Download App

Chapter 3: Bab 2 : Berita Kehilangan

"Bukan chord C, yang benar adalah chord C#m. Ulangi Nikki."

Perempuan yang dipanggil Nikki itu ternyata sedang berlatih gitar dengan ayahnya, sungguh beruntung memiliki ayah yang sehobi dengan anak, apalagi yang jelas-jelas mendukungnya. Nikki patut bersyukur punya ayah yang mendukung hobinya.

Tiba-tiba terdengar panggilan seorang wanita, "Billie? Nikki? Kita makan sarapan dulu! Cepatlah ke ruang makan!"

"Iya, sayang! Sebentar!" Balas Billie. Ayah Nikki. "Bereskan gitarmu Nikki, jangan ada barang yang berserakan."

"Iya, ayah."

Setelah Nikki memasukkan gitarnya ke dalam tas nya, dia dan ayahnya melenggang ke ruang makan. Ibu Nikki sudah menunggu di ruang makan, "Ayo jangan lupa cuci tangan terlebih dahulu. Aku tidak mau kalian sakit konyol gara-gara tidak mencuci tangan sebelum makan."

"Siap, kami tidak akan sakit konyol seperti yang kamu bilang," Timpal Billie.

Nikki dan ibunya hanya cekikikan. Setelah mereka mencuci tangannya, mereka segera duduk di kursi. "Lauk kali ini telur mata sapi, tidak akan menimbulkan banyak jerawat kok jika kamu memakannya dalam kadar yang normal."

Tawa memecah ruangan, "Ibu bercandanya boleh juga," Celetuk Nikki. Setelah berdoa, mereka mulai makan. Oh iya, aku lupa untuk mengenalkan mereka, Nikki Armstrong, anak seorang musisi handal di Negara Fuego. Billie Armstrong, yang merupakan vokalis sekaligus gitaris band RedDay yang telah dikenal semenjak 10 tahun yang lalu. Di samping Nikki yang menjadi anak tunggal dari mereka, Nikki juga menjadi prospek masa depan yang cerah bagi keluarga mereka, ayahnya yang ingin Nikki menjadi musisi seperti dirinya, terus memberikan latihan dan motivasi pada Nikki. Nikki harus bersyukur akan hal itu.

Tiba-tiba, handphone Billie berdering, ia segera mengangkatnya.

"Halo, Mike?"

"Hai, Billie, apakah kau lupa kita punya jadwal mengulang lagu-lagu di album yang lama?"

Billie melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul 07.00 AM

"Ok, seperti biasa nanti kita mulai jam 07.30 AM saja, Album Nimrod kali ini kan?"

"Iya, setelah Insomniac."

"Ok, tunggu aku di sana, aku akan datang dalam 30 menit ke depan."

"Siap, itu saja mungkin"

"Sip." Billie menutup telepon. "Aku hari ini harus latihan, Adrienne, mungkin akan selesai sekitar jam 11.00 AM."

Adrienne menganggukan kepala, "Ya, tidak mengapa."

Billie mengernyitkan dahi, "Aku memiliki rencana untuk mengajak Nikki,"

Nikki yang sedari tadi fokus dengan nasinya langsung melirik ayahnya. "Menyaksikan ayah berlatih?

Ayahnya menggeleng, "Setelah ini kamu mandi dan ganti bajumu, akan ada sesuatu yang spesial." Nikki terlihat penasaran, kemudian melanjutkan makannya kembali.

Tak terasa telah 5 menit mereka habiskan untuk makan sarapan, mereka telah menyelesaikan sarapan telur mata sapi itu. "Baik, Nikki, kamu segera mandi dan bersiap." Nikki mengangguk. "Oh iya, jangan lupa untuk membawa gitarmu!"

