Download App

Chapter 3: [3]

"?!"

Tubuh ku terjatuh dengan lemas ketika perlahan-lahan merasakan ujung pedang tajam itu menusuk kulit ku.

"A... A..."

Mulut ku ingin berteriak keras, namun lidah ku secara alami menjadi kelu. Memaksa ku untuk tetap diam saat manik Ruby indah itu semakin menatap tajam bola mataku.

"Ng? Kau siapa?"

Dan saat aku tengah tenggelam dalam kepanikan, pembunuh bayaran ini melontarkan pertanyaan ini padaku.

"K-Kau yang siapa! Kenapa bisa masuk ke dalam ruangan ini?! Kemana para penjaga yang menjaga Istana?!"

Pembunuh bayaran itu mengabaikan pertanyaanku dan terus memandangi ku dengan lekat.

Seakan sedang mengamati ku dan mencari jawaban atas pertanyaan dirinya sendiri.

"Hmm... Begitu. Kau ternyata bukan jiwa dari dunia ini."

"!!!"

Ketika mendengar ucapannya seketika tubuhku menjadi semakin tegang dan kaku.

Kedua bola mata ku memandang sosok pemuda berambut hitam dengan mempunyai bola mata berwarna merah seperti darah.

Menyala di dalam kegelapan.

Karena ia memakai masker hitam, aku tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa miliknya.

"A-Apa yang kau bicarakan ini?! Bukan jiwa manusia dari dunia ini?! Apa kau sedang mencoba membuat ku bingung?"

Suara tawa keluar darinya saat mendengar ku mengucapkan kalimat ini. Dia berjongkok sedikit untuk menyamai tingginya denganku sembari tangannya perlahan mengarah ke arah ku.

Menyentuh dagu ku dan mengangkatnya ke atas sedikit, memaksaku untuk memandangnya secara dekat.

"Kau tidak perlu pura-pura bodoh seperti itu. Aku tahu kalau kau bukan lah jiwa dari dunia ini. Jiwa milik mu berbeda dengan jiwa dari tubuh gadis yang sedang kau gunakan itu."

"Lagi pula tidak mungkin bagi gadis ini bisa bertahan setelah mendapatkan racun."

Deg!

Ketika mendengar kalimat yang tidak terduga itu kedua bola mata ku semakin membulat lebar.

Tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.

"A-Apa yang kau ucapkan barusan?! Racun?! Maksud mu aku diracuni oleh seseorang?!"

"Hah? Kau tidak tahu? Apa tidak ada seorang pun yang memberitahu alasan kenapa kau bisa tertidur panjang?"

"Hahaha ... Menggelikan. Ternyata kau sama sekali tidak tahu apa pun. Sepertinya kau hidup di dunia yang damai sehingga kau tidak bisa berpikir jernih tentang kejadian ini ya."

Buak

Merasa dipermalukan dan direndahkan oleh pembunuh bayaran tersebut dengan cepat kedua tangan ku mendorong tubuhnya.

Dan dengan cepat pula kaki ku mundur ke belakang, menjaga jarak dengan orang yang bisa saja membunuh ku dengan pedang tajamnya.

"Hmmm... Ternyata kau masih bisa bertindak seperti ini juga. Ku kira kau akan menangis karena merasa ketakutan."

"Kau cukup menarik perhatianku, Tuan Putri."

Aku memasang raut wajah horor ketika mendengar suara tawa pelan keluar dari mulutnya.

Aku berusaha untuk keluar dari ruangan ini, mencoba menjauh dari sosok pembunuh bayaran tersebut.

Namun pintu kamar itu sama sekali tidak bisa di buka. Walau aku sudah mencoba menendang dan memukul pintu untuk membuat keributan.

Tidak ada orang yang mendengarnya. Seakan aku sengaja di tinggal sendirian dengan sosok pembunuh bayaran tersebut.

"Hey, sudahlah. Tenang dulu. Aku tidak berniat untuk membunuh mu."

Ujarnya sembari mendekatiku. Namun aku menghindarinya. menggelengkan kepala seraya tangan ku mengambil benda yang bisa ku jadikan senjata.

Mencoba melindungi diriku sendiri agar tidak terbunuh dengan mudah.

