak dengan sifat menyebalkanmu" ucap Gwen "1 fakta kembali kutemukan"

"Oh ya? What is that?"

"Kau cerewet" ucap Gwen dengan penuh penekanan dikata 'cerewet'.

"Ya ya ya, terserah" kali ini Xavier menyerah.

Keheningan di mobil Xavier telah usai semenjak percakapan mengenai 'Balok Es'. Bagaimana dengan Alastair? Dia sudah merasa bosan. Mengendarai motornya sendirian tanpa ada penumpang dibelakangnya membuatnya menjadi bosan.

"Dasar! Mereka berpasangan sementara aku menyendiri. Tak adil" Alastair mengoceh sendiri di atas motornya yang masih berjalan diatas aspal.

"Tapi ini tak buruk, daripada satu mobil dengan salah satu dari mereka. Yang ada nanti lebih membosankan ketika aku duduk di kursi penumpang sendirian sementara sang pengemudi dengan penumpang  di sampingnya bermesraan" Alastair bergidik ngeri "Aku takkan sanggup melihatnya"

Mereka berjalan semakin menjauh dari kota California, jalanan aspal yang datar dan lurus beralih ke jalanan berpasir yang bergelombang tak teratur. Hiruk piruk keramaian kota California berganti dengan pohon-pohon yang melintang di sepanjang jalan.

Jalanannya pun menjadi lebih buruk. Dari yang awalnya hanya aspal berpasir berubah menjadi jalanan tanpa aspal yang berbatu dan sedikit curam.

2 jam kemudian...

Mereka sampai ditempat yang dimaksud Mark. Tempat yang dimaksud Mark adalah sebuah hamparan padang bunga Aster dan tulip yang berwarna-warni dengan ilalang-ilalang cukup luas disamping padang bunga.

Mark benar, tempat ini benar benar keren dan indah.

Mereka menghentikan kendaraan mereka. Semuanya turun dari mobil. Alastair melepas helm-nya.

"Astaga, betapa berdebunya wajahku sekarang" ucap Alastair ketika melihat pantulan wajahnya di spion motornya.

"Lagian, siapa suruh. Diajakin naik mobil malah milih naik motor" Lee tertawa.

"Gimana? Bagus kan?" Tanya Mark. Semuanya mengangguk setuju. Mark membuka pintu belakang mobilnya dan mengeluarkan beberapa barang dari dalam.

"Kau niat sekali" Gwen berdecak. Mark tersenyum bangga.

Mark benar benar niat menyiapkannya. Bagaimana tidak? Ia membawa tikar, berbagai macam makanan ringan sampai sampai ia juga membawa sebuah tenda yang cukup untuk 3 orang. Benar benar niat.

Mark meletakkan peralatannya itu dibawah pohon beringin yang cukup lebat.

Selanjutnya, mereka semua membantu menyusun barang-barang Mark menjadi area piknik dadakan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login