"Iya, ayah."

~~~

Billie membuka garasi dan mengeluarkan mobilnya, walaupun ia mampu untuk membayar supir, tapi ia tidak mau memakai jasa supir pribadi, baginya menyetir sendiri jauh lebih nyaman. Billie kembali menutup garasi.

"Nikki? Sudah siap belum?" Teriak ayahnya dari teras.

"Sebentar lagi!"

Nikki masih berjalan menuju ruang studio untuk mengambil gitarnya. Cukup berat baginya untuk merangkul gitar berbobot 4 kg. Nikki segera menuju ke teras, dan menaruh tas gitarnya di jok belakang mobil, sekaligus duduk di dalamnya. Billie segera membuka pagar, mengeluarkan mobil, kemudian menutupnya kembali. Mereka hanya punya waktu tersisa 15 menit sebelum latihan Billie dimulai. Beruntung jalanan Hari Minggu pagi tidaklah ramai, sehingga Billie bisa sedikit memacu mobilnya. Tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan ke Nikki.

"Nikki, kamu tahu? Kenapa ayah kali ini mengajakmu untuk ikut ayah latihan?"

"Mmmm, aku tidak tahu," Jawab Nikki, "Memangnya ada apa?"

"Coba tebak terlebih dahulu,"

Nikki makin penasaran, "Mungkin aku akan diajari cara main Bass?"

"Tidak, coba lagi." Billie terkekeh.

"Menonton ayah latihan?"

"Bukan, coba lagi, Nikki."

Nikki sudah di puncak penasarannya, "Lalu apa dong?"

Billie cekikikan, "Akhirnya di menyerah," Katanya. "Aku akan mempertemukanmu dengan muridku, dia akan mengajarimu dengan baik."

Mata Nikki membulat. "Serius? Hore!" Teriak Nikki kegirangan. Dia adalah tipikal orang yang antusias jika bertemu dengan orang baru.

"Aku serius," Jawab Billie sambil tersenyum.

Setelah 10 menit, akhirnya mereka sampai di markas band RedDay. Bangunan markas tersebut agak jauh dari perkotaan, sekitar 5 km dari kota yang mereka tinggali. Memang sengaja dibangun agak jauh dari perkotaan agar para fans norak tidak merangsek masuk ke dalam markas hanya untuk meminta tanda tangan personel RedDay.

Billie memarkir mobilnya, di luar gedung markas sudah menunggu 2 orang personel RedDay. Salah satunya adalah yang tadi menelpon Billie.

Billie keluar dari mobilnya, diikuti oleh Nikki sambil merangkul tas gitarnya. "Mike! Tre! Apa kabar kalian?" Sapa Billie kepada 2 partnernya.

"Hahaha, kami sehat." Balas Tre dan Mike bersamaan. Mereka saling berpelukan satu sama lain.

Mike melihat Nikki, "Apa yang akan anakmu lakukan di sini? Menyaksikan kita latihan?"

"Hmm, tidak sepertinya, ia akan berlatih dengan Swift,"

"Oh... Baguslah kalau begitu," Timpal Tre, "Lebih baik kita segera memulai latihan kita,"

"Iya, betul sekali!" Balas Billie. "Ikuti ayah, Nikki." Nikki hanya mengangguk.

Mereka semua berjalan ke dalam gedung markas, mereka juga menyapa beberapa staff RedDay di perjalanan menuju studio. Setelah sekitar 1 menit berjalan, mereka akhirnya sampai di ruangan studio berukuran 3 m x 3 m. "Kamu duduk di sini dulu ya," Pinta Billie kepada Nikki, setelah itu Billie berbicara kepada salah satu staffnya agar memanggilkan orang yang ia mau ke studio, staff tersebut hanya mengangguk-angguk dan membalikkan badannya, untuk melaksanakan perintah Billie.

Billie, Mike, dan Tre bersiap di posisi mereka masing-masing. Billie memegang gitar, Mike akan memainkan bassnya, dan Tre duduk untuk memainkan drum.

"Ok, album Nimrod akan segera diulang. Kita mulai dari Nice Guys Finish Last mungkin?" Kata Billie.

"Boleh, lagu pertama dari Nimrod."

"Baik, coba aku tes dulu gitar ini," Billie mencoba memetik gitarnya, "Ok, ini bagus."

Mike juga mengetes bassnya. Semua baik-baik saja.

"Mari kita mulai! Satu, dua, tiga!"

"Nice Guys Finish Last"

Nice guys finish last

You're running out of gas

Your sympathy will get you left behind

Sometimes you're at your best, when you feel the worst

Do you feel washed up, like piss going down the drain

Pressure cooker pick my brain and tell me I'm insane

I'm so fucking happy I could cry

Every joke can have its truth but now the joke's on you

I never knew you're such a funny guy

Oh nice guys finish last, when you are the outcast

Don't pat yourself on the back you might break your spine

Living on command

You're shaking lots of hands

You're kissing up and bleeding all your trust

Taking what you need

Bite the hand that feeds

You lose your memory and you got no shame

Pressure cooker pick my brain and tell me I'm insane

I'm so fucking happy I could cry

Every joke can have its truth but now the joke's on you

I never knew you're such a funny guy

Oh nice guys finish last, when you are the outcast

Don't pat yourself on the back you might break your spine

Oh nice guys finish last, when you are the outcast

Don't pat yourself on the back you might break your spine

"Yeah! Selesai lagu pertama kita!" Teriak Billie.

"Ok, apakah kita akan menyanyikan Hitchin A Ride?" Tanya Mike.

Billie mengeryitkan dahinya, "Hmm, boleh, lagu yang cukup punya ketenaran di Album Nimrod."

Sementara di sisi lain, Nikki yang terus menunggu kedatangan murid ayahnya tidak kunjung datang. Ia mulai merasa cemas.

"Ayo, apa yang kita tunggu lagi?" Timpal Tre.

"Satu, dua, tiga!"

"Hitchin' A Ride"

Hey mister, where you headed?

Are you in a hurry?

I need a lift to happy hour.

Say oh no.

Do you brake for distilled spirits?

I need a break as well.

The well that inebriates the guilt.

1, 2. 1, 2, 3, 4.

Cold turkey's getting stale, tonight I'm eating crow.

Fermented salmonella poison oak no

There's a drought at the fountain of youth, and now I'm dehydrating.

My tongue is swelling up, as say 1, 2. 1, 2, 3, 4.

Troubled times, you know I cannot lie.

I'm off the wagon and I'm hitchin' a ride.

There's a drought at the fountain of youth, and now I'm dehydrating.

My tongue is swelling up, I say shit!

Troubled times, you know I cannot lie.

I'm off the wagon and I'm hitchin' a ride.

I'm hitchin' a ride. 7x

Don't know where I'm going. 6x

Sudah 2 lagu, yang ditunggu Nikki belum kunjung datang.

"Ok, selanjutnya apa? Redundant?" Tanya Mike.

"Hmm, aku paling ingat dengan lagu ini, benar-benar lagu yang mubazir." Billie Tertawa, Mike dan Tre juga ikut tertawa.

"Baik. Satu, dua. Satu, dua, tiga!"

"Redundant"

We're living in repetition.

Content in the same old shtick again.

Now the routine's turning to contention,

Like a production line going over and over and over, roller coaster.

Now I cannot speak, I've lost my voice.

I'm speechless and redundant.

'Cause I love you's not enough.

