Download App
60% Dokter dingin / Chapter 3: Kembali

Chapter 3: Kembali

Flashback,,,

"Mas Adit tidak akan lama di sana kan?" rengekan gadis kecil berumur sepuluh tahun pada pria remaja itu tidak mengendurkan pelukannya.

"Mas Adit gak akan lama kok, Zizi harus janji untuk nunggu mas Adit kembali, oke." Gadis yang di panggil Zizi itu hanya mengangguk sambil menangis tersedu-sedu.

Para orang tua hanya diam dengan senyum geli melihat tingkah anak-anak mereka.

"Zizi, mas Aditnya jangan di peluk terus, nanti mas Adit ketinggalan pesawat loh." Ucap mama Zizi.

Zizi sekali lagi melihat ke arah masnya dan memeluknya semakin erat.

"Mas janji nanti bakalan nikahin Zizi kan?" para orang tua yang mendengar itu terabatuk-batuk di buatnya.

"Yaampun kamu masih kecil udah minta nikah-nikahin aja" omel Sari- mamanya.

"Biarin aja lah Sar, lagian aku juga gak apa-apa kalau Zizi jadi menantu ku." Ucap wanita lain, Risa-mamanya Radit sambil tertawa.

"Ini karna selalu ngekorin Radit makanya jadi manja gini." Gerutuan mamanya tidak di perdulikan oleh Zia.

"Hahaha sabar Sar, nanti kalau udah besar dia jadi malas ngekorin Radit lagi." Tawa mama Radit.

Radit tidak memperdulikan perbincangan orang tua, kini fokusnya hanya ke arah gadis yang tengah memeluknya erat ini.

"Mas janji akan nikahin Zizi, tapi mas harus sukses dulu baru bisa nikahin Zizi. Jadi kamu harus relain mas untuk belajar yang pintar oke." ucap Radit sambil mengelus puncak kepala gadisnya.

Zizi mulai melepaskan belitan tangannya. Ia memandang ke arah Radit dengan isak tangis yang mulai mereda.

"Zizi akan tunggu mas Adit kembali." Ucapnya.

"Good girl. Kalau gitu mas Adit pergi ya." Radit mencium kening Zia dengan sayang. Setelah itu ia juga berpamitan pada kedua orang tuanya dan kedua orang tua Zia yang juga turut ikut mengantarnya ke bandara.

Ia melambaikan tangan pada orang-orang terkasihnya, mungkin akan lama ia melihat gadis kecilnya lagi. Dan memikirkannya saja membuat Radit ingin lembali memutar arah dan memeluk gadis kecilnya.

Tapi kepergianny memang harus di lakukan untuk menggapai cita-citanya dan membahagiakan Zia nanti. Jadi Radit harus mengiklaskan sementara Zianya jauh dari sisinya.

Radit melangkah menjauh dan sebelum ia benar banar masuk, ia menoleh sekali lagi ke arah belakang melihat gadisnya untuk terakhir kali.

Dan setelah itu Zia tidak pernah lagi melihat pangeran Aditnya.

Flashback off,,,,

-------

Radit memasuki pekarangan rumah mewah kedua orang tuanya.

Karna kesibukkannya di rumah sakit membuat Radit jarang pulang. Ia lebih suka tidur di apartemen karna lebih dekat dari rumah sakit.

Ia melangkah masuk sambil bersiul-siul gembira. Saat ini perasaanya tengah bahagia membuat Radit tidak sadar jika ada tamu mamanya yang tengah memperhatikannya.

"Akhirnya kamu pulang. Sini sayang." Sang nyonya rumah langsung menuntun putra tunggalnya agar bargabung bersama mereka.

"Ini loh jeng, putra ku Radit." Ucap Risa memperkenalkan. Radit hanya diam, ia memandang dua orang di depannya ini malas.

"Tampan ya jeng, cocoknya kayaknya sama anak ku." Ucap wanita itu. Radit langsung melihat ke arah mamanya meminta jawaban, dan Risa hanya pura-pura tidak peduli.

"Saya mah terserah anak saya saja jeng, soanya saya tidak terlalu suka menjodoh-jodohkan." Radit diam-diam menghembuskan nafas lega.

Wanita muda yang duduk tepat di depan Radit sejak tadi tidak melepaskan pandangannya dari pria itu.

