Download App

Chapter 4: 4. Tanpa Sengaja

Sesuai dijanjikan oleh Jenni dan Valencia. Valencia pun menyetujui dua pria yang akan dia tugaskan melayani mereka berdua di salah satu hotel telah dibooking terlebih dahulu oleh Jenni tersebut. Ya, pekerjaan Valencia mencari pemuasan nafsu, jika dibilang canduan seks, mungkin. Valencia tidak akan mudah lagi jatuh cinta dengan siapa pun. Cukup untuk dua kali dirinya disakiti oleh pria menjadi suami serta masa hidup menjadi seorang janda.

Meskipun Valencia sudah janda tanpa anak, dia tetap menikmati segalanya. Asal uang tebal masuk ke kantong bukanlah hal bagi dirinya untuk terpuruk dalam dunia kegelisahan terus menghambatnya. Asal dia tidak disebut perebut suami orang atau memperoloti / memeras duit orang.

"Hemm ... kamar ini, ya? Baiklah, Valen! Rileks, mereka tidak buas. Hanya bersenang-senang!" ucapnya pada diri sendiri, sebagai penyemangat. Walaupun dia sedikit takut jika bertemu dua pria sekaligus. Bukankah dia sudah merasakan hal seperti itu, tidak mungkin dia ragu untuk tidak melayani mereka.

Dimasukan kartu kamar booking itu, kemudian dia pun mendorong sedikit untuk mengintip. Ya, dia berharap dua pria itu belum tiba duluan di kamar ini. Jadi, dia bisa santai duduk sambil mengeluarkan sebatang rokok sebagai penenang pikirannya.

Merasa aman, dia pun masuk tanpa mengucapkan permisi sekalipun. Lalu dengan santai dia menyanyikan suara merdu dari mulutnya. Ketika langkah kakinya memasuki area di mana dia akan duduk, kaki itu pun tertahan di tempat. Valencia membeku seketika di posisinya, seperti melihat sesuatu yang mengejutkan itu. Tentu bukan dia saja yang terkejut. Ada seseorang juga di sana. Siapa lagi, Radit.

Benar, itu adalah Raditya. Pria yang mencintai hubungan seksual berbagai jenis kelamin. Valencia getar-getir nih, dia tidak tahu kalau yang akan ditemui dua pria itu adalah Radit, mantan suaminya telah menikah dua tahun yang lalu. Mereka memang sudah pisah lama. Tetapi kenapa mereka dipertemukan kembali. Apakah Jenni tahu kalau pertemuan dengan dua pria untuk Valencia itu adalah Radit?

Keduanya diam di posisi masing-masing, Valencia mengetik sesuatu pada ponselnya, tidak peduli pada Radit yang duduk sambil memainkan ponsel juga. Satu orang lagi yang mereka tunggu, Valencia menggerutu tidak jelas sambil memainkan ponsel begitu kesal.

Valencia

[ Kenapa kamu tidak bilang kalau pria yang aku temui itu adalah Raditya? ]

Valencia mengirim pesan kepada Jenni, dengan cepat pula Jenni membalas pesan dari Valencia.

Jenni

[ Aku mana tahu, kamu tidak bertanya. Aku mengira kamu sudah tahu siapa pria yang akan kamu temui itu, dan aku juga tidak tahu kalau antara dua pria itu salah satu adalah Radit. Karena daftar di list pesanan itu tertuju nama Hendrik dan Brian!" ]

Valencia yang membaca pesan dari Jenni pun tertohok, bahkan Jenni juga menyalahkan dirinya tidak menanyakan jelas. Raditya dari tadi duduk santai seperti merasa kalau wanita duduk di hadapannya tidak jauh dari tempatnya terlihat tak nyaman.

Valencia

[ Kok kamu salahkan aku? Kamu tidak salah, kan? booking kamarnya? ]

Jenni

[ Tidak! Sudah benar kok? ]

Sekali lagi Valencia melirik jam tangannya, sudah pukul 8 malam, pria satu lagi belum datang juga. Kata Jenni bernama Brian akan tiba sesuai dengan jam ditentukan. Tetapi kenapa jam segini belum juga tiba. Valencia pun bangun dari duduknya untuk meninggalkan kamar ini.

Tetapi sebuah tangan menghalanginya untuk pergi, Valencia dengan cepat menoleh arah tangan itu yang telah lancang menarik tanpa izin.

"Kamu mau ke mana?" tanya Radit pada Valencia.