I'm lost for words.

Choreographed and lack of passion.

Prototypes of what we were.

Went full circle 'til I'm nauseous.

Taken for granted now.

Now I waste it, faked it, ate it, now I hate it.

'Cause I cannot speak, I lost my voice.

I'm speechless and redundant,

'Cause I love you's not enough.

I'm lost for words.

Now I cannot speak, I've lost my voice.

I'm speechless and redundant.

'Cause I love you's not enough.

I'm lost for words.

Now I cannot speak, I've lost my voice.

I'm speechless and redundant.

'Cause I love you's not enough.

I'm lost for words.

Tiba-tiba, seorang perempuan datang menghampiri Nikki, "Apa kamu yang namanya Nikki?"

Nikki mengangguk, mukanya sudah terlihat lesu. "Maaf atas keterlambatanku ya Nikki, Aku memiliki banyak urusan yang rumit," Murid bapaknya menundukkan badannya. "Mungkin kita bisa berbicara di ruanganku saja?"

Nikki mengiyakan. Bukankah cukup mengesalkan ketika kamu janjian dengan seseorang, dan kamu sudah berusaha datang tepat waktu, tapi ia malah telat?

Mereka kembali menyusuri lorong di gedung markas RedDay, kanan dan kiri, dan akhirnya mereka masuk ke ruangan yang berwarna biru cerah dengan beberapa lukisan-lukisan gitar. Ruangan yang akan membuat bahagia siapapun ketika memasukinya. Dan benar saja, Nikki yang cemberut sedari tadi, mukanya menjadi cerah kembali.

"Silahkan duduk di kursi, Nikki. Anggap saja seperti rumah sendiri," Murid ayahnya menunjuk sebuah kursi wol.

Nikki duduk di kursi tersebut, kemudian meletakkan tas gitarnya bersandar di tembok. "Oh, iya, maaf juga sedari tadi aku juga diam saja. Namamu siapa?" Timpal Nikki.

Murid ayahnya yang terlihat sedang membereskan meja kerjanya menoleh sambil tersenyum, "Oh, tidak apa-apa, Namaku Swift. Senang bertemu denganmu Nikki."

"Oh, namanya Swift," Gumam Nikki, "Senang bertemu denganmu, Swift"

"Jadi begini," Swift duduk berhadapan dengan Nikki. "Aku diminta oleh ayahmu, untuk mengajarimu bermain gitar," Swift menjelaskan.

"Hmmm, kurang lebih begitu, hehe." Nikki terkekeh.

"Lalu, apakah kamu sudah bisa setidaknya memainkan 1 lagu?"

"Mmmm," Nikki tersipu malu. "Sepertinya bisa."

"Kalau begitu, tunjukkan padaku lagu yang bisa kamu mainkan." Pinta Swift.

Nikki ragu, walau sudah sering berlatih dengan ayahnya, dia masih sering grogi untuk masalah tampil di depan. "Lagu apapun?"

"Iya, yang kamu bisa mainkan saja." Swift menegaskan.

Nikki berpikir, lagu apa yang bisa ia mainkan tanpa kesalahan. "21 Guns mungkin?"

"Iya, tidak mengapa, yang kamu bisa saja."

Nikki mengeluarkan gitarnya, mencoba memetik gitarnya sebagai pemanasan. Nikki menghela nafas. "Ok, aku mulai."

Dimulai dengan dengan chord Am, F, C, G yang diulang selama verse pertama.

"Do you know what's worth fighting for...." Nikki mengeluarkan suara emasnya. "When it's not worth dying for...."

Swift memperhatikan secara seksama.

"Does it take your breathe away... And you feel like yourself suffocating..."

Swift terpana dengan anak ini, suaranya luar biasa, pasti anak ini memiliki masalah dalam kepercayaan dirinya.

"Does the pain weigh out the pride... And you look for place to hide... Did someone break your heart inside... You're in ruins..."

Swift bersiap mendengarkan bagaimana Nikki menyanyikan reff lagu ini, biasanya banyak gitaris pemula yang berantakan di bagian reff menurut pengalamannya.

Tapi tidak, Nikki membuktikan kalau ia berkualitas, ia menggunakan teknik down down slap untuk reffnya, chord C, G, Am, dan G di bagian 'One, 21 guns'. Kemudian chord F, C, dan G setelahnya.

"One, 21 guns.... Lay down your arms.... Give up the fight...."

Swift takjub, Nikki bukan pemain gitar biasa. Ia berbakat seperti ayahnya.

"One, 21 guns.... Throw up your arms... Into the sky.... You and i...."

"Cukup Nikki, itu sesuatu yang luar biasa. Kamu berbakat," Swift memuji Nikki dengan mengacungkan jempolnya. "Jelas kamu pasti sudah lama belajar gitar bukan?"

Nikki mengangguk malu.

"Itu sudah cukup bagus, Nikki. Maukah kamu aku ajari chord yang lebih advance?"

"Sangat mau!" Nikki terlihat antusias.

Swift mengajari chord yang lebih advance dari yang tadi Nikki mainkan, sekaligus bridge dan solo gitarnya. Di sela-sela berlatih, mereka juga beristirahat sejenak, mereka juga saling mengenal lebih jauh. Setelah beberapa menit mereka beristirahat, mereka latihan kembali.

Hampir sekitar 2 jam mereka habiskan untuk latihan, Nikki sangat cepat menyerap pelajaran dari Swift, ia berhasil memainkan seluruh rangkaian chord dari lagu 21 Guns. Nikki mencoba menyalakan Handphonenya, untuk membalas pesan teman-temannya. Tapi satu hal yang membuat ia terkejut.

Ia mendapat pesan dari guru wali kelasnya. "Nikki, kamu ibu percayakan untuk mengikuti lomba cover lagu di Kantor Kementerian Kebudayaan Negara Fuego, di tingkat nasional. Ibu harap kamu bersedia untuk mengikuti lomba tersebut. Untuk informasi lebih lanjut, kamu bisa menghubungi Guru musikmu, Amy."

"Ya tuhan!" Nikki menutup mulutnya.

Swift menoleh ke arah Nikki, "Ada apa denganmu?"

"Coba baca pesan ini, Swift," Nikki menyodorkan handphonenya ke Swift. Swift meraihnya dan membacanya.

"Ya tuhan!? Apakah ini serius?"

"Iya, ini serius, Swift!"

Swift mengembalikan handphone Nikki, "Lagu apa yang akan kamu bawakan, Nikki?"

Nikki berpikir, "21 Guns mungkin?"

"Pilihan yang bagus, dengan chord yang advance kamu bisa menang, aku percaya itu."

Nikki termenung, ia harus membanggakan semua pihak. Baik orang tuanya, sekolahnya, maupun teman-temannya. Sekali lagi ia menghela nafas.

"Swift, boleh aku meminta nomor handphonemu?" Celetuk Nikki.

"Boleh, mengapa tidak?"

Mereka bertukar nomor handphone mereka, "Kapan lomba itu dihelat, Nikki?"

"Mmmm, aku belum menanyakannya,"

Mereka kembali bercanda-canda satu sama lain, tak jarang mereka melontarkan candaan mereka masing-masing. Tak terasa, sudah 30 menit mereka saling bercanda, sudah saatnya mereka kembali ke studio.

"Mungkin, apa kita bisa kembali ke studio?"

"Ok, tidak mengapa, aku akan mengantarmu kembali ke sana,"

Nikki dan Swift kembali ke studio, di sana ayahnya dan personilnya sedang memainkan lagu terakhir.

"Yups, lagu terakhir yang akan kita mainkan adalah..." Billie melihat daftar lagu Album Nimrod. "Prosthetic Head, kan?"

"Iya benar, Prosthetic Head yang terakhir." Sahut Tre.

"Ok, mari kita mulai. Satu, dua, tiga!"

