Download App

Chapter 2: Bab 2

Tendangan penalti menghantarkan bola cepat membentur tiang dan kembali mengenai sepatu hingga menabrak jaring putih.

"Gol!!"

Seisi indoor stadium kompak memuntahkan sorakan gembira ketika pemain nomor lima bernama punggung 'Langit CD' mencetak gol. Dan otomatis membuat papan skor berubah kedudukan menjadi 54-0.

Telak? Of course! Gawangnya saja kosong tanpa kiper.

Bahkan seisi indoor stadium yang terdiri dari tiga orang pemuda berteriak dengan terpaksa.

"Gol! Hebat banget lo, Cak!"

"Tendangan skill dewa!"

"Bau-baunya bakalan dapet baloon d'or nih, gantiin posisi Messi!"

Cowok berambut pirang hasil cat merk ternama, kerap dipanggil Cakra itu berjalan mendekati ketiga sahabatnya. Deretan giginya terlihat berkilau ketika dia menampilkan senyum kotak.

"Nih!" Jeno, si cowok berkening sedikit maju ke depan alias 'jenong', melemparkan botol air mineral.

Menangkap dengan santai, Cakra mendudukan diri di antara Bondan dan Prakoso. Ia menenggak air mineral hingga tersisa setengah, lalu menyiramkannya ke kepala hingga membuat rambutnya menjadi basah.

"Nanti malem, malem minggu. Cabut klub kuy!" ajak Bondan, cowok berambut jabrik yang memiliki ciri khas tindikan di telinga dan bibir, juga tato serigala di lengan kiri.

"Boleh tuh! Daripada di rumah, makan omelan dari mamak mulu." Jeno ikut berantusias.

Berbeda dengan Jeno, Prakoso mengernyitkan dahi. Matanya menatap Jeno penuh rasa ingin tahu, "Memangnya omelan bisa dimakan, Jeno? Rasanya gimana?"

Perkataan polos Prakoso langsung ditanggapi dengan delikan mata dari Jeno dan Bondan. Sedangkan Cakra tanpa perlu mendelik, langsung menyemprot "Kalau goblok itu jangan terlalu natural, Perkosa."

Alis Prakoso sontak mencuram ditambah ekspresinya yang berubah menjadi emosi, "Namaku Prakoso, Pra-ko-so! Bukan Perkosa!"

"Maklum, Cakra kan pangeran typo." ujar Jeno sebelum mendudukan diri di sebelah Bondan.

"Iya, bener kata Jenong. Cakra kan suka typo. Bon-bon juga setuju kok!" Cakra nyengir tak berdosa. Dan ketiga teman Cakra kompak mengacungkan jari tengah.

"Tapi Cakra nggak mau pergi nanti malem, Cakra kan nggak jones kayak kalian." ucap Cakra yang mengambil ponselnya dan tampak mengetik sesuatu.

"Lo punya pacar?!"

Cakra melirik malas ketiga sahabatnya yang berteriak heboh. Cowok itu lanjut mengetikkan sesuatu di ponselnya, raut wajahnya terlihat serius.

"Wah, bayi kita sepertinya sudah besar ya!"

"Njing, bisa-bisanya gue disalip sama bayi!"

"Prakoso nggak nyangka ternyata Cakra udah engga polos lagi."

Kali ini Cakra menoleh dan bibirnya tampak maju ke depan, merasa sebal dengan ocehan ketiga makhluk di sampingnya. "Bukan pacar, tapi calon istri, calon ibu dari anak-anak Cakra nanti."

Dan ketiga sahabat Cakra kontan membuat ekspresi ingin muntah, dimana sama sekali tidak dipedulikan oleh cowok itu. Memangnya apa salah Cakra? Clara kan memang calon ibu untuk anak-anak Cakra kelak.

Memasukkan ponsel ke saku celana, Cakra beranjak dari duduknya. "Cakra mau main ke rumah istri Cakra, mau ikut?"

Tapi belum sempat ketiga sahabatnya menjawab, Cakra sudah terlebih dahulu berkata "Tapi nggak usah aja deh, kalian itu kan buluk, nanti istri Cakra pingsan lagi."

Dan rentetan kata binatang pun menjadi pengiring Cakra keluar dari indoor stadium.

.

.

.

Hari ini adalah hari bersih-bersih bagi Clara. Bersih-bersih dompet maksudnya.

Uang saku Clara dijatah setiap seminggu sekali, dan keuangannya tidak diatur oleh Bundahara-tapi diatur oleh abangnya. Orang tua Clara tinggal puluhan kilometer jauhnya dari kota yang ditinggali Clara, tuntutan pekerjaan papa katanya. Jadi Clara dan Zaki hidup berdua di rumah, mau mempekerjakan pembantu-tapi buang-buang duit, akhirnya pekerjaan rumah dibagi berdua.

