Download App

Chapter 3: Pengkhianatan

Pesta mewah malam ini melengkapi kebahagiaan Christ dan Julia. Nuansa serba putih seolah melambangkan cinta sejati yang baru saja diikrarkan dalam sebuah upacara pernikahan. 50 hari masa perkenalan hingga penjajakan bagi Chris bukanlah waktu yang singkat. Ia merasa cukup yakin mempersunting Julia dengan rasa cinta dan pengabdian untuk ayahnya.

Tamu tamu berdatangan , Chris dan Julia memilih berbaur bersama para undangan. Makanan lezat diiringi musik dari band terkenal menambah kemeriahan suasana pesta. Chris mengambil segelas minuman dari nampan yang dibawa seorang pelayan padanya, ia teringat Julia pasti kelelahan karena sedari tadi ia melihat istrinya itu sibuk menyapa tamu dan berbincang dengan mereka.

Chris mencari di setiap ruang, dari taman hingga ruang dapur dan menanyakan keberadaan Julia pada pelayan pelayannya. Namun tak satu pun dari mereka yang tahu keberadaan wanita itu. Ia memutuskan mencari di lantai dua rumahnya, ia berpikir mungkin Julia lelah dan istirahat di kamar pengantin mereka.

Ia menyusuri ruang demi ruang yang sunyi dan membuka pintunya. Langkahnya tiba tiba terhenti saat melihat kaca rias tepat di hadapannya. Pantulan kaca itu memperlihatkan pemandangan yang membuat ke dua lututnya lemas dan tubuhnya seolah mati rasa. Di balkon kamar pengantin mereka, Julia memeluk Deva erat. Mereka saling bertatapan, tak sama dengan cara Julia memandangnya. Tatapan itu penuh cinta yang menggebu dan hasrat yang tak dapat ia gambarkan. Deva membalasnya dengan ciuman penuh gairah di bibirnya, dan menyentuh lembut wajahnya. Seolah Julia adalah miliknya.

Chris merasa tubuhnya kehilangan keseimbangan, ia bersandar di sebalik pintu dan mengusap kepalanya. Rasa kecewa dan marah membuatnya ingin segera membunuh Deva dan Julia. Bagaimana mungkin Julia sanggup mengkhianatinya di hari pernikahan mereka, bahkan ia masih mengenakan gaun pengantinnya.

Chris mengepalkan tangannya, ia menarik nafas dalam dalam untuk mengendalikan emosinya. Bagaimana pun ia tak boleh merusak acara malam ini, atau reputasi keluarganya akan hancur. Chris menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan gontai meninggalkan tempat itu sambil memikirkan rencana yang tepat untuk menghadapi penghianatan ini.

Julia tengah menyisir rambutnya, saat pintu kamar berderit terbuka. Ia melihat Chris telah rapi. Ntah jam berapa pria itu bangun tadi pagi, saat ia terjaga Julia tak mendapati Chris di sisinya.

Chris mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya dan melangkah mendekati Julia yang duduk di depan meja rias.

"Semalam aku mencarimu, aku berpikir alangkah lebih baik aku memberikan mu hadiah spesial di hari pernikahan kita"

Darah Julia berdesir, ia merasa gugup. Apakah Chris melihat semuanya semalam.

Julia mencoba tenang dan menyembunyikan rasa cemasnya di balik wajahnya yang datar.

"Namun sayangnya aku tidak menemukanmu dan semalam begitu sibuk sampai sampai aku lupa memberikannya padamu"

"Aku merasa pusing dan istirahat di kamar kita"Jawab Julia lega.

Chris berteriak bohong di hatinya. Kini jelas baginya bahwa Julia sengaja menyembunyikan hubungannya dengan Deva.

Chris membuka genggamannya dan menunjukan sebuah kalung dengan liontin permata berbentuk angsa pada Julia. Ia memasangkannya di leher wanita itu.

"Kau suka?"

"Aku suka sekali, ini indah…terimakasih sayang" jawab Julia tersenyum. Ke dua tangan Chris masih bertumpu di bahunya. Gambar mereka berdua terpantul di cermin.

"Bagiku pernikahan adalah hal yang sakral dan terjadi sekali dalam seumur hidup. Maka ketika janji setia telah diikrarkan itu artinya kita sudah saling memiliki. Satu hal yang perlu kau tahu adalah apapun yang telah menjadi milikku, tak akan pernah kuberikan untuk orang lain, walau ia menukarnya dengan nyawa sekali pun" bisik Chris, tatapan yang tajam seolah menusuk dada Julia, sentuhannya yang lembut berubah menjadi cengkraman kuat di bahunya.

"Aku mencintaimu, walaupun beberapa minggu yang lalu aku sempat meragukannya. Cintaku untuk mu begitu besar, maka akan sangat berbahaya jika kau mengkhianatinya"

Chris melepas cengkeramannya. Ia tersenyum simpul sambil merapikan dasinya seolah tak terjadi apapun. Sementara Julia masih menatap pantulan mereka di cermin sambil menggigit bibir dalamnya tanda ia cemas,

"Segeralah bersiap siap, kita harus mengantar kepergian Deva. Hari ini aku memberinya surat tugas untuk mengurus perusahaan cabang di luar kota."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login