"Prosthetic Head"

I see you down on the front line

Such a sight for sore eyes, you're a suicide makeover

Plastic eyes, lookin' through a numbskull

Self-effaced, what's his face? You erased yourself so shut up

You don't let up

You have a growth that must be treated

Like a severed severe pain in the neck

You can smell it but you can't see it

No explanation identified 'cause

You don't know, you don't say

And you got no reply

Hey you, where did you come from?

Got a head full of lead, you're an inbred bastard son

All dressed up, red blooded, a mannequin

Do or die, no reply, don't deny that you're synthetic, you're pathetic

You have a growth that must be treated

Like a severed severe pain in the neck

You can smell it but you can't see it

No explanation identified 'cause

You don't know, you don't say

And you got no reply

You don't know, you don't say

And you got no reply

I see you down on the front line

Such a sight for sore eyes, you're a suicide makeover

You don't know, you don't say

And you got no reply

You don't know, you don't say

And you got no reply

"Yeah! Selesai juga akhirnya!" Billie terlihat antusias

"Yups, cukup melelahkan hari ini," Mike meregangkan badannya.

Billie menggantungkan gitarnya di dinding. Mike menggantungkan bassnya di samping gitar Billie, mereka meregangkan badan mereka, sungguh memegalkan juga latihan kali ini. Billie menghampiri anaknya.

"Bagaimana latihannya, Nikki?

"Aku sangat senang ayah, Swift mengajarkanku chord advance dari lagu 21 Guns, dan aku akan memakainya di lomba nanti." Mata Nikki terlihat berbinar-binar.

"Huh? Lomba apa?"

Nikki menjelaskan lomba yang akan ia ikuti, dengan menunjukkan chatnya dengan guru wali kelasnya.

"Oh, baguslah kalau begitu, aku akan mendampingimu nanti," Billie mengacungkan jempol. "Aku juga berterimakasih padamu, Swift. Good Job,"

"Sama-sama Mr Billie, aku juga senang mengajarinya, dia juga cepat menyerap pelajaran dariku,"

Mereka berpamitan ke staf-staf RedDay, dan juga bersama personil-personil RedDay. Mereka kembali ke rumah langsung, cukup melelahkan hari ini, mereka tidak akan mampir-mampir ke mana mana. Cukup untuk hari ini

Tapi sayangnya, keadaan sedang tidak berpihak pada mereka.

Mereka tiba di rumah pukul 11.00, Billie membuka pagar, dan memarkir mobilnya di depan garasi. Beruntung, mereka membawa kunci rumah, sehingga mereka bisa masuk tanpa harus meminta seseorang untuk membukakan dari dalam.

"Kami pulang!" Kata Billie dan Nikki bersamaan.

Nikki setengah berlari ke kamar, untuk memberitahu ibunya cerita tentang hari ini.

"Ibu?" Nikki mencari-cari ibunya, ia tidak mendapati ibunya di kamarnya, lalu ia mencarinya ke ruang mesin cuci, tidak ada juga. Kemudian ia mencarinya ke dapur.

"Ya Tuhan!" Nikki berteriak.

Ia mendapati ibunya tergeletak di lantai, ia mencoba menyentuh urat nadi ibunya, "Masih mengalir darahnya!" Air matanya terasa mulai keluar, ia segera memanggil ayahnya.

"Ayah! Ibu pingsan!" Mata Nikki berkaca-kaca.

Billie terlihat setengah panik, "Serius? Di mana?"

"Di dapur!" Tangisan Nikki semakin deras.

Billie segera berlari ke dapur, "Adrienne!" Billie menggotong istrinya, kemudian meminta agar dibukakan pintu kamarnya, dan meletakkan istrinya pelan-pelan di atas ranjang. "Nikki, telepon dokter Dre sekarang juga!"

Nikki segera melakukannya, tetesan air matanya di layar handphonenya menandakan bahwa ia menangis. Dia segera menelpon dokter Dre.

Telepon berdering, Nikki masih menunggu agar panggilannya diterima. 27 detik kemudian, dokter Dre menerima panggilannya.

"Dengan dokter Dre?" Tanya Nikki dengan suara yang sedikit tersedu-sedu.

"Iya, benar sekali, ada yang bisa kami bantu?"

"Tolong segera ke rumahku, dokter," Kata Nikki penuh harap. "Ini aku, Nikki,"

"Baik, aku akan segera ke sana," dokter Dre menghela nafas. "Dalam 10 menit ke depan,"

"Baik, terima kasih dokter,"

"Sama-sama,"

Nikki menutup panggilan itu. Ia menyeka air matanya yang telah mencapai pipi. Ia benar-benar tidak menyangka kalau hal ini harus terjadi. Ia shock, ia merasa tidak siap dengan kejadian ini. Ia duduk di ruang tamu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, memijat-mijatnya, dan menghela nafas panjang.

Tak sampai 5 menit, dokter Dre sudah berada di depan pagar rumah. Ia kembali menelpon Nikki lagi agar dibukakan pagar. Nikki segera keluar untuk membukakan pagar. "Cepat dokter, ibu dalam keadaan gawat..." Mata Nikki belum selesai dari tangisnya.

Mereka berdua segera menuju ke Kamar Adrienne dan Billie, Billie terlihat memegang rambutnya yang agak berantakan. Ia benar-benar panik kali ini.

"Sebentar, mohon bersabar, aku akan mengeceknya terlebih dahulu."Kata dokter Dre.

Billie dan Nikki menghela nafas.

Dokter Dre memeriksa detak jantung Adrienne, "Masih ada detak jantungnya," kemudian ia memeriksa denyut nadinya, masih terdapat walau sedikit, "Apa yang telah ia lakukan seharian?"

Nikki dan Billie saling bertatapan, "Kami baru saja pulang dari latihan band RedDay, dan anakku mendapatinya ia telah terkapar di dapur," Kata Billie menjelaskan, ia merasa paling bersalah atas kejadian ini, harusnya ia tidak mengajak Nikki ikut latihan dengannya. Nikki memang terbiasa membantu ibunya memasak di hari-hari libur. Billie duduk dan menutup muka dengan tangannya. Ia menangis.

"Sepertinya vertigonya kambuh, iya vertigonya. Adrienne memiliki gejala vertigo kan?" dokter Dre menoleh kepada Billie.

Billie membuka mukanya dan mengangguk pelan, Nikki hanya mematung, tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Biarkan ia beristirahat sebentar, jika ia terbangun, berikan ia air," dokter Dre menjelaskan. "Belum ada obat yang perlu diberikan, jika nanti ada gejala-gejala yang aneh, kabari aku segera."

Billie berdiri dan mengambil nafas, "Terima kasih dokter, maafkan kami jika kami membuat anda repot,"

"Tidak, tidak mengapa Billie," dokter Dre memegang salah satu bahu Billie. "Justru memang tujuanku menjadi dokter adalah untuk membantu manusia yang terluka,"

"Iya dokter, terima kasih banyak dokter,"

Dokter Dre mengangguk, "Kalian," dokter Dre melihat mereka berdua. "Jaga kesehatan kalian,"

"Iya dokter, terima kasih atas nasihatnya." Billie mengangguk.

Dokter Dre pamit dan kembali ke rumahnya, "Nikki, bersihkan dirimu terlebih dahulu, baru kamu jaga ibumu."

Nikki mengangguk.