Melihat itu, Radit bukannya suka malah muak sendiri. Ia langsung meminta izin untuk kekamarnya.

"Ma, Adit capek mau istirahat."

"Ya udah, kamu istirahat sana." Radit langsung pergi dari sana tanpa berpamitan dulu pada tamu mamanya.

Sesampainya di kamar, pria itu langsung mengambil laptopnya dan membuka email yang dikirimkan orang suruhannya barusan.

"Kamu kenapa makin cantik sih sayang," gumam Radit sambil mengelus foto Zia yang dikirim orangnya.

"Adit! makan malam dulu sayang!" Radit melihat jam yang menempel di dinding kamarnya. Saking asiknya ia melihat semua foto-foto Zia, ia tidak sadar jika sudah memasuki waktu makan malam.

"Adit mandi dulu ma!" Radit balas berteriak.

Ia langsung melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

***

"Ya ampun ini anak udah kayak anak perawan aja mandinya lama." Ucap sang nyonya besar.

Radit hanya diam, setibanya ia di meja makan malah omelan mamanya yang terdengar, tapi bagi Radit itu sudah biasa untuknya.

"Kerjaan kamu gimana mas?" kali ini sang kepala keluarga yang bersuara, Rio Abraham.

"Lancar pa." Jawabnya pendek. Rio mengangguk dan kembali menyuapkan makanannya.

"Mas yang tadi gimana kamu suka gak?"

Radit menautkan alis bingung dengan ucapan sang mama.

"Yang mana ma?" tanya nya. Ia kembali menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Cewek yang tadi sore dateng." Ucap Risa lagi.

"Gak suka." Pendek jelas dan padat, begitulah seorang Radit jika tidak suka akan sesuatu.

"Yah padahal mama mau nimang cucu loh mas." Ucapnya sedih.

Rio hanya melihat percakapan ibu dan anak itu. Sudah biasa baginya. Pasti setelah ini anaknya akan menjawab jawaban yang membuat mamanya naik darah.

"Radit udah punya calon." Rio langsung tersedak makanannya mendengar jawaban santai putranya.

"Hati-hati dong sayang," Risa yang sigap langsung menuangkan air ke gelas suaminya. Ia masih belum mencerna jawaban putranya.

"Siapa?" tanya Rio penasaran.

"Siapa apanya?" bukan Radit yang bertanya tapi istri tercintanya.

"Calon anak kita sayang." Rio kadang heran dengan sifat lama loading istrinya ini.

Risa langsung menatap Radit tidak percaya. Sejak kapan putranya punya kekasih padahal selama ini dia sudah membuntuti aktifitas putranya di luaran sana.

"SERIUSS MAS!!" teriaknya, ia bahkan lupa bahwa mereka sedang di meja makan.

"Mama suranya." Radit menggerutu pada sang ibu.

Tadi mamanya yang antusias akan menjodohkannya dan sekarang mendengar ia sudah punya calon tidak kalah antusias juga.

Risa tidak mempermasalahkan itu, ia kembali fokus pada putra semata wayangnya yang ada di depannya ini.

"Siapa mas?" tanya Risa tidak sabar.

"Mama pasti tidak akan percaya siapa orangnya." Ujar Radit sok misterius.

Ia mendapat tepukan di punggungnya, walau tidak keras tapi cukup nyut-nyutan. Ia keget ketika tau siapa orang yang sudah menepuknya.

"Mama sejak kapan pindah kesini." Herannya. Belum sempat ia berkedip sang mama sudah pindah duduk di sebelahnya. Apa mamanya punya kekuatan spritual?

"Gak usah kebanyakan gaya, cepat bilang siapa orangnya. Mama gak yakin masa kamu udah punya calon, padahal selama ini kamu masih mencari-cari keberadaan Zia." Ucap Risa tidak percaya.

"Orangnya ya Zia." Ucapnya santai.

Kedua orang tua itu masih diam mencerna ucapan putra mereka barusan. Tapi kemudian,

"Kamu sudah menemukan Zizi?"

Radit mengangguk pada sang mama.

"BAWA MAMA KETEMU SAMA CALON MANTU MAMA MAS!!"

Oke, Radit menyesal memberitahukannya pada kedua orang tuanya.

-----

TBC,,,


CREATORS' THOUGHTS
nonistarla nonistarla

Gimana mau lanjut atau tidak:)

Tinggalkan komen ya:v

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login