Okay, back to masalah bersih-bersih dompet. Jadi kalau Zaki tahu kalau jatah uang saku Clara masih, dia akan mengurangi jatah minggu depan. Kan sayang, lebih baik Clara belanjakan sesuatu sisa uang sakunya.

Clara tidak menabung? Jelas tidak. Clara tidak suka menabung di bank. Kalau menabung di celengan, dia pasti tidak tahan untuk mengambilnya dengan

segala cara.

"Finally home!" Clara menaruh sandalnya di rak khusus, lalu berjalan memasuki rumah. Di tangannya, terdapat beberapa belanjaan dari mall.

"Kok pintu kamar gue terbuka?" Clara mengerjap bingung saat melihat pintu kamarnya terbuka, padahal seingatnya sudah ia kunci. Segera Clara berjalan tergesa-gesa menuju kamarnya.

Mata Clara langsung mendelik horor saat melihat sosok cowok yang sedang berguling-guling di atas kasurnya. "Cakra!"

Yang dipanggil langsung menoleh dan spontan bangkit dari kasur. Matanya yang bulat tampak berbinar-binar, "Clara udah pulang!"

Namun kebahagiaan Cakra disambut dengan dengusan dari Clara. "Ngapain lo di kamar gue? Udah kek maling aja, masuk tanpa ijin!"

Binar di mata Cakra mulai menghilang, dan mimik wajahnya terlihat mengeruh, "Clara kok ngomongnya gitu, Cakra kan kesini karena Cakra kangen sama Clara. Clara nggak kangen sama Cakra?"

"Nggak!"

Clara menjawab cepat sekaligus jutek. Ia melempar belanjaannya ke atas ranjang lalu rebahan di kasur, tak mempedulikan keberadaan Cakra. Cewek itu tak takut jika Cakra berbuat macam-macam karena cowok itu tidak akan berani.

"Clara belanja nggak ngajak-ngajak Cakra, kan Cakra bisa nganterin." ucap Cakra sembari menghampiri Clara dan duduk di sebelahnya.

"Clara belanja apa?" Mata Cakra mengintip ke dalam salah satu paper bag yang ternyata berisi satu set pakaian mini. Alisnya yang tajam kontan menukik, kontras dengan bibirnya yang cemberut. "Clara kok beli pakaian kayak gini sih, Cakra kan nggak suka!"

Clara yang menutup matanya dengan sebelah tangan, merasa terusik. "Berisik lo ah!"

Bagi Cakra, kalau Clara sudah berkata demikian, itu tandanya ia harus diam. Tapi bagaimana mungkin Cakra bisa diam saat melihat kemungkinan Clara mau mengenakan pakaian mini? Ish, Cakra nggak suka!

Akhirnya tanpa sepengetahuan Clara, Cakra menyembunyikan pakaian mini miliknya di bawah kasur. Sempurna!

"Clara capek?" tanya Cakra setelah mengalihkan perhatiannya kembali kepada Clara. Dimana sama sekali tak dijawab oleh cewek itu. "Cakra pijitin ya?"

Tanpa menunggu jawaban Clara, Cakra segera memijat betis Clara dengan penuh kasih sayang. Bahkan matanya hanya terfokus pada betis cewek itu hingga membuat wajah seriusnya malah terlihat imut.

"Enak, Clara? Bagian mana yang mau dipijit lagi?" tanya Cakra yang dibalas uluran tangan dari Clara.

"Kalau sakit, ngomong ya Clara, nanti Cakra kurangin tenaganya." ujar Cakra dengan wajah ceria. Ia memijat tangan Clara dengan pikiran yang membuncah. Cakra senang sekali,, Clara mau menerima bantuannya!

Acara memijat itupun berlangsung sampai beberapa belas menit kemudian. Pijatan dari Cakra tak ayal mengantarkan Clara pergi ke dunia mimpi. Tangan yang awalnya menutupi mata, kini jatuh lunglai menampilkan kelopak matanya yang terpejam erat.

"Clara udah tidur?" Cakra berbisik dan memajukan wajahnya penuh ingin tahu. Matanya mengerjap beberapa kali ketika pandangannya jatuh pada bibir Clara yang sedikit terbuka.

Tak perlu disuruh, jantung Cakra langsung berdebar lebih kencang dan jakun cowok itu bergerak naik turun. Napasnya memburu dan dia menggigit bibirnya hingga memutih. Ia meremas jarinya yang sejak kapan sudah berkeringat dingin,

"Clara, maafin Cakra."

Wajah Cakra perlahan mendekat hingga dapat merasakan deru napas Clara yang teratur. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menopang tubuhnya agar tidak menimpa Clara. Bibirnya tinggal berjarak beberapa centi lagi, namun Cakra tiba-tiba menghentikan gerakannya. Dia merubah haluan dan langsung mengecup lembut kening Clara dengan penuh kasih sayang.

"Sleep well, my Clara."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login