~~~

Tiba hari lomba cover lagu itu, Nikki menyiapkan segala peralatannya, mulai dari gitar akustiknya dengan colokan kabel jack, tak lupa pick nya juga ia bawa. Di sisi lain, ibunya masih terkapar di kasur (tapi sudah siuman), dokter Dre telah dipanggil lagi oleh ayahnya, dokter Dre hanya memberikan beberapa obat, dan menyuruh agar meminumnya secara rutin.

"Nikki, kemarilah," Ayahnya memanggil, Nikki yang sedang mencuci piring menghentikan kegiatannya, dan mendekat ke ayahnya, "Aku tidak bisa mengantarmu ke sana, aku harus menjaga ibumu,"

Nikki hanya mengangguk pelan, "Tak apa ayahku, aku hanya berharap ibu cepat sembuh,"

"Aku akan memberikanmu uang saku lebih," Billie merogoh dompetnya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Kamu gunakan ini untuk berangkat sekolah, panggil taksi saja,"

"Baik, ayah," Nikki menerima uang tersebut.

Ya, Nikki yang biasa berangkat diantar oleh ayahnya kali ini harus naik taksi untuk mencapai sekolahnya, memang bukan pengalaman yang baru bagi Nikki, pernah beberapa kali ia harus berangkat sendiri ke sekolah ketika ayahnya sedang melakukan tur di luar negeri.

Nikki kembali melanjutkan kegiatan mencuci piringnya, menyelesaikannya segera sebelum ia terlambat masuk sekolah.

Tiba saatnya Nikki sudah bersiap di teras, tanpa tas sekolah dan baju seragam, tapi dengan tas gitarnya baju bebas sopan, ia tidak perlu membawa buku pelajaran, karena lombanya akan dilaksanakan seharian penuh. Sebelum berangkat, ayahnya memanggil Nikki.

"Nikki, apa kamu tidak mau meminta restu ibumu sebelum lomba?"

Nikki segera pergi ke kamar ibunya, kemudian ia segera memeluk ibunya. "Ibu, aku benar-benar meminta maaf jika seandainya aku memiliki salah padamu, aku meminta doamu agar aku diberikan kemudahan dalam melaksanakan lomba nanti ibu..."

Ibu Nikki berkata pelan, "Iya anakku, aku akan selalu mendoakanmu, jadilah musisi yang bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarmu nak, wujudkan mimpi ayahmu..."

"Iya ibu, aku akan berusaha sekeras mungkin," Jawab Nikki mantap.