Pemuda yang ada di hadapan ku pun menghela nafas panjang saat melihat raut wajah ku yang serius.

Tangannya yang memegang pegangan pedang pun ia lepaskan. Pedang itu secara tiba-tiba menghilang dalam pandangan mata ku.

"A-Apa yang kau lakukan? Kemana pedang mu?! Menghilang?! Kok bisa?!"

"Hey, Tuan Putri yang ada di sana. Tenangkan dirimu sendiri. Aku tahu kejadian ini pertama kali untuk mu tapi tenang lah sedikit."

"Dengar kan ucapan ku dengan baik. Aku akan memberitahu satu hal padamu karena aku merasa kasihan padamu."

"Jangan mudah percaya dengan orang di Istana ini. Bahkan anggota keluarga mu sendiri."

"Jika kau terlalu percaya pada mereka, maka aku yakin tidak lama lagi kau akan mati sama seperti jiwa tubuh gadis yang kau diami itu."

Ia pun berbalik setelah mengucapkan kalimat itu, dan sebelum dia pergi meninggalkan dunia ini dengan cepat aku menarik bajunya.

Membuatnya terkejut karena tidak menyangka aku malah berani menghentikan pergerakkannya.

"Tunggu dulu! Kau mau kemana?! Apa maksud dari ucapan mu itu?! Jelaskan dulu padaku baru kau bisa pergi!"

Pembunuh bayaran itu memandangku sebentar, masih terlihat terkejut karena tangan ku berani menarik helai bajunya.

"Hahh... Kau itu dulunya hidup di dunia seperti apa sih? Apa kau tidak sadar kalau aku adalah orang yang bisa mengambil nyawamu? Kenapa kau bukannya lari kau malah menarik baju ku?"

Dia menghela nafas sembari menggelengkan kepalanya, dan dengan pelan dia melepaskan tangan ku yang menarik bajunya.

"Hah... Dengar ya, Tuan Putri polos. Hidup mu itu sekarang berada di ujung tanduk. Banyak orang yang mengincar nyawamu, karena itu kau harus hati-hati dan jaga dirimu sendiri dengan benar. Kalau tidak nyawamu akan melayang dengan cepat."

"Kenapa kau memberitahu hal ini padaku? Kau juga pembunuh bayaran bukan? Kau juga mengincar nyawaku bukan? Tapi kenapa kau memberitahukan hal ini?"

"Hmm... Kenapa ya? Entahlah. Mungkin karena aku kasihan padamu? Lagi pula kau sebenarnya bukan jiwa yang hidup di dunia ini. Aku jadi merasa kasihan karena kau harus terlibat dengan hal yang seharusnya tidak ada kaitannya denganmu."

Syuutt

Tangan ku pun terlepas saat sosok pembunuh bayaran itu mulai berjalan menjauh.

"Sudah ya. Pekerjaan ku masih banyak. Aku tidak bisa menemani Tuan Putri terlalu lama. Semoga saja kau terus hidup dalam jangka waktu lama."

"Dan ingat akan ucapan ku, kau sebaiknya hati-hati pada semua orang. Bisa saja kau itu tengah berada di dalam kandang harimau."

"Jangan sampai di makan oleh hewan buas ya, Tuan Putri polos yang datang dari dunia dimensi lain."

Orang itu melambaikan sebelah tangannya sebelum menghilang. Meninggalkan ku sendirian di ruangan ini dengan begitu banyak pertanyaan.

Tunggu!

Jangan pergi dulu!

Setidaknya jelaskan dulu apa yang terjadi sebelum kau pergi dari ruangan ini!

Apa maksudmu nyawaku berada di ujung tanduk?!

Apa maksudmu kalau aku tidak seharusnya memercayai orang-orang di Istana ini!

Dan bagaimana kau bisa tahu jiwa ku bukan berasal dari dunia dimensi ini?!

Ingin aku melontarkan pertanyaan itu padanya. Namun sebelum bibirku berhasil melontarkan pertanyaan itu, sosok pembunuh bayaran yang mempunyai aura misterius itu sudah keburu menghilang.

Pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa pun padaku.

.

.

.

Chip Chip Chip

Suara kicauan burung berkicauan dengan riuh. Seakan melantunkan melodi untuk menyambut sinar cahaya matahari yang kini perlahan-lahan menunjukkan kehebatannya.

