Download App

Chapter 58: Makan Malam Tahun Baru

Seperti janjinya, hampir setiap hari Michael mengirimi Gabby pesan. Bahkan laki-laki itu mengirimi Gabby foto dan video saat dia bermain ski salju. Tidak lupa dengan pesan seperti, kamu pasti iri kan?

Waktu berjalan dengan cepat, tiba-tiba hari ini mereka akan merayakan tahun baru. Pagi-pagi sekali Agnes membangunkan Gabby untuk berbelanja di supermarket. Selama perjalanan Gabby dapat melihat banyak orang yang berjualan kembang api.

Sesampainya di supermarket, mata Gabby tertuju pada minuman bersoda. Dengan santai perempuan itu mengambilnya dan menaruhnya di keranjang belanja. Kening Agnes berkerut saat melihat minuman itu.

"Apa ini?" Agnes mengambil botol itu dari keranjang.

"Minuman bersoda?" Jawab Gabby santai.

"Jangan terlalu banyak minum yang manis-manis!" Agnes mengembalikan botol itu, "Cari yang lain.."

"Istriku, ini tahun baru! Biarkan Gabby minum apa saja yang dia mau," Daniel menaruh kembali botol itu ke keranjang, "Gabby, beli saja apapun yang kamu mau."

Mendengar hal itu membuat Gabby tersenyum lebar. Gabby berjalan mendahului orang tuanya sehingga tidak dapat mendengar omelan ibunya.

"Nanti lama-lama anak kita jadi gendut tahu gak?" Geram Agnes.

Daniel menggelengkan kepalanya, "Sudah lah, kamu terlalu berlebihan."

--

Setelah makan siang Gabby dan orangtuanya membersihkan rumah mereka. Mengingat jasa Pelatih Hendrik membuat orangtua Gabby mengundangnya makan malam bersama.

Hari ini Gabby sangat bersemangat, seakan-akan ini adalah kali pertama Gabby merayakan tahun baru. Perempuan itu membantu ibunya memasak, atau mencuci buah-buahan. Sampai-sampai wajah Gabby dipenuhi oleh tepung terigu yang membuat ibunya tertawa.

Tepat jam delapan malam acara makan-makan di mulai. Ruang makan Gabby dipenuhi oleh suara canda tawa. Pelatih Hendrik berulang kali memuji keahlian memasak Ibu Gabby. Wanita itu pun tersipu malu lalu menyenggol lengan suaminya.

"Kamu nggak memuji masakanku juga?" Bisik Agnes.

"Enak." Jawab Daniel singkat.

Selain suara canda tawa, ruang makan itu juga dipenuhi oleh musik dari radio. Tiga orang dewasa dan satu remaja menikmati makan malam dengan perasaan bahagia. Salah satu hal yang membuat Gabby adalah dia mendapatkan tiga amplop. Saat perempuan itu merasa tidak ada yang melihat, dia membuka amplopnya.

Gabby tidak bisa menahan senyuman nya saat dia melihat uang warna merah di amplopnya. Perempuan itu kembali menutup amplopnya dan memasukannya di saku celananya.

Setelah makan malam, Daniel mengajak Gabby untuk menemaninya ke halaman belakang rumah. Ternyata Daniel memasang petasan yang membuat Agnes menyuruh mereka untuk kembali masuk ke dalam. Seperti anak kecil, Daniel dan Gabby masuk ke dalam rumah dengan menundukkan kepalanya

Saat jam sepuluh malam Gabby berjalan ke jendela dapur. Perempuan itu menopang dagunya dan melihat ke rumah Michael. Rumah laki-laki itu masih gelap, menandakan kalau temannya itu belum kembali.

Sambil menghembuskan nafas Gabby mengambil handphone dari sakunya. Perempuan itu melihat kalau Michael belum membalas pesannya tadi siang. Setelah berpikir lama akhirnya Gabby memutuskan untuk kembali mengirim pesan.

