Download App

Chapter 2: Bagian 1

"Erra! Cepet bangun hei. Ini sudah jam enam." teriak Maia dari balik pintu kamar putrinya, sedangkan putri semata wayangnya itu baru saja mengerjap. Memggeliat sembari melekatkan kembali selimut tebalnya.

"ERRA!!" lagi-lagi Maia berteriak. Dari dalam kamar,Erra menggumam "Hm.."

"Cepet bangun! Ini udah siang!"

"Ngh.. Iya mih,ini Erra bangun kok." Erra menyibak selimutnya, ia bangun dari tempat tidurnya. Bibirnya mengerucut. Sejenak mengumpulkan lelembutnya.

"Cepet. Itu tetangga sebelah udah ngeluarin mobil. Kamu cepetan mandi. Biar bisa nebeng." ujar Maia kemudian. Sebentar,Erra mengerutkan keningnya. Lalu ia menoleh ke dasar pintu. Mencerna apa yang dikatakan ibunya,lalu ia memutuskan untuk beranjak dan menghampiri ibunya.

'Tetangga sebelah udah ngeluarin mobil? Hubungannya sama aku apa?' Tanpa banyak bicara,Erra membuka pintu kamarnya, gadis itu menggaruk tengkuknya dengan mata khas orang baru bangun tidur.

"Cepet mandi,neng.."

"Dingin ah,aku gak mau mandi." Erra menguap dengan mata kantuknya,membuat Maia menggelengkan kepalanya. Ia bersidekap. "Kebangetan,terserah kamu aja. Jangan lupa gosok gigi,terus tuh ketek pake deodorant biar gak bau,terus pake juga minyak telon,bedak,sama parfum ya. Bedak,liptintnya juga pake. Biar agak beningan."

"Iya mih. Bawel banget sih." Erra mengangguk-anggukan kepalanya, gadis itu lalu berjalan ke kamar mandi. Maia yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. Pasrah,melihat nasib putri semata wayangnya.

"Punya anak satu,kelakuannya Maa syaa Allah.."

-

Erra menuruni tangga rumahnya, sekarang penampilannya sudah jauh lebih baik. Rambutnya yang bergelombang dihiasi jepit pita di sisi kanan kepalanya. Erra menghampiri Maia yang tengah menyiapkan sarapan. Maia mendongak dan langsung bersuara saat melihat Erra melangkah ke arahnya. Pandangannya menyelidik.

"Kamu pake deodorant, minyak telon sama bedak,kan?"

"Iya mih, lagi pula tadi Erra mandi kok. Ya walaupun cuma dielap aja." Jawab Erra, ia kemudian meminum susu yang sudah tersaji dalam gelas jangkungnya.

"Minum tuh sambil duduk Erra Nevada!" ingat sang ibu,Erra menarik kursi lalu mendudukan bokongnya tanpa permisi.

"Mih,Erra mau bawa bekal ke Sekolah.." Ucap Erra setelah menghabiskan susunya,Maia yang tengah mengolesi selai ke roti seketika menghentikan pergerakannya. Maia mengambil duduk sambil menyimpan roti yang ada di tangannya. Tangannya terulur,memegang tangan putrinya. "Emh... Maaf ya,mamih gak bisa bikinin kamu bekal. Soalnya mamih sibuk banget,apalagi hari ini mamih mau berangkat ke Subang. Bagaimana kalo besok kamu bangun pagi,terus kamu buat sendiri.. Kamu juga udah besar,harusnya kamu bisa lebih mandiri lagi,biar gak ketergantungan sama orang-orang sekitar,ya.."

Erra termenung.

"Sekarang kamu makan sarapan yang mamih buat ya,mamih janji kalo mamih pulang dari Subang,mamih bawain oleh-oleh." Ucap Maia dengan senyumannya. Namun, hal itu belum bisa membuat Erra bersuara. Erra hanya bisa terdiam,mencerna apa yang dikatakan ibunya.

Erra melepaskan tangan ibunya,ia kemudian beranjak dari duduknya. "Erra mau sarapan di Sekolah aja,mih.. Mamih siap-siap ngantor aja,takut kesiangan. Mamih kan sibuk." Setelah mengatakan itu,Erra berbalik. Melangkah dengan sesak di dadanya. Ia memiliki seorang ibu,namun ibunya hanya sibuk dengan pekerjaannya. Erra merasa sakit hati karena itu.

