Download App
100% Orang Baru

Chapter 2: Murid Baru

SMA Pancasila hari ini kedatangan murid baru. Badannya kecil, rambut sebahu, manis, polos, pintar, tapi agak sengklek. Benar-benar idaman para murid laki-laki.

Dia adalah Michelle Carramel atau kerap disapa Carra.

Carra mendapat kelas XI MIPA 2 bersebelahan dengan kelas Devan di XI MIPA 1.

Mendengar ada murid baru di kelas sebelah Arga pun segera memberi tahu teman sebangkunya yang baru-baru ini mulai berubah, berharap Devan bisa dekat dengan murid baru tersebut.

"Woi Dev, di kelas sebelah ada murid baru tuh cantik Dev" ucap Arga penuh semangat.

Devan tidak memperdulikan perkataan Arga ia hanya asyik dengan kegiatan sehari harinya di kelas.

Bengong,

Murung,

Terlihat seperti sedang berpikir.

" Apa dia tidak bosan melakukan kegiatan unfaedah itu setiap hari?" pikir Arga.

Akhirnya Arga pun menghampiri Devan.

"Woi Dev, ada murid baru di kelas sebelah cantik banget oi"

"Penting banget gue harus tau?" jawab Devan sewot.

"Liat dulu kek, cantik banget nih, sumpah" bujuk Arga lagi.

Tetap saja Devan tidak menggubrisnya. Begitulah Devan, kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar mulai menipis. Bahkan guru kesurupan saja Devan tidak peduli. Disaat satu sekolah heboh melihat guru kesurupan Devan malah sibuk dengan ponselnya dan kegiatan rutinitasnya.

***

Carra merupakan perempuan yang sangat sopan dan ia senang bertemu dengan teman baru. Carra pindah sekolah karena ibunya pindah tugas ke daerah dekat SMA Pancasila, jadi ibu Carra dapat menjemput Carra pulang sekolah, karena ayah Carra sudah meninggal sejak Carra SMP. Jadi hanya ibunya lah yang mengurusi Carra sejak SMP.

Carra berharap dapat bertemu dengan seseorang di lingkungan barunya ini. Karena ia selalu mengimpikan dirinya diperlakukan spesial oleh seseorang seperti sinetron-sinetron yang menjadi tontonannya setiap hari.

Yah itulah pentingnya bagi orang tua untuk membatasi tontonan pada anaknya. Si anak menjadi suka berkhayal.

Carra jarang mendapat perhatian khusus oleh ibunya karena ibunya sibuk bekerja. tetapi Carra anak yang mandiri, ia sudah terbiasa melakukan segalanya tanpa bantuan orang tua sejak masih di bangku Sekolah Menengah Pertama, tepat saat ayah Carra tiada.

Itu berarti ada untungnya juga orang tua tidak memanjakan kita, karna itu membuat kita menjadi anak yang mandiri.

***

Carra sudah mendapat teman di sekolah barunya ini yaitu Vira, teman duduknya saat ini. Carra merasa nyaman dengan kelasnya ini. Bahkan kelas ini lebih nyaman dari kelasnya dulu di sekolah pertamanya.

"Kelasnya bagus banget bikin nyaman" ucap Carra.

"Iya dong bagus semoga lo nyaman ya disini."

"Pasti Carra nyaman lah Vir"

"Lo kalo ngomong emang gak pakai aku kamu atau gue elo gitu?"

"Iya Carra lebih suka kaya gini"

Vira sedikit heran dengan Carra yang tidak menggunakan kata gaul seperti gue elo. Tapi itu bukanlah masalah serius yang harus dipikirkan.

Carra merupakan anak cerdas apalagi untuk pelajaran Kimia dan Biologi yang menjadi favoritnya. Terbukti saat hari pertama sekolah Carra sudah dapat menjawab pertanyaan dari guru kimia yang bernama ibu Sari.

"Siapa yang bisa jawab pertanyaan ini? tanya Bu Sari.

Tidak ada yang menunjuk tangan. Bahkan ada yang menunduk, pura pura mencatat, sembunyi di punggung teman untuk menghindari panggilan Bu Sari. Tiba tiba Bu Sari menunjuk Carra untuk menjawab.