Michael, kamu sedang apa?

Gabby menaruh handphonenya di sakunya dan berjalan ke ruang keluarga. Di sana Gabby dapat melihat orangtuanya sedang menonton suatu acara. Jam sembilan malam tadi Pelatih Hendrik pamit untuk pulang. Pelatih Hendrik pun pulang dengan tangan yang tidak kosong. Ibu Gabby berserikeras untuk membawakannya sisa makan malam tadi.

"Acara apa ini?" Tanya Gabby saat dia duduk di sofa sebelah orangtuanya.

"Sejujurnya ibu juga nggak tahu," Agnes mengganti chanel tv, "Tidak ada acara bagus yang bisa ditonton."

"Hm." Gabby menganggukan kepalanya. Perempuan itu menutupi dirinya dengan selimut lalu menyenderkan kepalanya.

Tidak lama kemudian Gabby ketiduran di sofa diiringi oleh suara orangtuanya.

--

"Oh, sayangnya Gabby sedang tidur." Terdengar suara ibunya dari kejauhan.

Gabby membuka matanya, lalu kembali menutupnya saat merasa kalau dia masih bermimpi. Perempuan itu membuka matanya kembali saat mendengar suara berat yang sudah lama tidak di dengarnya.

"Kalau gitu besok pagi saya akan kesini tante." Suara itu terdengar sangat familiar.

Gabby mengedipkan matanya berkali-kali, berusaha mengingat pemilik dari suara itu. Saat ingatan Gabby kembali, dengan cepat perempuan itu berdiri dari sofa. Tanpa memperhatikan penampilannya Gabby bergegas mengikuti sumber suara itu.

Di dekat pintu masuk Gabby dapat melihat dua koper berwarna hitam. Di dekat koper itu mata Gabby menemukan Adam yang terlihat lelah, tapi tetap tersenyum dengan ramah. Mengalihkan pandangannya Gabby dapat melihat sosok laki-laki yang sangat ia rindukan.

"Michael!" Teriak Gabby yang sedang berlari ke arah Michael.

Michael mengalihkan pandangannya dan melihat remaja perempuan yang sedang berlari ke arahnya. Secara otomatis laki-laki itu membuka tangannya lebar-lebar, bersiap untuk memeluk Gabby.

Melihat aksi Michael membuat mata Daniel melotot. Pria itu membalik badannya lalu berdiri di hadapan Gabby, tangannya dilipat didepan, "Jangan lakukan hal yang macam-macam."

"Bu, ayah kenapa sih?" Gabby berjalan melewati ayahnya.

Agnes berdecak kesal lalu berjalan ke suaminya, "Yang ada itu kamu jangan macam-macam."

Gabby kembali tersenyum saat melihat Michael. Perempuan itu berjalan sambil sedikit melompat, seperti kelinci, ke arahnya. Sesampainya di hadapan Michael, Gabby tidak bisa menahan perasaan bahagianya.

"Hai," Gabby tersenyum lebar, "Kamu kapan sampai disini?"

Melihat mata Gabby yang berbinar-binar membuat Michael ingin memeluknya. Tapi saat laki-laki itu melihat wajah ayah Gabby dia mengurungkan niatnya.

"Baru saja sampai." Michael membalas senyuman Gabby.

"Michael, Adam, apakah kalian sudah makan?" Agnes berjalan mendekat, "Kalau belum aku akan memanaskan sisa makan malam tadi."

"Tidak usah repot-repot nyonya," Adam menggelengkan kepalanya, "Kami sudah makan tadi."

Daniel yang sedari tadi mengawasi interaksi antara Gabby dan Michael merasa tatapan istrinya. Daniel mengalihkan pandangannya dan mengangkat alisnya, seakan-akan bertanya, apa?

Agnes berjalan mendekat lalu berbisik, "Panaskan makanan, aku mau bicara dengan Michael dan Adam."

"Hah?!" Tanya Daniel tidak percaya.