"..."

Namun kicauan burung dan sinar cahaya matahari cerah itu ku abaikan.

Diriku kini sedang meringkuk di atas kasur empuk sembari memeluk erat guling. Di sampingku sudah ada beberapa benda yang sengaja aku persiapkan untuk menjadi senjata.

Kali aja pembunuh bayaran yang pergi itu tiba-tiba berubah pikiran dan datang kembali untuk membunuhku.

Karena takut mati, aku pun memilih berjaga semalam. Terus waspada dan khawatir pada nyawa kecil yang menjadi milikku.

Tok Tok Tok

Sampai suara ketukan dari pintu pun terdengar. Membuat bola mataku melirik ke arah samping.

"Jangan percaya dengan orang lain."

Ucapan pembunuh bayaran itu kembali melintas dalam benakku. Membuat menjadi paranoid dan enggan untuk membuka pintu.

Aku sengaja mengunci dan menghadangnya karena takut ada yang masuk ke dalam saat aku tanpa sadar tertidur.

"Tuan Putri Lilian, apa anda sudah bangun? Boleh kah kami masuk ke dalam? Saya membawa pakaian untuk anda kenakan."

Oh...

Ternyata itu adalah suara pelayan Kerajaan. Mereka pasti datang untuk membantu ku mengganti pakaian yang ribet.

Tap Tap Tap

Walau masih enggan, aku tetap memilih membuka pintu kamar dan membiarkan mereka masuk.

Setelah itu mereka pun menata rambutku dan membawakan sarapan untukku.

Sejujurnya aku sama sekali tidak ada nafsu makan. Namun aku harus tetap bertenaga menjalani kehidupan.

Apalagi kalimat yang di ucapkan olehnya masih terngiang di dalam benakku.

Kalimat dimana ia memperingati ku agar tidak memercayai orang lain.

Itu artinya bahwa mereka semua adalah musuh ku bukan?

Aku tidak akan bodoh membiarkan diri ku lemas tidak bertenaga di kandang musuh. Walau sulit, aku harus makan dan mengumpulkan informasi.

Setelah sarapan aku pun mencoba berjalan sembari mengamati sekitarku. Banyak pelayan yang melihat ku dan menyapa ku.

Namun aku kebanyakan melihat pelayan tidak suka saat melihat kehadiran ku.

Ohh...

Oke.

Sepertinya kehadiran ku di Istana Kerajaan ini cukup tidak di sukai oleh orang-orang.

Pelayan Istana kebanyakan menatap tajam diriku seolah-olah aku adalah pengganggu yang mengganggu pekerjaan mereka.

Padahal aku hanya berjalan santai saja, tapi mereka menganggap ku seperti seorang pengganggu.

Apa dulu Lilian Rachael pernah melakukan sesuatu yang membuat mereka jadi tidak suka padanya?

"Kau membuat kehebohan di pesta dan di hukum oleh Yang Mulia."

Seketika aku teringat akan ucapan Zen. Kalau tidak salah aku cukup di benci oleh Yang Mulia karena Rachel melakukan kesalahan yang memalukan.

Walau itu sebenarnya bukan lah salah ku, mengingat sekarang ini aku mendiami tubuhnya.

Otomatis aku yang kena batunya.

Ughh...

Lilian Rachael.

Jika saja kau masih hidup aku akan menggetok kepalamu dan menanyakan kenapa kau melakukan hal bodoh itu!

"Jangan percaya pada orang lain."

Ahh...

Kalau di pikir-pikir orang itu kenapa berkata seperti itu padaku ya?

Maksudku, aku dan dia baru saja bertemu untuk yang pertama kali.

Dan aku sendiri masih tidak tahu kenapa dia bisa tahu kalau aku bukan lah jiwa yang berasal dari dunia dimensi ini.

Dan racun...

Dia semalam berkata kalau Lilian Rachael mati karena keracunan, tapi bagaimana dia bisa tahu?

Apa dia yang memaksa gadis ini meminumnya?

Tap Tap Tap

Kaki ku terus berjalan sembari tenggelam dalam pikiranku sendiri. Terus begitu sampai aku tidak menyadari bahwa ada orang yang berjalan mendekatiku.