"Keluar, memang kenapa?" jawab Valencia.

"Di jam seperti ini?"

Valencia langsung mengangkat satu alisnya, "Memang apa peduli mu? Seperti aku salah masuk kamar. Kamar yang aku booking tertukar kartu, jadi aku harus pergi," katanya kemudian menurunkan tangan kekar dari lengannya.

Radit memang tidak peduli jika Valencia adalah mantan istrinya, bukan berarti dia sudah tidak cinta pada Valencia meskipun dengan paksaan wanita itu memutuskan bercerai karena tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarganya.

Selain kejiwaan Radit yang homoseksualitas, tetap saja dia masih seorang pria normal dan punya perasaan. Bahkan dia juga tahu, Valencia bekerja sebagai pemuasan nafsu para pria dan wanita untuk kesenangan dirinya. Sensual bukan suatu hal sebagai menyelesaikan masalah.

Bahkan menghancurkan kehormatan seperti Valencia sendiri, meskipun Valencia mencoba untuk melupakan para pria dengan cara perbudakan seks, dengan siapa pun. Mau wanita atau menage love.

"Salah kamar? Kamu tidak salah kamar, aku yang meminta dua pria itu pergi dari kamar ini. Karena mereka tidak pantas jadikan dirimu sebagai budak seks," ucap Radit mengatakan sejujurnya pada Valencia.

Valencia yang sudah memegang gagang pintu itu tertahan, kemudian menoleh menatap Radit, mantan suaminya. Valencia turun bahagia jika pria ini masih peduli padanya. Namun sudah terlambat baginya, seberapa pun Radit untuk mempertahankan hubungan, bagi Valencia tidak berarti lagi. Bukankah mereka berdua itu memiliki kelainan. Valencia tidak bisa hamil karena atau gen bahkan kesuburan nya tidak bagus, sedangkan Radit memang mandul tidak bisa memiliki seorang anak sampai kapan pun tetap menikah juga percuma.

"Benarkah? Pantasan Jenni kaget saat aku beritahu kenapa kamu ada di sini. Ternyata itu kelakuanmu," ucap Valencia santai, tetap tidak membawa emosi. Dia sudah biasa hadapi sikap Radit seperti ini. Bukannya sesuka dirinya selalu menang sendiri.

"Kalau begitu, aku akan beritahu kepada Jenni. Untuk acara pertemuan dengan dua pria itu dilanjutkan hari berikutnya. Ya sudah, selamat beristirahat," Valencia pamit undur diri dari kamar itu.

Ketika dia akan keluar dari kamar tersebut, Radit langsung menarik tubuh Valencia begitu agresif. Sehingga pintu yang sudah Valencia buka itu kembali tertutup dan dihalau oleh Radit mengunci. Dengan ciuman penuh nafsu itu, membuat Valencia merasa jijik. Dia berusaha untuk melepas dari ciuman Radit. Namun tidak ada kesempatan apapun.

Sekeras apa pun Valencia berusaha melepaskan dari aksi mantan suaminya. Namun apa daya, tenaga seperti Radit tidak bisa dikalahkan oleh tenaga seorang wanita seperti Valencia. Akan tetapi Valencia lama kelamaan pun menikmati ciuman hangat dan kasar dari mantan suaminya. Ternyata Valencia belum bisa melupakan sentuhan dari Radit. Meskipun begitu, dia selalu membayangkan seorang diri dengan cara memainkan alat benda silicon remote bahwa Radit ada di atas sebagai tindihan.

Radit mulai merasakan perlakukan mantan istrinya semakin lembut, awal sedikit kasar, dari cakaran kukunya yang panjang. Bukan tidak tertarik lagi pada wanita, dia juga berusaha untuk bisa menyembuhkan penyakit homoseksualitas nya. Mungkin dengan cara ini pula, dia bisa melakukan lembut kembali kepada mantan istrinya.

****

Satu jam telah berlalu, hanya kecupan-kecupan manis pada kulit mereka masing-masing. Radit masih mencoba untuk melakukan terbaik pada Valencia. Valencia juga, namun apa daya, mereka tidak bisa. Mau tak mau mereka menghentikan aktivitas mereka, walau hanya dalam ciuman tersebut sebagai pelampiasan.

