Download App
75% Pressure

Chapter 3: III

Jam masih menunjukkan pukul 05:32 pagi, terlalu pagi jika pergi ke sekolah di jam sekarang. Tapi tidak untuk Arta, ia sudah datang dari jam 05:15 tadi dan hanya duduk di pos satpam tanpa berniat memarkirkan motornya terlebih dahulu.

Tangan kanan Arta menutup mulutnya yang masih menguap dari tadi, ia tak pernah berangkat sepagi ini sebelumnya. Mungkin ada yang khusus hari ini.

""Tumben jam segini sudah berangkat mas?" Tanya Satpam yang baru selesai membuka pintu kelas-kelas.

"Iya pak, lagi nunggu orang," Ujar Arta sambil tersenyum kecil.

Arta memperhatikan satu persatu murid yang mulai masuk tanpa terkecuali. Sesekali ia bermain ponsel dan langsung mendongak begitu mendengar suara langkah kaki, memastikan siapa yang datang. Hal itu terus ia lakukan sampai banyak siswa yang mulai masuk dan Arta memutuskan untuk menyimpan ponselnya agar lebih berkonsentrasi memperhatikan orang yang berlalu Lalang di depannya.

Kio memperhatikan siswa-siswi satu persatu dengan teliti, ia tak mau melewatkan satu pun dan membuat kegiatan menunggunya menjadi 'sia-sia'

"Pak, ini sarapannya! Tadi dititipin ke saya, ketinggalan katanya," Ujar seorang siswi pada pak satpam yang duduk di belakang Arta.

"Oh iya, hampir aja saya mau beli sarapan. Makasih ya!"

Siswi itu meninggalkan pak satpam yang mulai membuka bekal yang dibawakan istrinya.

"Mas, sarapan!" Tawar pak Satpam pada Arta yang dibalas anggukan "Iya pak, Terimakasih!"

Arta melihat arlojinya, jam menunjukkan pukul 06:40. Sudah 1 jam ia duduk di sini sambil memperhatikan siswa-siswi dan beberapa guru yang lewat. 20 menit lagi gerbang akan ditutup dan ia belum menemukan apa yang ia cari.

Arta menghela nafas lelah sambil melakukan peregangan, ia terlalu lama duduk sepertinya.

Seseorang siswa dengan rambut berantakan masuk ke dalam gerbang dan melewatinya dengan terburu-buru, namu siswa itu berjalan mundur begitu menyadari siapa yang dilewatinya.

"Ngapain di sini?"

"Lah? Baru datang, Ki? Belum mandi lo?" Tanya Arta begitu melihat muka bantal Kio, selain itu rambutnya juga berantakan dan bajunya belum masuk semua. Pasti Kio bangun kesiangan.

"Udah mandi lah, yakali gitu gue gak mandi?" Kio tak terima dengan pertanyaan yang diberikan kepadanya.

"Mas, bajunya dirapikan!" Ujar pak satpam yang baru saja mencuci tangannya setelah makan.

"Iya pak. Nanti ya, sekarang dilihatin banyak orang!"

Arta menatap kelakuan Kio bosan, emang dasarnya anak ini suka membantah. Jadi mau dikasih tau bagaimana pun, Kio masih punya 1001 kata bantahan lainnya.

"Rapihin di dalam pos kan bisa mas."

"Maaf nih pak, kan posnya kacanya gak dikasih gorden. Ya kelihatan dari luar, nanti kalau ada yang lihat bagaimana?"

"Ngeles terus," Arta mengguma.

"Dih, lagian lo ngapain sih di sini? Tebar pesona lo? Gak cukup disapa di kelas? Mau disapa satu sekolahan?"

"Gue lagi nyari orang."

"Siapa?"

"Kalu gue tau, gue gak akan di sini nyariin satu-satu!"

"Jangan-jangan sebenarnya lo nungguin gue kan? Tapi lo malu bilang. Iya kan? Ngaku aja kali," Kio tersenyum bangga. Arta memutar bola mata malas, dasar Kio.

Arta langsung menstater motornya menuju parkiran, ia tak peduli dengan ocehan Kio yang tidak ada manfaatnya itu. Kio mengedipkan matanya bingung, Arta meninggalkannya di sini?

"Mas, bajunya!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login