Nikki melepaskan pelukannya, dan kembali ke teras, menunggu taksi yang akan menjemputnya.

~~~

Singkat cerita, Nikki sudah berada di Gerbang Kantor Kementerian Kebudayaan Negara Fuego, bersama guru musiknya, Amy Leen, dan rekannya Aaron gitaris elektrik dan Jay sang drummer, yang akan mengiringi lagu 21 Guns yang ia bawakan dengan gitar listrik. Nikki menghembuskan nafasnya, dia merasa dadanya sangat berdebar kali ini, "Nikki dan Aaron, ayo kita daftar ulang terlebih dahulu," Ajak Amy.

Mereka mendaftar ulang terlebih dahulu di meja pendaftaran. "Kami dari SMA Kota Fuegonian 1," Petugas yang stand-by di meja pendaftaran membolak-balik kertas para peserta yang telah terdaftar. Mereka juga mengambil nomor urut masing-masing.

"Baik, aku saja yang mengambil, semoga saja kita mendapat nomor urut awal agar tidak gugup terus menerus," Aaron terkekeh.

Nikki menyeringai, "Ya sudah cepetan ambil,"

"Palingan nomor urut terakhir," Celetuk Jay

Aaron melotot ke arah Jay, kemudian ia mengambil nomor urut mereka, "Baik, kita mulai...."

Tapi sayangnya, mereka tidak beruntung. Mereka mendapat nomor urut terakhir.

��Mending aku yang ngambil," Nikki cemberut.

Setelah mendaftar ulang, mereka mendapat makanan ringan dan botol berisi air putih.

"Ibu tidak bisa menemani di kursi penonton, itu dilarang oleh panitia," Amy menjelaskan. "Sebagai gantinya, aku akan menemui kalian ketika kalian hampir tampil. Good luck Nikki, Aaron, Jay,"

Amy melenggang ke arah panggung. Sekarang saatnya mereka berdua mencari tempat duduk.

Mereka menempati kursi di bagian tengah, peserta yang sudah datang sangat sedikit, hanya mereka berdua dan 2 laki-laki yang berada 3 baris kursi ke depan mereka. Sedikit sekali.

Mereka meletakkan gitar mereka di tanah. Cukup pegal bagi mereka kalau terus-terusan membawa tas.

"Aaron, kamu membawa kabel jack kan?"

"Iya, kenapa? Punyamu tertinggal?" Aaron nyengir.

Nikki cemberut, "Sok peduli lu, kan cuma nanya," Aaron terkekeh. "Takutnya lupa kan, malah menyusahkan,"

Jay yang melihat itu tertawa. Nikki mengingatkannya, "Hush.... Diam Jay! Berisik!"

Satu persatu peserta lomba mulai berdatangan, tempat duduk samping mereka mulai terisi, begitu pula di depan mereka. Nikki yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, mengajak berkenalan peserta di sampingnya.

"Mbak, musisi asal mana?" Tanya Nikki sok akrab.

"Oh, saya asal dari Kota Tierra, dari SMA Kota Tierra 2."

Beruntungnya mereka bisa akrab cepat dan memang sama-sama suka bersosial, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan. Aaron malahan dari tadi hanya menatap layar handphonenya, bukannya sulit bersosial, dia agak minder dengan perempuan yang belum ia kenal (di samping nya ada peserta perempuan juga), mungkin saja dia malas berkenalan juga.

"Tes..... Tes mic.... 1.... 2.... 3.... Check sound....." Terlihat MC di atas panggung telah bersiap-siap untuk memulai acara.

"Baik, selamat pagi peserta lomba SINGYOURSONG! Bagaimana kabar kalian semua!!??" MC terlihat sangat bersemangat.

"Baik!!!" Jawab peserta lomba yang hampir sekitar 500 orang.

"Izinkan saya memperkenalkan diri saya. Saya Jonas Red akan menemani rekan-rekan sekalian dalam lomba SINGYOURSONG sebagai MC, agar acara ini tidak banyak membuang waktu, mari kita buka acara ini dengan berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai..."

Hening tercipta, benar-benar sunyi di aula itu.

"Berdoa selesai, acara yang pertama, yaitu sambutan dari Menteri Kebudayaan Negara Fuego, John Lynx!!"

Nikki yang mendengar nama 'John Lynx' seketika menjadi kesal, bagaimana tidak? Ayahnya, pernah disindir olehnya bahwa lagu-lagu RedDay selalu membuat ia hampir tertawa. "Pelecehan itu...." Nikki benar-benar geram dengan orang itu. Sepanjang apapun John Lynx memberi sambutan, ia tidak akan mau mendengarkannya sampai orang itu mengklarifikasi kata-katanya.

Setelah sambutan, kemudian disambung sambutan lagi, hingga mungkin para peserta sudah bosan dengan sambutan yang benar-benar membuat ngantuk.

"Para Peserta SINGYOURSONG!! Apakah kalian jenuh???" Tanya MC.

"Jenuh!!!"

"Agar tidak jenuh, mari kita sambut Lagu yang akan dibawakan oleh The Onspring!!!"

Anak yang tadi diajak kenalan oleh Nikki kegirangan. Rupanya ia penggemar lagu-lagu The Onspring. Sang vokalis Dexter Holland membawakan lagu yang terkenal di kala itu, The Kids Aren't Alright.

"The Kids Aren't Alright"

When we were young the future was so bright

The old neighborhood was so alive

And every kid on the whole damn street

Was gonna make it big and not be beat

Now the neighborhood's cracked and torn

The kids are grown up but their lives are worn

How can one little street

Swallow so many lives?

Chances thrown

Nothing's free

Longing for what used to be

Still it's hard

Hard to see

Fragile lives, shattered dreams

Go!

Jamie had a chance, well she really did

Instead she dropped out and had a couple of kids

Mark still lives at home 'cause he's got no job

He just plays guitar and smokes a lot of pot

Jay committed suicide

Brandon OD'd and died

What the hell is going on

The cruelest dream, reality

Chances thrown

Nothing's free

Longing for what used to be

Still it's hard

Hard to see

Fragile lives, shattered dreams

Go!

Seluruh peserta bertepuk tangan, benar benar performa yang menakjubkan dari The Onspring.

"Merupakan performa yang sangat apik dari The Onspring, mari kita sekali lagi bertepuk tangan!!!"

Seluruh peserta bertepuk tangan kembali.

"Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 AM. Lebih baik kita memulai segera lomba ini...."

Sang MC kemudian menuruni panggung dan menuju ke meja juri, ia berbicara sebentar dengan juri dan mengambil kertas yang telah disiapkan juri.

"Baik, kita akan menampilkan peserta lomba urutan pertama..." Sang MC naik ke atas panggung lagi dan mengumumkan siapa yang akan tampil urutan pertama, "Cover lagu Hoobastang The Reason, yang akan dinyanyikan oleh Band Arbiter!! Dari SMA Margareth!!"

5 Peserta, yang terdiri dari 1 Vokal laki-laki dan 1 vokal perempuan, 1 Lead Guitar, 1 Bass, dan 1 Drum menaiki panggung, mereka diberi waktu 10 menit oleh juri, mereka boleh berinteraksi dengan penonton, setelah/sebelum lagu mereka dinyanyikan.

"Halo semuanya!!!" Teriak vokalis laki-laki tersebut.

Penonton bersorak ria.

"Kali ini, dalam lomba SINGYOURSONG! Kami dari Band Arbiter akan meng-cover lagu Hoobastang The Reason, simak baik-baik semuanya!!!"

Penonton bersorak kembali.

Dimulai dari solo drum racikan mereka sendiri, dan juga intro gitar racikan mereka sendiri. Benar-benar di luar ekspetasi para penonton dan juri. "Band yang kreatif," Celetuk salah satu juri.

"The Reason"

I'm not a perfect person

There's many things I wish I didn't do

But I continue learning

I never meant to do those things to you

And so I have to say before I go

That I just want you to know

I've found a reason for me

To change who I used to be

A reason to start over new

And the reason is you

I'm sorry that I hurt you

It's something I must live with everyday

And all the pain I put you through

I wish that I could take it all away

And be the one who catches all your tears

That's why I need you to hear

I've found a reason for me

To change who I used to be

A reason to start over new

And the reason is you

And the reason is you 3x

I'm not a perfect person

I never meant to do those things to you

And so I have to say before I go

That I just want you to know

I've found a reason for me

To change who I used to be

A reason to start over new

And the reason is you

I've found a reason to show

A side of me you didn't know

A reason for all that I do

And the reason is you

Sekitar 5 menit kemudian, mereka selesai mengeluarkan performa terbaik mereka.

"Mana tepuk tangannya untuk Band Arbiter!?" Kata MC, Seluruh penonton bertepuk tangan, tak terkecuali Nikki dan Aaron.

"Untuk peserta selanjutnya," Sang MC kembali melihat kertas yang ia pegang. "Kali ini dari Fret 3 dari SMA Tierra 3 yang akan membawakan lagu dari The Onspring – Why You Don't Get A Job!! Para personil Fret 3 dipersilahkan naik ke panggung!"

3 orang naik ke panggung, 1 vokal sekaligus gitaris, 1 bassis sekaligus vokal, dan 1 drummer. Penonton bersorak ria.

"Selamat pagi semuanya!!!" Kata gitarisnya.

"Pagi!!!"

"Kalian tau mana yang lebih baik antara matahari dan saya??"

"Tidak!!!!"

"Saya lebih baik dari matahari, karena matahari menyinari seisi bumi, sedangkan, saya hanya menyinari dirimu saja..."

Penonton bersorak ramai.

"Baik, kami dari band Fret 3, akan membawakan lagu The Onspring – Why You Don't Get A Job!!!"

"Why Don't You Get A Job?"

My friend's got a girlfriend

Man he hates that bitch

He tells me every day

He says "man I really gotta lose my chick

In the worst kind of way"

She sits on her ass

He works his hands to the bone

To give her money every payday

But she wants more dinero just to stay at home

Well my friend

You gotta say

I won't pay, I won't pay ya, no way

na-na, Why don't you get a job?

Say no way, say no way ya, no way

na-na, why don't you get a job?

I guess all his money, well it isn't enough

To keep her bill collectors at bay

I guess all his money, well it isn't enough

Cause that girl's got expensive taste

I won't pay, I won't pay ya, no way

na-na, Why don't you get a job?

Say no way, say no way ya, no way

na-na, why don't you get a job?

Well I guess it ain't easy doing nothing at all

But hey man free rides just don't come along

every day

Let me tell you about my other friend now

My friend's got a boyfriend, man she hates that dick

She tells me every day

He wants more dinero just to stay at home

Well my friend

You gotta say

I won't pay, I won't pay ya, no way

na-na, Why don't you get a job?

Say no way, say no way ya, no way

na-na, why don't you get a job?

I won't give you no money, I always pay

na-na, Why don't you get a job?

Say no way, say no way ya, no way

na-na, Why don't you get a job?