____

06.35 WIB

Erra berdiri menatap bangunan di depannya. Sekolahnya munjulang tinggi bak gedung pencakar langit. Erra meringis melihatnya. Bagaimana bisa bangunan-bangunan di bumi ini seakan-akan ingin menyaingi Tuhan. Erra mengembuskan nafas,pikirannya memang suka sekali berlarian kemana-mana.

'Kelas gue dimana?' pikirnya,lantas ia melangkah lebih dalam lagi. Menelusuri jalanan taman yang langsung menghubungkan ke aula.

"Ra!"

Erra menengok sembari memutar tubuhnya. Matanya membola saat seorang gadis berambut cokelat berlari ke arahnya. Sahabatnya.

"Suket? Ihhhh.. Gue kangen." ujar Erra saat sahabatnya, Kathrine ada di hadapannya. Tangan Erra terenggang,hendak memberikan pelukan kepada sahabatnya, menuangkan kerinduan sebulan tak bertemu. Katrina bergidik ngeri.

"Gue kangen.." ujar Erra seraya melepaskan pelukannya, ia mempoutkan bibirnya. Kathrine yang melihatnya mengusap wajah Erra.

"Jangan kek gitu,lo gak ada lucu-lucunya."

"Dasar kangiri!"

Erra dan Kathrine melanjutkan langkahnya sambil mengobrol tentang liburan.

"Lo liburan kemana aja? Masa gak ngasih kabar ke gue. Padahal gue mau ngajak lo liburan bareng bang Will ke Netherlands.." Erra terbelalak sampai-sampai tangannya memegang erat lengan Kathrine. "NETHERLANDS?! SERIUS LO?"

"Iya lah.. Masa gue bohong."

"Yahhh.. Patah hati,gue. Gue liburan ke rumah bude gue,selama disana gue dilarang main hp."

"Lo liburan sama mamih?" Langkah Erra terhenti,wajah ceria gadis itu seketika berubah sendu. "Mamih gak ada waktu,ya udah gue ke Magelang sendiri."

"Are you seriously?"

"Hm.. Miris banget gue,selama liburan gak ditemenin nyokap."

"Udah kuy ah,kita ke kelas. Jangan sedih gitu,entar gue ajak lo liburan ke Austria deh.." ucap Kathrine sembari menggaet lengan Erra. Erra tersenyum lebar. "Kapan?"

"Nanti liburan mendatang. Bang Will janji mau ngajakin gue liburan kesana. Tapi,lo mau request gak?"

"Emh.. Gue pengen liburan ke Raja Ampat deh.. Kayaknya bakalan rame."

"Yah.. Gue ngajakinnya juga ke luar negeri,masa lo maunya liburan di dalam negeri sih?"

"Nikmati dulu Indonesia,elah... Kalo udah keulik,baru kita terbang ke negara orang.."

"Ya deh.. Nurut aja gue mah."

"Yeah! Kita sebangku lagi,yah?"

"Ih.. Enggak ah. Lo mah berisik kalo lagi laper.

"Enggak juga."

"Lah terus?"

"Gue udah klop sama elo,bulu ketek. Jadi,gak mau ganti temen sebangku lagi. Lagi pula lo itukan soulmate gue. Lo udah gue anggep, anggep apa ya? Pokoknya lo harus sebangku lagi sama gue. Titik!" ujar Erra,tangannya sudah bergerak-gerak bebas seperti ikut menjabarkan apa yang dikatakannya.

Bugh!!

Erra menghentikan langkahnya saat tak sengaja bertubrukan dengan siswi lain. Begitupun Kathrine.

"Eh.. Maaf, gak sengaja." ucap Erra, siswi yang bertubrukan dengan Erra itu hanya tersenyum sembari memungut bukunya. Erra pun ikut berjongkok untuk memungutnya.

"Sekali lagi maaf ya,aku gak sengaja. Kebiasaan,kalau asyik ngobrol itu suka lupa akan jalanan." Erra terkekeh di akhir perkataannya,sementara siswi yang nertabrakan dengannya itu mengulas senyum. "Iya gak apa-apa, lagi pula aku gak kenapa-napa kok."

"Syukurlah, oh ya nama kamu siapa? Dari kelas mana?"

"Udah ah, Ra.. Kuy ah ke kelas, kita kan harus pilih bangku."

Erra menolehkan kepalanya ke arah sahabatnya, ia menggembungkan kedua pipinya sembari mengangguk. Belum sempat Erra menoleh ke arah siswi yang tadi ditubruknya, Kathrine sudah lebih dulu menariknya.

"Udah ayo,ah."

"E-eh.. Hei,kapan-kapan kita kenalan ya." teriak Erra sembari melambai-lambaikan tangannya, siswi berjilbab dengan bros bunga daisy itu tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Diem elah!"