Brukkk

"Whoah!"

Karena aku terlalu fokus pada pikiranku sendiri, aku sama sekali tidak menyadari bahwa Zen sudah ada di hadapanku.

"Ouch!"

"Lilian, apa kau tidak apa-apa?"

Zen dengan cepat berlutut dan memeriksa keadaanku.

Ughh...

Sakit.

Aku terjatuh cukup keras dan itu benar-benar menyakitkan.

"Aku tidak apa-apa, Zen. Maaf aku tidak sengaja menabrak mu."

"Tidak apa-apa. Tapi kenapa kau melamun? Dan bukannya aku sudah menyuruh mu untuk tetap diam di dalam kamar sampai keadaanya menjadi tenang?"

Ahh...

Iya.

Aku lupa.

Dia memang mengatakan itu padaku.

Tapi aku merasa tidak tenang berdiam diri di dalam kamar terus menerus.

Apalagi setelah aku tahu bahwa banyak hal yang masih tidak aku ketahui.

Terlebih lagi aku penasaran alasan kenapa jiwa gadis ini bisa menghilang dan digantikan oleh jiwaku.

Untuk mencari jalan pulang, aku harus mendapatkan banyak informasi untuk bertahan hidup di Istana Kerajaan ini.

"Aku merasa bosan di dalam kamar. Jadi aku ingin berjalan sebentar. Dan aku juga ingin membaca buku di perpustakaan."

"Huh? Membaca buku? Kau serius mengucapkan kalimat itu?"

Zen terlihat terkejut ketika mendengar ucapan ku. Seperti ia baru saja mendengar sesuatu hal yang sangat tidak biasa.

Ughh...

Kenapa dia terlihat sangat terkejut seperti itu?

Apa sosok Lilian Rachael adalah orang pemalas yang tidak suka baca buku?

Dia kan merupakan anggota keluarga kerajaan, jadi ku kira dia setidaknya baca satu atau dua buku untuk menghabiskan waktu.

"I-Iya, Zen. Aku akan membaca buku. Menghabiskan waktu luang dengan membaca buku pasti akan mengurangi rasa bosanku. Bukan kah begitu?"

Zen terdiam ketika mendengar ucapan ku. Bola matanya kini memandangiku dengan dalam. Seakan sedang mengamati gerak gerik milikku.

Ughh...

Apa dia mencurigai ku?

Tidak mungkin kan dia tahu kalau aku bukan adiknya.

Iya kan?

Iya dong.

Selama dia bukan lah paranormal yang bisa melihat ingatan masa lalu ku, dia tidak akan tahu kenyataan bahwa jiwa yang mendiami tubuh adiknya adalah orang asing.

Yah!

Jangan sampai dia tahu!

Jika dia sampai tahu maka nyawa ku bisa melayang!

"Z-Zen, aneh ya kalau aku membaca buku? Saat berjalan pun ada beberapa pelayan yang memandangiku dengan tatapan menganggu."

"Apa? Siapa pelayan yang menatapmu seperti itu? Katakan padaku!"

Upss.

Aku sepertinya salah bicara!

Zen terlihat emosi ketika mendengarnya!

"A-Aku tidak ingat siapa! Dan tidak usah kau khawatir dengan hal itu! Mungkin mereka menatap ku karena masih kesal dengan kesalahan yang aku buat! Kau kan pernah bilang.kalau aku pernah membuat kehebohan. Jadi mungkin mereka masih kesal akan hal itu."

Aku mencoba mengalihkan kemarahan Zen dengan mengembangkan senyuman manis seraya kedua tangan ku menggenggam kedua tangannya.

"!"

Dan wajah Zen menjadi terkejut ketika menyadari bahwa aku menyentuh tangannya.

"Kau... menyentuh tangan ku."

"Eh? Ah... Iya. T-Tidak boleh ku sentuh ya?"

"Ah... Tidak. Aku hanya sedikit terkejut saja. Kau jarang menyentuh tangan ku. Jadi aku sedikit terkejut."

Eh?

Benarkah?

Ku rasa aku pernah menyentuhnya.

Yahh...

Walau tidak sering dan hanya sekilas.

Apa jangan-jangan Lilian ini tidak pernah melakukannya?