Kini mereka duduk sembari menikmati sebuah minuman beralkohol, Radit memang sengaja pesan minum bir / arak ke kulkas jika dia tidak bisa tidur. Sebaliknya dengan Valencia mengeluarkan sebatang rokok, tak lupa menawarkan kepada Radit. Namun Radit tidak merokok.

"Bagaimana keluargamu?" Radit berbasa-basi menanyakan soal keluarga Valencia.

"Mereka baik-baik saja," jawabnya santai sembari mengembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Maaf, atas ketidaknyamanan dari aku buat mu," ucapnya.

Valencia melirih kemudian terkekeh kecil, "Buat apa minta maaf! Bukankah hal itu sudah takdir? Mungkin cara ini bisa membuat hasil kepuasan. Kamu yang tidak bisa berikan seorang keturunan, sedangkan aku yang tidak bisa berhenti untuk menggunakan rokok biadab ini. Bukankah cinta itu benar-benar bajingan? Daripada saling menyakiti hal seperti itu, diam-diam lakukan seperti ini tidak ada salahnya bukan?"

"Tetapi kamu itu seorang wanita, seharusnya harus menjaga kehormatan dan harga diri. Apa kamu tidak menyesal melakukan seperti ini? sebagai budak seks dan pelampiasan seksual sesama jenis?" cerca Radit melirih.

"Kamu sendiri? Saat menikah denganku, kamu diam-diam berhubungan sesama jenis tanpa beritahu kebenaran. Kamu pikir semudah itu melupakan rasa sakit, menikah lagi bukan sesuatu yang indah. Cinta itu kadang buta, sekali suka selamanya ingin memilikinya, dan aku? Sebagai wanita rugi atau tidak sudah takdir," ujar Valencia menghabiskan sisa minuman dari Radit itu.

*****

Sementara di rumah, Gea mengangkat kedua tangannya tinggi setelah menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah. Dilihat jam dinding sudah pukul 11 malam, sang kakaknya belum juga pulang ke rumah. Dia merasa perutnya lapar, segera dia beres dan rapikan bukunya ke dalam tas. Setelah itu dia pun keluar dari kamar untuk memasak seadanya di dapur.

Sambil menunggu mi instan matang, dia duduk sambil mengingat kata-kata dari teman sebaya itu. Komik dia baca siang tadi, hentai. Komik berupa hubungan seksual ber setubuhan. Merasa sangat sunyi di rumah seorang diri. Dia pun dengan coba-coba menurunkan tangannya sendiri, sembari menekan bagian miliknya itu.

Terlihat sangat geli, namun rada nikmat. Seakan mi instan dia buat pun tidak membuat dirinya selera kali ini. Mencoba untuk menahan rangsangan gairah menggigit bibir bawahnya. Pikirannya terbayang-bayang sesuatu pada gambar komik dia baca.

Gea membayangkan jari miliknya adalah benda besar masuk ke lubang miliknya. Dengan cepat dia menarik pelan-pelan, seakan mengoral sendiri. Larut kemudian dia pun merasa sebuah cairan menyelimuti bagian jari itu, namun dia tidak bisa menghentikan saat ini.

"Aahhh ...." Gea pun mengeluarkan suara napas itu yang sedari tadi dia tahan. Seakan-akan dia berada di dunia sendiri, terus dia gerakan jari di sana sampai cairan itu keluar menempel pada jari sendirian.

Beberapa menit terdiam di tempat duduk karena apa yang dia rasakan tadi begitu nikmat. Dia pun memandang dua jari yang seperti lem itu lengket, dan dijilat sendiri. Entah apa yang membuatnya ingin melakukan seperti itu. Apakah dia mulai tergila-gila hal-hal pedofil ini.

Mi instan yang dia buat sudah mengembang, dia tidak menikmati lagi, dia pun membuangnya. Kemudian kembali masuk ke kamar. Sebelum dia ke kamar, dia berhenti kamar kakaknya. Ya tidak ada salahnya dia melihat kamar tersebut. Lalu, dia menemukan benda unik itu, sangat banyak macam-macam. Benda yang sering kakaknya mainkan.

"Apa yang kamu lakukan di kamar ku?" Gea sontak terkejut, ketika sumber suara mengagetkannya. Gea tidak sengaja menjatuhkan benda alat vital pria silicon itu.

Valencia baru saja sampai setelah diantar oleh Radit. Gea takut jika kakaknya marah padanya. Valencia pun masuk melemparkan tas jinjingnya Lalu memungut benda itu dari kaki Gea.

"Kak, itu ...."


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login