"Ihhhh.."

Erra dan Kathrine sampai di kelasnya setelah melewati beberapa kelas,menaiki beberapa puluh tangga. Lelah. Keduanya duduk dengan lemas di bangku pertama depan meja guru.

"What's up, bro?"

Erra mengerutkan keningnya saat siswa keriwil yang tak asing lagi itu mengulurkan tangannya. Seperti sesuatu yang langka,si ketua kelas ramah padanya.

"Kenapa lo,dateng-dateng sok akrab?" Siswa keriwil itu menarik kembali tangannya. Ia lantas mengambil duduk di meja kedua siswi itu. "Apanya yang kenapa?"

"Lo kesambet apa?" Kini giliran Erra yang bertanya, Zaki,siswa keriwil itu terkekeh. "Serba salah,gue ramah ditanya gue kenapa, gue judes dikira lagi pms. Kalian berdua tuh maunya apa?"

"Ya elah Jubaedah, gue kira kenapa." ucap Erra sembari memasang wajah malasnya.

"Tumbenan banget ya,Ra.. Musuh lo jadi ramah kayak gini.. Pasti lagi ada maunya.." Cibir Kathrine,Zaki mendengus. "Jangan suudzon jadi orang,gue kemari tuh pengen memperbaiki hubungan. Lo kan tahu,udah 2 tahun ini hubungan gue sama si Rukayah gak bagus. Nah jadi karena itulah,gue mau baikan sama dia. Ngerti lo?!"

"Alah.. Palingan lo mah mau nambah masalah aja,hobby lo kan tiap hari bikin ulah sama Erra,ya gak Ra?" Kathrine beralih pada Erra. "Ya begitulah,Kath.. Disini gue mencium bau-bau kemunafikan." Sait Erra sembari menggerakkan tangannya,mameragakan adegan Roy Kiyoshi.

"Asu banget gue dibilang munafik. Udahlah Rukayah,gue bener-bener mau baikan sama lo. Capek gue musuhan mulu sama lo,lo tahukan status kita itu KM sama Sekretaris. Rasanya,gak pantes kalo lo sama gue bertengkar terus. Malu sama anak-anak yang lain."

"Biasanya juga lo malu-maluin,yuk ah Kath kita ke lapangan. Bentar lagi kan Upben." Tanpa menghiraukan Zaki yang terlihat sendu,Erra dan Kathrine beranjak dari duduknya. Melangkah menuju lapangan.

"Padahal niat gue tuh baik." Monolog Zaki,ia menghela nafas lalu bangkit. Melangkah lemas menyusul Erra dan Kathrine.

Pukul 08.10 WIB upacara bendera selesai. Anak-anak kelas XII IPS 3 kembali ke kelasnya. Duduk di kursi pilihannya dengan berbagai aktivitas yang berbeda,ada yang mengaca saja,memoles bibir saja,ada yang pacaran saja,ada juga yang sedang mengghibah saja. Sementara di bangku paling depan dekat meja guru,Erra dan Kathrine tengah berselfie ria.

"Gue post ke ig ah.." Ucap Erra saat melihat hasil fotonya. "Btw,Ra.. Lo bener-bener lost contact sama si Kaisar?" Tanya Kathrine tiba-tiba,Erra yang sedang memposting fotonya ke instagram menoleh. Mengalihkan fokusnya pada Kathrine.

"Kenapa lo tiba-tiba ngebahas Kaisar,Kath?"

"Waktu di Bandara,gue liat Kaisar." Ucap Kathrine,Erra terdiam. Sudah lama rasanya tak mendengar nama Kaisar sang mantan. "Kayaknya dia baru dateng deh. Ra.."

"Hm?"

"Kalo seandainya Kaisar balik lagi ke elo,apa yang bakalan lo lakuin?" Tanya Kathrine,kali ini benar-bebar membuat Erra terdiam. Tak berniat menjawab,Erra mengalihkan pandangannya ke smartphone.

Rakaisarkarl Udah lama gak ketemu,kamu tambah cantik aja Er.

'Kai...'

"ADA GURU WOY!!"

Erra bersamaan dengan murid yang lain terperanjat,ia cepat-cepat memasukkan ponselnya ke saku,kemudian membenarkan duduknya. Erra menoleh ke arah Kathrine yang sama tegang.

"Gue kira hari pertama Sekolah gak akan efektif." Bisik Erra,Kathrine yang mendengarnya menyaut. "Lo kayak yang gak tahu Sekolah kita aja."