Apa di kerajaan ini ada larangan dimana kakak-adik tidak boleh menyentuh tangan saudaranya?

Yahh....

Karena aku hidup di zaman Modern, aku benar-benar tidak tahu tentang apa saja peraturan umum dunia Kerajaan lama.

Tapi sepertinya mulai sekarang aku memang harus baca buku satu atau dua nanti di perpustakaan agar mengetahui peraturan umum apa yang melekat di dunia dimensi ini.

Setelah itu aku pun berpamitan pada Zen dan melangkahkan kaki ku menuju perpustakaan.

Pelayan yang mengetahui bahwa aku akan menghabiskan waktu lama di perpustakaan pun membawa kan beberapa cemilan dan teh hangat.

Aku masih sedikit ragu untuk menyantapnya karena pelayan itu terlihat malas saat menyajikannya di hadapanku.

Tapi karena aku lapar dan haus, aku menyantapnya.

Sembari membaca begitu banyak buku yang menambahkan wawasanku terhadap sistem kehidupan kerajaan.

Begitu banyak buku tebal yang aku baca sampai aku sendiri tidak tahu berapa lama aku berdiam diri di perpustakaan.

"Ohh... Kau sedang belajar? Rajin sekali Tuan Putri yang satu ini."

"?!"

Tubuh ku langsung tersentak terkejut ketika mendengar suara seseorang terdengar tepat di samping telingaku.

Sreekk

Dan saat aku menoleh ke belakang, bola mataku dengan jelas melihat seorang pemuda berambut hitam dengan mempunyai bola mata merah menyala berdiri di sana.

"Kau...!!!

Pembunuh bayaran yang semalam!

Sedang apa dia ada disini?!

Dan bagaimana dia bisa masuk?!

Kenapa aku sama sekali tidak menyadari kehadirannya?!

Aku berusaha untuk mencari benda apa pun yang bisa ku jadikan senjata perlindungan. Namun sayangnya tidak ada benda apa pun selain buku tebal yang aku pegang

"Kau tidak usah panik seperti itu. Aku datang bukan untuk membunuhmu. Kalau aku berniat, kau pasti sudah mati sebelum menyadari kehadiranku."

Astaga!

Pembunuh bayaran yang satu ini!

Dia mengucapkan kalimat yang mengerikan dengan santainya!

Apa di sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan orang yang mendengarnya?!

Jika bukan aku yang berada di hadapanmu, pasti orang itu sudah pingsan karena ketakutan.

"Kau...! Untuk apa kau datang kemari?"

Tanyaku dengan nada tenang walau sebenarnya aku benar-benar ketakutan.

Orang itu terdiam sebentar lalu menjawab.

"Aku datang menemui mu."

"Kenapa?"

"Karena aku tertarik padamu."

Huh?

Apa katanya tadi?

Tertarik?

Pembunuh bayaran ini tertarik padaku?

Ughh...

Maaf, tapi bisa kah kau tidak berpikiran seperti itu?

Di sukai oleh seorang pembunuh bayaran sepertinya terlalu memberikanku beban berat.

"Kau tertarik padaku? Kenapa? Apa alasannya?"

"Hahaha... Bukan kah hal itu sudah jelas?"

Sreekk

Orang itu secara tiba-tiba menyentuh kedua pipiku dengan kedua tangannya sembari manik merah menyala miliknya itu memandang bola mataku.

"Hmm... Kau memiliki wajah yang manis. Dan pancaran bola mataku terlihat bercahaya lebih indah dibandingkan sebelumnya."

"Apa karena jiwa mu bukan berasal dari dunia ini makanya kau berhasil menarik perhatianku?"

Sumpah!

Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang mau ucapkan ini!

"Kau tahu dari mana kalau aku bukan berasal dari sini? Apa kau seorang penyihir?"

"Hmm... Menurut mu? Apa sosokku yang sekarang ini adalah seorang penyihir?"

Cth!

Dia malah membalikkan pertanyaan padaku!

Jawab saja kenapa sih?!

Ribet banget!

"Hahaha... Tuan Putri, jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Kau jadi terlihat jelek."

Dia mencubit pelan kedua pipi ku dengan senang, seakan memainkan mainan miliknya.

Dan itu membuat ku kesal!