Bagaimana bisa istrinya itu menyuruh dirinya untuk melakukan hal itu? Kenapa bukan Agnes sendiri? Tapi karena rasa takut akan istrinya besar, akhirnya Daniel melakukan perintah Agnes.

Daniel menghela nafasnya lalu berjalan ke dapur.

"Makanan hari ini enak lho," Bisik Gabby, "Lebih enak daripada makanan di Amerika."

Michael tertawa mendengar perkataan Gabby. Dia menganggukan kepalanya lalu menjawab, "Mari kita lihat."

--

"Michael," Agnes mengambil piring kosong, "Makan yang banyak ya."

Michael menganggukan kepalanya lalu menyantap makanan yang ada di hadapannya. Meskipun Daniel tidak menyukai ide mengenai Michael yang akan menjadi calon menantunya. Tapi entah kenapa Daniel merasa bahagia saat melihat laki-laki itu makan dengan lahap.

Daniel berjalan ke lemari es lalu mengeluarkan kebab dan kue tart. Awalnya Daniel tidak mau mengeluarkan makanan itu, karena Gabby sangat menyukainya. Tapi karena makanan di atas meja habis dengan cepat, mau tidak mau Daniel harus mengeluarkannya.

"Enak nggak?" Tanya Gabby yang duduk di seberang Michael.

"Hm," Michael menengadahkan wajahnya, "Enak banget."

Gabby melihat ujung mulut Michael yang dipenuhi oleh minyak. Perempuan itu mengambil tisu lalu tanpa berpikir panjang dia mengelap mulut Michael. Mata Michael terbelalak kaget dan dia dapat merasakan wajahnya memerah. Tapi saat Michael melihat Gabby, perempuan itu terlihat biasa saja.

Justru yang terlihat bahagia dan malu adalah Ibu Gabby, bukan anaknya. Adam yang melihat aksi Gabby saja langsung minum segelas air untuk membasahi tenggorokannya.

Tidak lama kemudian Agnes berdiri lalu meninggalkan meja makan. Dia berjalan menghampiri suaminya yang sedang ada di dapur. Saat melihat suaminya Agnes menepuk pelan pundak Daniel.

"Mereka sepertinya sudah berpacaran." Agnes tersenyum lebar lalu menggelengkan kepalanya.

"Hah?!" Daniel melihat wajah istrinya, "Siapa?"

Agnes melirik suaminya lalu meneguk segelas air putih, "Siapa lagi?"

"Kita?" Tanya Daniel.

"Astaga..." Agnes menyipitkan matanya lalu berjalan meninggalkan Daniel, "Terserah kamu."

--

Setelah makan malam, perut mereka terasa sangat penuh. Kedua remaja itu tidak diperbolehkan untuk membantu Agnes cuci piring. Awalnya mereka membantu, hanya saja mereka terlalu sibuk bermain air daripada cuci piring.

"Sudah kalian keluar sana," Agnes berdecak kesal, "Buang-buang air saja."

Hal itu membuat Gabby mengajak Michael berdiri di dekat jendela dan melihat mercon. Saat mereka melihat langit gelap yang dihiasi oleh mercon, muncul ide cemerlang di pikiran Gabby.

"Hey, mau main kembang api nggak?" Gabby menoleh, Mata perempuan itu berbinar-binar.

"Kembang api?" Tanya Michael. Nadanya menunjukkan kalau dia tidak mengetahui maksud dari Gabby.

"Aduh, kamu nggak tahu ya?" Gabby tersenyum mengejek, "Kembang api! Kamu beneran nggak tahu? Sparkles?"

Michael menggelengkan kepalanya.

"Yang dipegang di tangan!" Gabby masih tidak percaya kalau laki-laki itu tidak mengetahui apa itu kembang api.

"Iya, aku nggak tahu maksudmu." Michael menggelengkan kepalanya.

"Ikut aku!" Gabby menarik tangan Michael dan berlari keluar rumah.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C58
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login