~~~

Istirahat makan siang.

Nikki dan kawan-kawan akan tampil 1 band setelah istirahat makan siang. Mereka benar-benar harus tampil maksimal. Tanpa ada hambatan sedikit pun. Mereka makan secukupnya, merupakan suatu hal yang memalukan jika di tengah-tengah perlombaan terhambat buang air kan?

Singkat cerita, mereka telah bersiap untuk menampilkan performa terbaik mereka. Mereka sekarang sedang menunggu di belakang panggung.

Mereka menunggu dengan dada yang berdebar-debar, Nikki mengatasinya dengan memainkan gadgetnya. Tapi, ternyata cara itu salah.

Saat ia membuka WhatsApp nya, grup keluarga besarnya sedang ramai, ia mencoba membukanya.

"Apa? Ibu...." Nikki terkesiap. Dia tidak mau temannya tau terlebih dahulu.

"Tidak mungkin, tidak mungkin.... Ibu..... Menghembuskan nafas terakhirnya...."

Nikki berusaha menahan air matanya sekuat mungkin. Band yang telah tampil sebelumnya, sudah turun dari panggung. "Selanjutnya, penampilan terakhir dari lomba ini, penampilan dari Band Region Six yang akan menampilkan cover dari lagu RedDay- 21 Guns!! Waktu dan tempat kami persilahkan!"