"Ihh! Jangan memainkan pipi ku! Kalau kau tidak berniat untuk menjawab pertanyaan ku kau lebih baik pergi saja sana! Aku sibuk!"

Entah mendapatkan keberanian dari mana aku dengan keras mengusirnya. Namun bukannya mengikuti apa yang aku ujarkan.

Orang ini semakin memainkan kedua pipi ku seraya berkata.

"Tuan Putri, hati-hati saat berbicara pada orang lain. Untungnya aku ini adalah orang yang baik, kalau tidak kau pasti akan langsung di hukum."

Aku menggembungkan pipi ku seperti Hamster, walau mengesalkan aku tidak mengucapkan apa pun lagi karena takut dia akan membunuh ku.

Setelah beberapa lama memainkan pipi ku yang sudah menjadi merah, orang itu pun dengan santainya duduk di sebelahku.

Mengangkat kedua kakinya ke atas meja seperti dia yang mempunyainya.

"Hey, bisa turunkan kaki mu? Kau berani mengangkat kaki di depan Tuan Putri?"

"Hm... Aku tidak perduli. Lagi pula kau sendiri juga tidak terlalu mempersalahkannya bukan? Memangnya kau risih saat melihatku begini?"

Cth.

Iya.

Kau benar.

Aku memang sengaja tidak mempersalahkannya karena aku masih sayang nyawa.

Tapi melihat sikap sombong dan arogannya itu benar-benar membuat ku kesal!

"Jadi, bisa kau jelaskan apa maksud ucapan mu semalam? Jelaskan padaku kenapa kau bisa tahu aku bukan berasal dari dunia ini."

Orang itu terdiam sebentar dan menjawab singkat

"Aura."

"Huh?"

"Aku bilang, Auramu. Kau punya aura yang berbeda dengan Tuan Putri itu. Aura milikmu lebih terang dan hangat."

Aura?

Terang dan hangat?

Aku?

"Bagaimana bisa kau tahu?"

"Aku melihatnya dengan mataku."

"Apa semua orang bisa mengetahuinya?"

"Tidak. Jika dia tidak punya kemampuan hebat seperti ku."

Aku memandanginya sebentar. Mengamatinya dengan serius.

Dia terlihat tidak berbohong.

Tapi aku masih curiga.

Masa iya dia memberitahukan hal ini padaku dengan mudahnya.

Dia kan pembunuh bayaran.

Bisa saja dia mencoba membunuhku saat aku lengah.

"Hey, kau itu jahat sekali. Padahal aku sudah menceritakan hal yang sebenarnya padamu, tapi kau memikirkan hal yang tidak-tidak."

"Huh? Bagaimana kau tahu apa yang aku pikirkan tadi?!"

"Itu mudah. Tertulis jelas di wajahmu."

Eh?

Benarkah?

Apa aku mengekspresikannya begitu jelas?

"Kalau begitu karena kau sudah tahu aku bukan berasal dari sini, aku ingin menanyakan berbagai macam hal padamu."

"Apa kau ingin menanyakan kenapa kau bisa ada disini?"

"Iya!"

Orang itu memandangiku sebentar, mengamati ku untuk beberapa lama sebelum menjawab dengan wajah datar

"Entahlah. Aku sendiri juga tidak tahu."

Huh?

Ketika mendengar jawaban santainya, itu membuatku terdiam tanpa bisa berkata apa pun.

"Eh...? Kau tidak tahu? Sungguh tidak tahu? Tapi kau tahu jiwaku bukan dari dunia ini. Masa kau sama sekali tidak tahu alasan aku bisa ada di tempat ini sih?"

Dia mengangkat kedua bahunya sedikit lalu bersandar ke sofa.

"Iya. Aku tidak tahu. Aku bisa tahu jiwa mu bukan dari sini karena aku bisa melihatnya. Tapi itu bukan berarti aku tahu alasan kenapa kau bisa ada disini."

"Tapi mungkin saja jiwa mu tiba-tiba terlempar ke sini karena suatu hal yang besar. Seperti kau mati secara tiba-tiba? Aku pernah mendengar bahwa ada beberapa orang yang memiliki kasus sama sepertimu menyebar di dunia ini."

Eh?

Serius?

Itu berarti yang datang ke dunia lain bukan hanya aku seorang?

