Download App

Chapter 11: Luo Nanchu, Jika Kamu Benar-benar Ingin Mati, Saat Itu Seharusnya Kamu Meletakkan Pisau Itu di Sini

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ketika sudah sadar, saat itu Luo Nanchu sudah berada di rumah sakit.

Ia tidak tahu sudah berapa lama dirinya pingsan. Bau obat-obatan yang tercium oleh Luo Nanchu membuatnya tersedak dan batuk, kemudian perlahan ia membuka matanya dan melihat atap ruangan itu dengan lemah.

Sebuah botol cairan infus menggantung di atasnya, perlahan tetesannya masuk ke dalam selang infus dan mengalir ke dalam tubuhnya. Mata Luo Nanchu perlahan tertuju pada jari-jari ramping seorang pria.

Fu Tingyuan saat itu sedang duduk di sofa dengan santai sambil memegang pisau buah untuk mengupas apel. Pada siang hari, matahari mulai terik. Saat itu ia mengenakan kemeja putih dan duduk menghadap ke arah datangnya cahaya matahari, wajahnya terlihat sangat tampan, ia seperti seorang dewa.

Luo Nanchu menyipitkan matanya, entah bagaimana bisa pisau yang ia gunakan untuk bunuh diri bisa ada di tangan Fu Tingyuan.

"Malaikat di surga. Bagaimana mungkin malaikat di surga memiliki wajah seperti ini?" Kata Luo Nanchu dengan jijik.

"Luo Nanchu, seharusnya kamu berada di neraka, bukan surga." Jawabnya lirih sambil memotong apel.

Kemudian Luo Nanchu menutup matanya dan berpikir bahwa jika ia pergi ke neraka, ia tidak perlu melihat wajah pria itu lagi. Ia benar-benar ingin mencoba pergi ke neraka. Terlebih lagi, dengan berada di neraka, mungkin ia tidak akan mendapatkan jatah reinkarnasi.

Luo Nanchu tidak mati, ia masih hidup. Namun ia bisa merasakan dengan jelas bahwa gerbang neraka kedelapan belas perlahan terbuka untuknya, dan Fu Tingyuan adalah algojo yang akan menyiksanya. Tapi saat ini, ia tidak punya cara lain untuk melawannya.

"Sudah berapa lama aku pingsan?" Tanya Luo Nanchu.

"Tiga hari." Pria itu meletakkan apel yang sudah dikupas di atas meja yang ada di sebelahnya, lalu ia memainkan pisau buah di tangannya. Kemudian ia menyipitkan matanya sembari tersenyum, tiba-tiba ia mencondongkan tubuhnya ke arah Luo Nanchu, dan dengan nada suaranya yang sedikit mengejek ia berkata, "Luo Nanchu, jika kamu benar-benar ingin mati, saat itu kamu seharusnya meletakkan pisau itu di sini."

Fu tingyuan mengangkat tangannya yang ramping dan indah, lalu meletakkan pisau buah itu ke arah jantung Luo Nanchu, dan nadanya menjadi lebih lembut, "Jika kamu mati, aku benar-benar akan mempertimbangkan apakah akan membiarkan Luo Juntian dan yang lainnya pergi." Meski lembut, nada bicaranya masih seperti mengejek dan mungkin ada amarah tersembunyi di dalamnya.

Sepertinya Fu Tingyuan hanya menganggap bahwa aksi bunuh diri yang dilakukan oleh Luo Nanchu saat itu hanya pura-pura dan akting saja.

Luo Nanchu tersenyum, "Jadi, apa Tuan Fu berpikir bahwa Nanchu berpura-pura melakukan bunuh diri hanya untuk menarik simpatimu belaka?"

Detik berikutnya, Luo Nanchu mengulurkan tangannya dan merebut pisau itu dari tangan Fu Tingyuan. Secepat kilatan cahaya, pisau itu kini sudah berada di tangan Luo Nanchu dan segera di arahkan ke jantungnya!

Ketika hendak menusukkan pisau itu ke jantungnya, Fu Tingyuan segera menghentikannya. "Luo Nanchu!" 

Fu Tingyuan berhasil menghentikan laju pisau itu dan membentaknya dengan marah. Jika ia tidak meraih gagang pisau itu tepat waktu, pasti pisau itu sekarang sudah masuk ke dalam jantung Luo Nanchu.

Tatapan mata Fu Tingyuan berubah menjadi dingin, ia menatap wajah Luo Nanchu yang saat itu sedang tersenyum dan perlahan ia memejamkan matanya.

Ujung pisau yang tajam itu berhenti tepat di depan jantung Luo Nanchu dengan jarak kurang dari 1 sentimeter. Luo Nanchu mengangkat kepalanya dan langsung menatap Fu Tingyuan. 

Ia tersenyum, kemudian dengan suaranya yang lembut ia berkata, "Perkataan Tuan Fu memang benar, Nanchu tidak berpikir dengan bijaksana." Sambil berkata seperti itu, Luo Nanchu masih memegang gagang pisau dan mulai menekannya perlahan, "Kali ini, Tuan Fu bisa mendapatkan apa yang Tuan Fu inginkan. Aku harap, setelah ini Tuan Fu bisa menepati janji dan melepaskan keluarga Nanchu."

Fu Tingyuan sangat membenci dirinya, kini Luo Nanchu paham akan hal itu. Semua musibah ini terjadi karena ulahnya dan akan lebih baik jika ia sendiri yang akan mengakhirinya.

Fu Tingyuan sedikit menyipitkan matanya dan menatap wajah Luo Nanchu sambil tersenyum. Mata mereka saling berhadapan, dengan ekspresi yang lemah lembut di wajahnya perlahan memudar dan hanya menyisakan kesejukan. 

Luo Nanchu menatap wajah itu dan bisa merasakan tatapan dingin di matanya. Sebab, jati diri seseorang bukan hanya dari apa yang bisa kita lihat, tapi juga dari sisi yang tidak bisa kita lihat. 

Dan Fu Tingyuan yang sekarang adalah Fu Tingyuan yang sesungguhnya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C11
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login