Download App

Chapter 3: 3

Hari ini, hari terakhir aku merasakan masa orientasi siswa yang menyebalkan. Aku ingin segera mengakhiri masa-masa menyebalkan tersebut. Drama-drama pertengkaran beberapa hari ini membuatku muak. Belum genap seminggu aku bersekolah, sudah harus berselisih dengan beberapa seniorku.

“Nad turun, sudah ada Affa di bawah” Teriak Bundaku yang menggelegar. Aku curiga sepertinya bundaku ini mantan vokalis grup band rock. Namun sedetik kemudian aku menepis pikiran itu, mengingat suara bundaku cempreng. Tidak ada ngebassnya sama sekali.

“Iya Bun, Nad mau turun kok” Jawabku yang tak kalah lantang. Kalau saja orang yang tidak mengenal kami, pasti mengira aku ini sedang membentak bundaku. Padahal aku tidak ingin dikutuk menjadi sepeda lipat.

“Lama banget sih lu” Omel Affa yang padahal baru saja tiba 2 menit yang lalu.

“Dih nungguin semenit aja ga sabaran amat.” Ucapku yang kesal dengan sifat lebaynya Affa kumat.

“Yee.. Waktu adalah uang. Jadi bayar biaya tunggu gue, sedetik 10 rebu” Sahutnya yang tidak ingin kalah.

“Mata duitan lu” Aku menoyor kepalanya agar tidak kebiasaan. Kami berpamitan dengan bunda, dan kemudian menuju motor. Hari ini Affa menjemputku dengan motornya. Memang anak gesrek, giliran persami bawa barang banyak malah pake motor. Anak ini benar-benar anti mainstream.

Kami berjalan bersama menuju halaman. Dan betapa terkejutnya diriku melihat. Kak Nando yang tiba-tiba muncul dihadapanku. Refleks aku berlari dan memeluknya.

“Kakak Jelek…..” Teriakku memecahkan gendang telinga warga komplek.

“Aduh…” Pekik Kak Nando yang merasa tubuhnya tergencet.

Tubuh jangkung Kak Nando seharusnya bisa menahan berat badanku. Namun, dia hampir jatuh tersungkur karenaku. Sudah hampir 4 bulan kita tidak bertemu. Kakak bisa kesini karena sedang liburan semester, dia berkuliah di salah satu PTN di Surabaya.

“Katanya pulangnya besok, kok sekarang? Aku kan mau berangkat persami hari ini” Tanyaku.

“Emang sengaja, mau ngetawain kamu. Kan lucu ngeliat kamu sengsara” Kak Nando tertawa kencang. Aku mencubit pipinya kencang. Wajahnya yang tampan bak artis Thailand itu terlihat seperti sedang kesakitan.

Wajah kakakku ini kuakui memang tampan, kata teman-temanku pun begitu. Tak jarang kakak kelasku SMP dulu pura-pura baik kepadaku. Ya cari muka agar mau mengiklaskan kak Nando kepada mereka. Tapi jangan salah aku tidak akan merelakan kakakku begitu saja. Apalagi hanya untuk orang yang memandang fisik saja. Kalau hanya cari fisik mending pacaran sama ikan, banyak fisiknya*mikir keras*

“Udah ayok keburu telat. Duluan ya kak” Ajak Affa

“Da… semoga nanti pas jerit malam dimakan sama genderuwo” Ucap Kak Nando terkekeh.

Terik matahari pagi begitu menyengat, membuatku ogah-ogahan berangkat. Apalagi membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam, aku bergidik ngeri jika memang ada jerit malam. Aku pernah memiliki pengalaman buruk dengan jerit malam. Meskipun kejadian tersebut sudah lewat beberapa tahun silam.

“Fa lu gila ya? Mau umroh apa gimana bawaan segini banyaknya” Aku mengomel karena melihat sepeda motor Affa yang sudah penuh dengan barang bawaannya.

“Yee kan gue harus ganti baju sehari 2x” Ucapnya santai dan kuingin sekali menyentil ulu hatinya.

“Dih, kan kita harus pakai baju pramuka terus sih, sama olahraga sekali doang. Mana sempat, keburu telat” Ucapku menirukan sebuah potongan adegan film.

“Lah kan aku emang beli baju pramuka banyak. Dih ntar bau matahari gue kalo cuman pake satu baju doang” Ucapnya membuatku bergumam orang kaya bebas.

“Orang gila mah terserah sih” Ucapku mengejek.

“Iri bilang bos” Sahutnya.

Kami berdua bersiap-siap menata barang-barang agar muat di motor. Namun nihil, lagi-lagi tidak muat. Perasaan orang mudik aja ga sampe segini bawaannya. Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan motor di rumah, dan Kak Nando menawarkan diri untuk mengantarkan.