Ada orang lain juga yang mengalami hal sama sepertiku?

Ketika menyadari akan hal itu, hatiku seketika merasa sedikit hangat dan tenang.

Seakan aku lega karena yang mengalami hal gila seperti ini bukan hanya aku seorang.

"Kau senang ya? Apa kau lega karena mengetahui kalau kau tidak sendirian yang mengalaminya?"

Dia menyunggingkan senyuman tipis ketika melontarkan pertanyaan itu padaku.

Dan aku hanya terdiam tidak menjawab.

Walau aku memang senang, aku tidak berniat untuk memberitahukannya padamu!

"Hah... Kau sekarang mengabaikan ku? Kau kejam sekali. Jangan kacangin aku dong."

Walau dia berkata seperti itu dengan nada yang sedih, dia terlihat tenang-tenang saja. Bahkan dia kini tengah menuangkan teh hangat di cangkir yang baru.

Astaga.

Baru kali ini aku melihat ada pembunuh bayaran yang terlihat tenang dan santai seperti ini.

Apa karena ini di dunia lain, makanya ini bisa terjadi?

Atau karena aku yang menarik perhatiannya?

"Hey, jika aku bertanya apa alasan gadis ini bisa mati, apa kau akan menceritakannya padaku?"

"Ng? Kenapa? Bukannya kau bisa menanyakan hal itu ke orang lain? Kenapa kau malah bertanya pada sosok pembunuh bayaran seperti ku?"

"Aku... tidak tahu. Lagi pula aku sudah bertanya pada beberapa pelayan yang melayaniku. Tapi mereka bilang tidak tahu."

"Dan juga aku bertanya padamu karena kau sepertinya tahu sesuatu. Jadi ceritakan padaku!"

Orang itu meletakkan kembali cangkir teh hangat miliknya ke atas meja sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Terdiam sebentar seakan sedang berpikir sebelum akhirnya menjawab.

"Hmmm.... Aku semalam berkata padamu kalau dia minum racun bukan?"

"Iya. Tapi kenapa? Apa alasannya? Apa jangan-jangan kau yang menyuruhnya?"

"Hey, Kau ini kenapa suka menuduh orang dengan sembarangan sih? Kau mengira aku benar-benar orang yang membunuh gadis itu ya?"

Aku dengan pelan menganggukkan kepalaku. Dengan cepat tanpa menyembunyikan apa pun.

Dan dia yang melihat respon dari ku hanya menghela nafas panjang sembari menggelengkan kepalanya.

"Hahh... Kau jujur sekali sih jadi orang. Harusnya walau berbohong, kau tidak boleh mengucapkan hal yang sebenarnya."

"Kalau orang lain yang mendengarnya, kau pasti akan langsung di bunuh, Tuan Putri."

Aku menunduk ketakutan ketika mendengar akan hal itu.

Ahh...

Dia benar.

Bodohnya aku

Aku seharusnya lebih berhati-hati!

Dia adalah seorang pembunuh bayaran!

Aku belum tahu siapa namanya atau pun tujuannya menemui ku semalam.

Aku harus lebih waspada terhadapnya!

Walau berkata seperti itu di dalam hati, entah kenapa aku tetap merasa tenang saat berada di sampingnya.

Seakan hatiku berkata bahwa aku bisa memercayai orang misterius ini.

Dan aku sendiri tidak tahu kenapa. Seakan insting milikku berkata untuk memercayainya.

"Hmm... Baiklah. Karena kau sudah menjadi anak baik yang jujur pada orang lain. Aku akan menceritakan hal yang aku ketahui tentang gadis yang sebelumnya mendiami tubuh itu."

"Kau jangan terkejut ya ketika mendengarnya."

Dia berkata seperti itu padaku sembari mengembangkan senyuman tipis yang ramah. Senyuman yang terlihat lembut dan tulus yang seharusnya tidak ditunjukkan oleh seorang pembunuh bayaran.

Dan mendengar ucapannya, kepala ku dengan perlahan mulai mengangguk pelan. Menyetujui dengan apa yang ia ucapkan.

Mendengarkan penjelasan darinya tentang sosok Lilian Rachael di dunia ini sebelum jiwa milik ku mendiami tubuh miliknya.

-To Be Contiune-


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login