Download App

Chapter 2: Bantuan Kecil Untuk Rangga

Ting dong, ting dong…

"Biar aku saja" Ucap Dava melepas sendok di tangannya.

"Eh, kamu Ngga. Ngapain malam malam kesini?".

"Boleh masuk?".

Tampa menunggu jawaban dari Dava, Rangga langsung nyelonong masuk, nengak nengok kesana kemari mencari sesuatu.

"Elis mana?".

"Di ruang makan".

"Siapa Dav?" Tanya Elis mendengar langkah kaki semakin mendekat.

"Rangga". Ucapnya dengan wajah datar.

"Ngapain dia datang malam malam begini ?" Batin Elis.

"Duduk Ngga!" Ucap Elis saat melihat Rangga dan Dava sampai di meja makan.

"Tumben kesini, malam malam lagi. Ada perlu apa ya?". Tanya Elis saat Rangga sudah duduk.

"To the point aja ya, aku kesini minta bantuan kalian".

"Bantuan apa?" Tanya Elis penasaran.

"Elis, bantu aku, please". Sambil memegang tangan Elis.

Dengan sopan Elis melepaskan tangannya dari Rangga. "Bantu apa?, kalau aku bisa, aku akan bantu"

"Ini tentang masa depanku". Jedanya.

Menarik napas panjang lalu melanjutkan ceritanya. "Aku bakalan dijodohin sama nyokap".

"Terus?".

"Cewek yang mau dijodohin sama aku, dia play girls, dia juga matre, tapi sayangnya orang tuaku percaya sama dia. kamu bisa bantu kan, buat buktiin kalau dia bukan orang baik. Please El, help me!". Mohon Rangga.

"Aku mau bantu kamu, tapi aku nggak tahu bantu apa".

"Kamu bisa mata matai dia, foto atau apalah dia sama pacarnya, biar bisa di jadiin bukti. Gimana?".

Elis memandang kearah Dava. Namun Dava menggeleng tanda tak setuju. "Aku butuh bantuan kalian berdua" Ucap Rangga meyakinkan.

"Kenapa nggak minta bantuan yang lain" Usul Dava

"Ya bisa sih, tapi aku butuh Elis. Kalau aku minta bantuan Azwin atau Ajik, mereka akan butuh Elis buat penyamaran, 'kan kamu tahu kita jomblo semua".

"Aku bantu" Ucap Elis kasian.

"Elis!". Geram Dava.

"Dia kan temanmu Dav, kamu seharusnya bantuin dia. Kalau kamu nggak mau bantuin Rangga, biar aku yang bantuin dia." Ucap Elis dengan sengit.

"Tapi ini bahaya"

"Ada kamu yang bakalan lindungin aku". Jawab Elis dengan mata tajamnya.

"Apa rencanamu?".

"Ini foto cewek itu". Ucap Rangga sambil menunjuk sebuah foto dari handphone-nya.

"Tunggu dulu!. Kenapa nggak kamu aja yang cari bukti sendiri?".

"Kalau aku yang pergi, bakal ketahuan".

"Baru jam delapan, kita punya banyak waktu, jika kita pergi sekarang. Di mana tempatnya?" Tanya Dava.

"Tadi ditaman, sempat aku buntutin, tapi aku ketahuan. Elis lebih baik lo ganti baju". Ucap Rangga memberi saran.

Ia memperhatikan baju yang digunakan dan menoleh ke arah Dava. Dava memberi anggukan kecil sebagai tanda kalau ia setuju dengan ucapan Rangga.

Mereka memulai aksi mereka. Target sudah di depan mata. Sementara Rangga mengawasi dari jarak yang cukup jauh. Dava dan Elis mendapat tempat yang strategis, mereka berpura pura menjadi pasangan kekasih yang sedang berfotoan. "Dav, sebelah sini!" pinta Elis dengan antusias.

Setelah bukti terasa cukup, mereka pergi tampa menimbulkan kecurigaan. "Ini" Dava menyodorkan handphone-nya kepada Rangga. "Makasih " . Ucap Rangga setelah melihat foto foto tersebut."kalau begitu aku cabut dulu. Ayo' El".

"Tunggu". Ucap Rangga menghentikan langkah keduanya yang akan pergi.

"Apa lagi?". Tanya Dava kesal.

"Aku butuh bantuan kalian lagi buat cari tahu siapa sebenarnya cewek itu. Kalian mau kan bantu aku lagi?".