Mereka naik ke panggung sambil membawa peralatan mereka. Nikki dengan gitar akustiknya, Aaron dengan gitar listrik nya, dan Jay dengan stik drumnya. Setelah kabel jack dihubungkan ke sound system mereka bersiap untuk tampil. "Apa kabar semuanya!!!" Sapa Aaron.

Penonton bersorak kembali.

"Aaron, apa yang akan kamu jawab ketika kamu ditanya umurmu?"

"Tentu aku akan menjawabnya..." Aaron memetik gitar listriknya di bagian reff lagu 21 Guns. "One.... Eh salah, maksudku Twenty one guns!"

Penonton yang melihat itu sontak tertawa.

"Baik, agar tidak berlama-lama, kami akan segera memulai cover lagu 21 Guns ini!! Bersiaplah!!!" Nikki berteriak, "Baik, satu, dua, tiga!"

Aaron memetik gitarnya terlebih dahulu, sebagai intro nya. Dilanjut dengan alunan gitar dan suara Nikki.

"21 Guns"

Do you know what's worth fighting for

When it's not worth dying for?

Does it take your breath away

And you feel yourself suffocating

Does the pain weigh out the pride?

And you look for a place to hide

Did someone break your heart inside

You're in ruins

One, 21 Guns

Lay down your arms

Give up the fight

One, 21 Guns

Throw up your arms into the sky

You and I...

When you're at the end of the road

And you lost all sense of control

And your thoughts have taken their toll

When your mind breaks the spirit of your soul

Your faith walks on broken glass

And the hangover doesn't pass

Nothing's ever built to last

You're in ruins

One, 21 Guns

Lay down your arms

Give up the fight

One, 21 Guns

Throw up your arms into the sky

You and I...

Did you try to live on your own

When you burned down the house and home

Did you stand too close to the fire?

Like a liar looking for forgiveness from a stone

When it's time to live and let die

And you can't get another try

Something inside this heart has died

You're in ruins

One, 21 Guns

Lay down your arms

Give up the fight

One, 21 Guns

Throw up your arms into the sky

One, 21 Guns

Lay down your arms

Give up the fight

One, 21 Guns

Throw up your arms into the sky

You and I

Nikki dan Aaron berganti-gantian mengisi vokal lagu tersebut, juri pun terkesima dengan penampilan tersebut. Suara Aaron hampir mirip dengan Ayah Nikki begitu pula dengan performa gitarnya. Penonton takjub sekaligus merinding. Tapi, tak terasa, Nikki menangis tepat setelah penonton bertepuk tangan. Ia baru bisa mengeluarkan rasa sedihnya yang tak terkendali.

Seketika Aula hening. Hening seheningnya.

Aaron segera merangkul Nikki. "Ada apa Nikki? Kamu harusnya berbahagia..." Bisiknya.

"Nanti, aku ceritakan, nanti saja Aaron, apakah kamu tidak malu merangkulku di depan umum?"

Aaron melepas rangkulannya. Mereka menyudahi penampilan mereka, Nikki masih berusaha menyeka air matanya. "Terima kasih telah menikmati cover dari kami, terima kasih kami ucapkan sekali lagi..." Kata Aaron.

Mereka bertiga turun dari panggung, Jay juga menanyakannya, "Kamu kenapa?"

Nikki hanya menjawab, "Nanti saja,"

Guru mereka menghampiri mereka, "Performa kalian sangat bagus, aku sangat mengapresiasinya," Kata Amy mengapresiasi. Ia memeluk Nikki, "Ceritakan pada ibu nak, ada apa dengamu?"

"Jangan di sini, mari kita ke tempat yang lebih sepi"

~~~

"APA?" Sahut Jay dan Aaron, "Ibumu...."

Nikki mengangguk, "Ya, ia menghembuskan nafas terakhirnya..." Nikki menangis tersedu-sedu.

"Sudah, Nikki," Amy memeluknya, "Kami akan selalu di sini menemanimu, kami akan selalu ada untuk mendengarmu,"

Jay dan Aaron menghembuskan nafasnya, menahan tangis mereka juga.

Amy menoleh ke Jay dan Aaron, "Kalian siap untuk membantu Nikki kan?"

Mereka berdua mengangguk. "Aku akan selalu mendengarnya, Amy," Kata Aaron bangga.

Nikki menyeringai, menoleh ke Aaron, dan memukulnya pelan, "Iiihhh, awas kamu ya!". Jay hanya tertawa melihat adegan tersebut.

"Setelah ini kita kembali ke sekolah saja ya? Pengumumannya besok, berarti besok kita ke sini lagi," Kata Amy. "Kamu bisa kan, Nikki?"

Nikki mengangguk, "Selama ayahku mengizinkan."

~~~

Nikki pulang ke rumahnya dengan lesu, keluarga besarnya datang, sapaan-sapaan kerabat jauhnya hanya ia balas sekedarnya. Ia benar-benar shock dengan kejadian ini.

Sangat disayangkan, ia tidak bisa menemani ibunya di saat-saat terakhirnya, "Aku harus memenangkan lomba itu. Lagu persembahan untuk ibuku tercinta,"

Ayah Nikki yang merupakan anak bungsu, terus disemangati oleh kakak-kakaknya agar selalu tabah dan bersabar. Istrinya telah dikubur hari itu juga.

Nikki hanya ingin tidur, ia sungguh sangat lelah. Dari mulai mendapatkan berita duka secara tiba-tiba, hingga performnya yang tadi hampir hancur di bagian akhirnya. Setelah membersihkan diri, ia ingin tidur cepat malam ini. Tanpa gangguan apapun. Handphonenya pun ia matikan.

3 detik kemudian, ia sudah terlelap.

~~~


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login