Mobil yang dikemudikan Kak Nando begitu cepat, jalanan memang agak lenggang tidak seperti biasanya. Aku menghela nafas lega, tidak terlambat datang ke sekolah. Dibalik gerbang, aku melihat sesosok wanita berambut lebat nan panjang terurai. Aku melambaikan tangan kepadanya, ia tersenyum kepadaku. Lagi-lagi perasaanku aneh melihat senyumnya.

“Heii…” Teriak wanita tersebut. Yang kubalas dengan lambaian tangan dan senyuman semerkah mungkin.

“Hai, kok gak masuk?” Tanyaku kepadanya.

“Nungguin kamu nih, anak-anak belum datang juga” Jawabnya masih dengan senyum yang merekah.

“Kamu tadi dianter siapa? Orangtua?” Tanyaku, seketika raut wajahnya berubah.

“Bukan, pacarku” Jawabnya membuatku langsung lemas. Rasanya ingin segera pulang dan menangis saja. Entah kenapa moodku buruk. Rasanya hatiku patah, mendengar ucapannya tangisku pecah.

“Oh, eh udah siap kan buat nanti malem” Sahut Affa. Ya ide gila Affa untuk membuat band dadakan agar tampil mala mini. Malam ini hidup dan mati kami selama 3 tahun. Apabila gagal, pasti akan menjadi bayangan buruk selama sekolah disini. Namun apabila berhasil, bisa juga membuat kami terkenal disini. Hidup kami ditentukan sekarang. Nanti kami akan menyerahkan seluruh jiwa dan raga untuk bertaruh demi harga diri.

Dengan perasaan hati yang patah, aku memaksakan berjalan ke halaman lapangan sekolah. Aku berjalan dengan separuh nyawa, karena separuhnya ikut pergi bersama perasaan ini. Pikiranku melayang jauh tak terbayang. Tanpa sadar aku menabrak sesosok manusia yang kupastikan aku hanya sepundaknya. Karena yang kutabrak adalah dadanya. Aku mengadah keatas, aku tersentak. Apakah aku berjalan melamun dan tanpa sadar sampai korea? Karena sosok yang kutabrak ini mirip Jung-Kook.

“Eh, mmaaaf kak” Cicitku kepada lelaki dihadapanku yang dari badgenya adalah kelas 3.

“Oh iya gak apa-apa, Eh kamu Nadia kan?” Tanyanya membuatku terheran bagaimana dia tahu.

“Iya kak? Kenapa?” Tanyaku. Sebenarnya kemungkinan besar dia tau tentangku ya dari teman-temannya. Ya karena tindakan melawanku.

“Kebetulan aku ketupel untuk acara persami ini. Kamu jadi tampil kan? kita ngatur jadwaal soalnya” Tanyanya.

“Oh ya jadi kak” Jawabku.

“Kalau begitu aku minta nomor kalian” Pintanya. Aku yang setengah tidak sadar malah memberikan nomer Affa. Ah tidak apa-apa pikirku. Karena kami satu grup, jadi Affa saja. Lagian ketuanya kan Affa.

Para siswa berkumpul di depan halaman mengelilingi sang api yang membara. Semesta yang kini sedang menyapaku bersama dengan semilir sang bayu. Hatiku lara bersama dengan alunan nada. Aku terperanjak sepi ditengah keramaian. Mungkinkan ini yang dinamakan kesepian.

Suara microfon terdengar memanggilku. Giliran kami naik ke panggung. Detak kencang jantungku tak mampu ku kendalikan. Desiran darah kencang, semakin menjadi-jadi. Rasanya nafasku tinggal sedetik lagi.

Lagu kita lawan mereka memecahkan keheningan. Akhirnya suasana pecah ruah. Semua orang ikut menikmati irama. Aku diatas panggung mengendalikan mereka.

Persami yang kulalui dengan setengah hati akhirnya selesai juga. Band yang kami tampilkan akhirnya menang menjadi peserta terbaik. Padahal kami latihan hanya sekejap saja. Makanya kami memberi nama band ‘Deadline’

Aku menatap Ara yang masih menikmati euphoria kemenangan. Senyumnya selalu membuat hatiku takjub. Dia merangkulku, aku kaget kemudian membalas rangkulannya.

“Selamat ya..” Suara laki-laki yang ku tabrak tadi mengagetkanku.

“Oh ya terimakasih ya Kak Hervin” Jawabku.

“Oh ya nomor kamu tadi salah ya, katanya bukan kamu tapi Affa” Tanyanya membuatku mengernyitkan dahi. Bukankah tadi dia meminta kontak salah satu dari kami?

“Soalnya Affa ketua grup kami kak. Makanya saya kasih Affa aja biar lebih gampang” Ucapku

“Tapi aku maunya nomor kamu” Ucapanya membuat seluruh orang mengalihkan perhatian kepada kami.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login