"Oke"

"Elis!" Teriak Dava kesal. Ia tidak tahu dengan jalan pikiran cewek yang ada dihadapannya. Begitu mudah ia menyanggupi perUcapan Rangga.

"Kamu kan temannya Rangga, seharusnya kamu bantuin dia, Kalau dia butuh bantuan"

"Elis!!!, kamu bakalan terjebak ke dalam masalah yang lebih besar lagi. Lebih baik kita pulang." Kali ini Dava benar-benar marah.

"Dari mana kamu tahu kalau kita dalam bahaya besar?" Pancing Elis.

"Kamu bawel banget sih jadi cewek". Dia juga sendiri bingung, bagaimana ia bisa menyadari kalau ada bahaya yang sedang menghadang mereka.

"Dav, kali ini saja. Percaya sama aku". Ucap Elis memasang muka memelas. Dava tak tega melihat wajah Elis yang seperti itu. "Oke, kali ini saja. Tapi kamu harus ngikutin apa yang aku bilang, jangan jauh-jauh dari aku". Perintahnya.

"Oke, apapun itu" Elis tersenyum senang. Ada sesuatu yang sebenarnya ia sembunyikan.

Elis mengedipkan matanya kearah Rangga, Rangga membalasnya dengan senyuman."Aku akan tetap ngawasin kalian berdua". Ucap Rangga kembali menyakinkan sahabatnya itu.

"Aku hanya butuh laptopku, bisa kau ambilkan?". Tanya Elis kemudian.

"Oke"

Untung saja mereka tak ketinggalan jejak cewek itu. Sambil merangkul Elis, Dava berjalan mengikuti cewek tersebut.

" El, kamu yakin mau lanjutin?". Ucap Dava setibanya di sebuah motel. Ia tahu tempat apa yang akan mereka masuki.

"Kamu punya uang?".

"Buat?".

"Pesan satu kamar di samping kamar cewek itu".

Setelah berada di dalam kamar barulah Elis menceritakan rencananya. Dava menyamar masuk sebagai tukang antar makanan dan menaruh rekaman suara dibawah meja dan melemparkan sesuatu seperti permen karet ke suatu sudut yang dapat menjangkau ruangan tersebut.

Mereka kemudian mengamati apa yang dilakukan cewek itu bersama ke kasihnya. Elis langsung mencari data tentang siapa sebenarnya cewek tersebut. "Oohh…, jadi mereka sepasang ke kasih yang mencari uang dengan cara menipu".

"Dan ayah Rangga sudah masuk ke dalam target mereka".

"Yap. Orang yang ada di foto itu target selanjutnya. Apa yang akan kau lakukan sekarang, melaporkannya ke kantor polisi dengan semua bukti ini?".

"Kurasa itu ide baik, tapi bukan kita yang akan melaporkannya".

"Terserah kau saja".

Terdengar bunyi pintu dibuka, Elis langsung bersembuyi di balik selimut. Ia mungutuk Dava yang lupa mengunci pintu membuatnya harus bersembunyi seperti ini.

"Permisi pak, saya mau mengambil barang milik penginap yang ketinggalan".

"Iya, silakan" Tampa bergerak dari posisinya.

"Dimana ya?" Tanya pelayan itu setelah lama mencari.

"Coba kamu telephone orang yang menginap sebelumnya" Tampa berpindah dari posisinya.

Pelayan itu curiga dengan sikap Dava yang masih setia di posisinya, tampa berniat ikut membantunya.

"Ini dia" Serunya kemudian melihat sebuah berkas yang ternyata ada di atas meja. Padahal sebelumnya tidak ada apa – apa di atas meja. Dia kemudian keluar dengan perasaan senang.

Elis menghela napas lega setelah pelayan itu pergi. Dava mengelus rambut Elis yang berantakan, membuat Elis langsung menoleh ke arahnya. Ditatapnya mata hitam Elis dengan lekat, tampa sadar setan apa yang merasuki tubuhnya. Ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Elis membuat cewek itu mundur secara perlahan. Pergerakannya terhenti, karena tak ada ruang gerak lagi bagi dirinya. Tangan sebelah kanan memegang laptop, sementara yang kiri berada di belakang Dava. Sambil menutup mata, ia mencengkal baju Dava menggunakan tangan kirinya, cukup membuat Dava tersadar.

"Maaf".

Mereka kemudian keluar dengan membawa bukti. Setelah menyerahkan bukti kepada Rangga Dava dan Elis langsung pulang, sementara Rangga langsung ke kantor polisi untuk menyerahkan bukti kejahatan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login