Tap

Tap

Tap

Derap langkah ke arah kelas mereka semakin mendebarkan jiwa para manusia di kelas XII IPS 3,mata-mata berlarian was-was akan guru apa yang datang mengisi jam pelajaran. Jika yang lainnya sibuk menunggu kedatangan sang guru,berbeda halnya dengan Erra Nevada. Ia tengah bergulat dengan fikirannya,memikirkan Kaisar mantan pacarnya.

'Apa yang membuat dia kembali?'

"Selamat pagi."

Semua anak kelas XII IPS 3 menoleh ke asal suara,begitupun Erra.

'Mas Rama.'

Seorang pria dengan setelan rapi melangkah ke arah meja guru,kemeja putih dengan celana hitamnya melekat di tubuh tegapnya. Otot-otot di lengan kekarnya terlihat menonjol,menambah kesan cool.

"Apa tidak ada yang mau menjawab sapaan saya?" Tanyanya, semua mata para gadis mengerjap,terkesima melihat pemandangan di depannya.

Ah.. Bagaimana bisa ada guru seganteng ini?

"Pa-pagi."

"Oke,perlu saya mengenalkan diri?" pria itu kembali bersuara sembari melipat bagian lengan kemejanya. Semua siswi berteriak 'YAAAAA' dengan histeris,terkecuali Erra yang dengan sekuat tenaga menahan gejolak di dalam hatinya. Bagaimana tidak,hari ini Mas Rama tampan sekali. Rasanya Erra ingin pingsan saja.

"Nama Saya Muhammad Adam Ramadhan. Langsung saja,karena saya belum mendapat absensi hadir dari TU dan juga saya belum mengetahui nama kalian. Bisakah kalian menulis nama kalian,alamat,nomor handphone orangtua kalian di kertas yang saya berikan ini?" tanya pria yang bernama Adam, atau yang lebih lengkapnya Muhammad Adam Ramadhan itu menaikkan selembar kertas hvs.

"Pak, perlu ya mencantumkan nomor hp orangtua?" tanya seorang siswa di bangku paling belakang kedua,guru muda itu mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke meja.

"Perlu. Karena itu mempermudah saya untuk mengetahui jika lain waktu kalian terlambat datang,tidak mengerjakan PR,bolos,dan juga tidak ke Sekolah tanpa keterangan. Silakan diisi. Jangan sekali-kali memalsukan nomor hpnya!"

Adam atau yang menyebut dirinya Rama pada Erra itu melangkahkan kakinya ke arah gadis itu,tatapannya menerobos ke retina gadis bersurai hitam itu.

"Silakan diisi!" ucap Rama,Erra mengangguk sembari menerima hvs yang diulurkan Rama.

"Ingat! Isi dengan jujur."

"Ganteng-ganteng kok galak." gumam Erra, Katrine dan Zaki menoleh bersamaan.

"Pak,kata Erra 'ganteng-ganteng kok galak'." adu Zaki, Erra memelotot. Tak percaya dengan apa yang dikatakan si ketua kelas. Rama menoleh ke arahnya. Pria berewok itu menatapnya datar,naas tanpa ekspresi.

"Pak,a-a-"

"Abcd, maksud kamu?" potong Rama,Erra menciut. Erra angkat suara kembali,hendak menjelaskan kesalah pahaman ini. "Anu,pak?"

"Saya tidak menyukai umpatan semacam itu." ujar Rama sembari mendudukan bokongnya di kursi,Erra mempoutkan bibirnya. Pipinya memerah,entah karena malu atau karena ia tengah menahan tangis.

"Ada yang ingin kamu katakan lagi,Erra Nevada?"

"Ma-maaf,pak. Bukan maksud saya mengumpati bapak." ucap Erra menyesal,ia semakin menundukkan kepalanya,Kathrine yang di sampingnya langsung mengusapi punggung sahabatnya. Mencoba menenangkan.

"Sudah.. Sekarang isi kertas yang saya kasih,setelah itu temui saya di kantor sehabis istirahat!"

Erra yang mendengarnya mendongak, matanya berkaca-kaca,menatap ke mata elang gurunya. Baru kali ini ia dibentak seseorang. Rasanya hatinya begitu sakit.

"Isi!"

"I-iya,pak!"

Erra mulai mengukir namanya di kertas hvs, air matanya jatuh membasahi kertas. Erra benar-benar sakit hati. Niat ingin jatuh cinta dan memperjuangkannya malah gugur akan kata-katanya.

Segalak itukah tetangga barunya


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login