Download App
1.48% VIRA MORENO

Chapter 3: 3-

Brakkk

Pintu rumah kediaman keluarga Mahesa terbuka lebar. Menampakkan seorang manusia bergender pria sedang masuk dengan langkah angkuh melewati pintu besi rumah itu.

"Bunda !!" Chino berteriak lantang saat dirasa tak merasakan tanda-tanda kehidupan di kediamannya.

Brukk

Tas berwarna polkadot milik nya pun terlempar dengan kasar ke atas sofa. Tanpa memperdulikan sekitar, melepas dua atasan kancing baju seragam seraya menyugar rambut secara acak.

"Ahh" Chino menghela nafas kasar saat mendudukkan diri dengan nyaman.

Tringg

Ponsel Chino berdering, tanda pesan masuk dan tertampang nama 'irpan nak harom' di layar ponsel nya.

'ini anak kenapa si?' Chino mendumel dalam hati saat membaca pesan Irfan yang berisi.

Irfan nak harom :

Tunggu di base, Tebak? Hari ini dapet apa?

Dengan mendengus kesal, Chino mengetik pesan dengan cepat.

Chino :

paling yang kemaren kan?

Chino membuka bungkus rokok yang baru dibelinya di sekolah dengan pelan.

Tringg

Sesaat setelah nikotin yang ia nyalakan terselip apik di bibirnya, Chino kembali menoleh ke layar percakapan ia dan Irfan.

Irfan nak harom:

Tau anak sebelah kan? Mereka buat ulah lagi, kali ini ban Arya dikempesin.

Alis tebal nya menukik, terlihat dengan jelas gurat lelah dan serius menjadi satu, keringat sebesar biji jagung melesak di pelipis cowo jangkung itu.

Kembali mengetik pesan dengan cepat, sembari menghisap dalam nikotin di tangan nya dan menghembuskan nya secara perlahan.

Chino :

Oke, gw tunggu di base. Pastiin Januar ikut

Tanpa menunggu kabar pasti dari Irfan, Chino meletakkan kasar ponsel nya ke atas meja di depannya. Terlihat asbak rokok yang hampir di penuhi abu dan pematik api tak jauh di dekatnya.

'cih, dia lagi. Kapan sih, sehari aja ga buat masalah?' Chino membatin miris.

Mungkin si kutu sudah bosan hidup hingga tak henti-hentinya membuat onar dan cari sensasi dengan mengganggu teman-teman Chino.

~~~~~~~~

SMA BANGSAWAN BAKTI

08.30 WIB

"Hai eperibodehhh !!" Suara cempreng yang berasal dari seseorang yang menyerobot masuk ke kelas sontak membuat siswa lain terganggu.

Itu Iyan Ifani putra, anak Periang dari salah satu keturunan Keluarga Hermawan yang membuka usaha Bengkel yang terkenal. Jangan salah, Usaha ayah nya mampu membuka beberapa cabang di Indonesia. sekitar 14 cabang telah tersebar, membuat ia lumayan di segani di sekolah yang ia duduki.

"Heh! Idiot. Diem! Lo pikir ni kelas punya ayah Lo ?" Rehan bersungut-sungut dengan wajah ketara kesal.

Rehan putra Pratama, memang terkenal dengan kejudesan nya yang mengalahi wanita satu angkatan. Dijuluki 'ibu nya GM' rehan adalah anak paling cool di antara teman-teman Chino yang lain.

"Chel ayang! Lagi apa?" Farras telihat menggoda cewe judes bernama Rachel yang dikenal pendiam serta kutu buku. Kepribadian nya yang tenang dan mudah risih, membuat seorang Farras yang note Bate nya adalah lambe GM tertarik mendekati cewe itu.

Terlihat di pojok kelas. Chino sedang bermain kartu dengan Wahyu, Rio dan Irfan.

"Eh no! Jan curang dong!" Irfan tak berhenti bersungut-sungut sejak awal permainan.

"Pfft, kalo ga bisa maen bilang !" Balas Chino geli.

Irfan hanya mendecih dan memilih fokus, Wahyu yang sedari tadi ikut fokus dalam permainkan kartu terhenti saat dirasa ponsel nya berdering.

Dengan setengah kesal ia mengangkat telpon, hampir saja Wahyu membentak jikalau ia tak sadar bahwa yang menelpon adalah wali kelas nya sendiri.

"Eh? Iya Bu?? Ada apa" Wahyu menjawab pelan dan memberi gestur 'diam' dengan jari telunjuk di bibir.

Sontak Rio selaku ketua kelas berteriak pelan, "Woi !! Diem !".

"Iya Bu? Hooh??, Oh iya Bu. Saya segara kesana" Wahyu terlihat mematikan ponsel.

"Weh asu! Jan ngagetin Napa, gw bukan teroris kali" Wahyu menggerutu saat ia selesai menelpon seluruh pandangan kelas terpaku kepadanya.

Biasa, anak-anak memang terlalu kepo, apalagi Wahyu adalah ketua OSIS SMA.

"Kenapa bor?" Iyan yang bernyanyi dan sangat berisik sedari tadi pun tak tahan untuk tidak bertanya.

"Ntah, kek nya ada murid baru"

"Wihh mantep, cewe apa cowo nih?" Farras menyela dengan semangat.

"Kalo cewe kenalin dong bro~" Irfan dan Iyan tak mau kalah.

"Gue harap ga stres kek kalian" rehan mendengus remeh.

"Ya mana gue tau, gue cabut dulu, bye!" Wahyu pergi menemui wali kelas yang sempat menelepon nya tadi.

"Cewe pasti !, Kita taruhan!" Chino mengebrak meja seraya berpose angkuh.

"TAROAN TROS" Rio merolling mata jenuh.

"Kuy ! Pasti cewe"

"Gue tebak ini cewe, kalo cewe gue deketin dan pasti jadi pacar gue nanti" Chino terlihat bersemangat dengan tarian konyol nya.

Rehan terkekeh, "okeh, siapa aja yang milih cewe?". Terlihat Farras, Iyan, Chino.

"Jo !! Step ! Mau ikut ga?" Manusia yang sedang di tanyai rehan hanya mengangguk sebagai respon.

"Yang milih cowo siapa?"

"Yauda gue cowo" Rio menyela pelan sembari bersidekap dan menyender pelan di pojok dinding kelas.

"Yaudah, gue Ama Jojo juga cowo" Steve membalas pelan.

"Oke, yang kalah traktir bakso di gang depan rumah Januar, trus yang menang wajib deketin si anak baru, gimana?"

"DEAL!" Dengan nada serempak cukup membuat suasana kelas membara, dan di akhiri dengan tawa kencang di dalam kelas tanpa takut adanya Bu Tuti si guru killer yang sering mondar-mandir di koridor kelas.