"Kamu? Yang anak baru. Siapa namanya?"

"Carra Bu"

"Oke Carra, kamu bisa jawab?"

" Saya coba Bu"

"Baik ini spidolnya"

Carra pun menuju ke depan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh Bu Sari. Dan Carra dengan mudahnya dapat menyelesaikan soal itu.

"Wah gila hebat juga tuh si anak baru" ucap salah satu anak yang melihat kepintaran Carra.

"Dedek Carra mau pacaran sama abang gak?" goda Abri salah satu pria playboy di kelas Carra.

Carra hanya membalas dengan senyuman karna Carra menganggap itu hanya candaan saja. Carra bukanlah orang yang mudah tersinggung.

"Tuh anak baru aja bisa, masak kalian gak bisa? Malu dong sama anak baru ini. Oke Carra kamu bisa duduk." ucap Bu Sari.

Carra pun kembali duduk di kursinya. Ia Mendapati Vira melihatnya dengan tatapan tak percaya.

"Vira kenapa?"

"Lo gilak Ra"

"Ngga kok Carra masih waras beneran deh"

"Lo gilak bisa jawab soal kaya gitu"

"Kebetulan aja bisa Vir"

"Lo sempurna banget Ra udah cantik, pinter ga sombong lagi" ucap Vira yang takjub mendengar jawaban Carra.

Carra hanya tersenyum mendengar ungkapan Vira.

Tak lama kemudian bel pun berbunyi, Bu Sari pergi meninggalkan kelas karena jam pelajarannya telah usai.

"Eh Ra gue mau nanya" panggil Vira.

"Apa"

"Lo udah punya pacar belom? Ya kali aja gitu pacar lo sedih lo tinggal dia ke sini."

"Carra belum pernah pacaran Vir"

"Serius lo? belum pernah pacaran? Trus suka sama orang pernah?"

"Belum juga. Tapi yang ngedeketin lumayan sih cuma Carra biasa aja gitu Vir"

"Eh by the way sorry yah, gue jadi pengen tau urusan lo, gue cuma pengen kenal lebih deket aja gitu sama lo Ra." Ucap Vira yang merasa tidak enak.

"Ya ampun gak papa kali, Vir. Carra suka kok temenan sama Vira." sahut Carra dengan senyum di bibirnya.

"Gue doain semoga aja lo nemu cinta pertama lo disini" ucap Vira.

"Hm entahlah, Carra belum mikirin itu sih Vir. Ya tapi semoga aja deh, hahaha" ucap Carra sembari tertawa.

"Apa Carra akan merasakan jatuh cinta? Apa Carra akan menemukan orang yang membuat Carra jatuh cinta untuk pertama kali? Hm ntahlah" batin Carra sembari melamun.

"Kok bengong? kita ke kantin yuk, sambil Lo kenal lingkungan baru"

"Ayuk Vir"

Mereka pun menuju ke kantin untuk membeli makanan sekaligus untuk mengenali lingkungan baru bagi Carra. Mata Carra melihat ke seluruh gedung yang ada di sekolah barunya ini. Ada juga beberapa laki-laki yang memperhatikan Carra bahkan mencoba untuk menggodanya. Tetapi Carra berusaha untuk bersikap tenang menanggapi itu semua. Karena Carra adalah orang yang apa adanya.

"Lo gak risih, Ra?" tanya Vira yang melihat Carra digoda oleh beberapa siswa laki-laki.

"Nggak, Carra biasa aja, udah lah gak usah ditanggepin." sahut Carra santai.

"Humble banget sih temen gue." ucap Vira sembari mencubit pipi Carra karena gemas dengan sikap Carra.

"Awww...uhh... dicubit, dikira pipi Carra ini bakpau." Ucap Carra sambil memegangi pipinya.

"Abisnya gue gemes banget sama lo, kayanya lo bakal jadi rebutan cowok-cowok di sini deh Ra." Ucap Vira dengan ekspresi sok-sokan menerawang.

"Ngawur deh." Ucap Carra tidak percaya.

"Liat aja nanti." Sahut Vira.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke kantin untuk membeli makanan.

Akankah Carra menemukan seseorang spesial?


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login