~~~~~~~~

"Hari ini adalah hari pertama kamu sekolah. Disana bakal ada Rachel yang bakal stay jagain kamu, nemenin, dan nunjukin segala macem tentang sekolah itu, dan Firda bakal ikut juga, ya kan Firda?" Ibu Lavi bertanya pelan ke arah Firda sahabat Lavi yang sedang mematut cermin di kamar Lavi.

"Oh? Iya dong Bun, pasti Firda jagain kok, lagian juga disana bakal ada Rachel" ucap Firda.

"Tapi mom.. ini udah ke-lima kalinya Lavi pindah sekolah, Lavi capek mom. Bisa ga Lavi netap disatu sekolah aja?, Lavi susah beradaptasi mom" dengan nada lesu Lavi menjawab pelan ujaran sang ibunda.

"Jangan egois Lavi, ini juga buat kebaikan kamu!" Jawaban tegas diberikan.

"Egois,egois,egois. Iya Lavi egois! Lavi ga peduli mom" Lavi menjawab dengan nada sedikit meninggi.

"Heh ! Jaga bicara kamu sama mom! Kayak ga di ajarin aja" Tria menyela dengan nada kesal, terlihat ia yang sepertinya baru masuk ke kamar sang adik seraya membawa sepotong seragam.

"Nih ! Dari Daddy, baju sekolah kamu, hari ini kalian perginya bareng aku kata Daddy" ucapan yang selalu tak ramah diberikan Tria hampir di seluruh kalimat yang ia ucapkan ke sang adik.

"Ria.. bisa ga sih lembut dikit ke adek? Kok kamu setiap ngomong sama dia selalu kayak membentak Mulu, lembut dikit Napa?" Irene bertanya lembut pada Putri tua nya.

"Biarin lah mom! Buat apa juga lembut ke dia!, Udah lah. Aku mau ganti baju dlu" tak lama Tria berlalu dengan sedikit deguman pintu yang keras.

Lagi-lagi Lavi tertunduk lesu, terlihat ia yang berusaha menahan tangis dengan ditandai pucuk hidung nya yang memerah, "udah ya, intinya jangan nakal di sekolah nanti, mom bakal mau pergi ke acara nikahan temen mom. Inget ! Jaga diri dan jaga penampilan, jangan buat orang menilai kamu buruk dan juga keluarga kita!"

Blamm

Pintu kamar tertutup menandakan sang ibu telah berlalu, Firda yang sedari tadi menyimak hanya menghela nafas pendek, "Lavi, aku ngerti kok apa yang kamu rasain. Jangan terlalu di fikirin ya? Kan masih ada aku".

Berjalan pelan dan memeluk sahabat kecil nya dari belakang, menghasilkan sedikit getaran pada bahu sang empu. Menandakan bahwa gadis dipelukan nya ini sedang menahan mati-matian tangisan yang akan keluar dibibirnya.

Dengan nada gemetar dan berbisik Lavi menjawab, "iya da, makasih ya"

~~~~~~~~~~

#alv


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login