Download App

Chapter 2: 2. Envious

)))))(((((

Sasuke berjalan menyusuri trotoar menuju rumahnya dengan kepala tertunduk. Malu dan terhina. Itulah yang dirasakannya sekarang, juga hari-hari sebelumnya. Atau bahkan hampir tiap hari?

Dirinya tidak pernah meminta diciptakan dengan tubuh yang langsing dengan kulit putih. Dia juga tidak memohon untuk diberi wajah cantik melebihi perempuan. Dan dia juga tidak meminta dianugerahi otak pintar yang selalu membuatnya mendapatkan nilai bagus saat ulangan di hampir semua mapel. Tapi kenapa keadaannya itu selalu menjadi sebab pembullyan teman-teman sekolahnya? Dan hari ini, saat Sasuke diumumkan menjadi siswa yang menempati ranking pertama di seluruh kelas paralel membuat pembullyan atas dirinya semakin parah karena rasa iri mereka. Dengan tega mereka menyiramnya dengan air pel lalu melemparkan tempat sampah ke tubuhnya hingga seragamnya kotor oleh sampah yang langsung menempel di seragamnya yang basah.

Sasuke mempercepat langkahnya. Taman. Akhirnya dia sampai di taman yang berada tidak jauh dari rumahnya itu. Sasuke berbelok memasuki taman dan segera berlari dengan tidak sabar menuju tempat yang membuatnya merasa aman. Potongan pipa beton besar sisa pembangunan saluran gorong-gorong yang ada di sudut taman adalah tujuannya, tempat persembunyiannya. Hanya di tempat itulah dia merasa bebas dan leluasa untuk mengeluarkan semua beban di hatinya.

" Hiks.. hiks "

Sasuke benci saat isakan tangis yang ditahannya akhirnya meluncur dari mulutnya. Dia adalah anak berusia 12 tahun. Tidak seharusnya dia duduk bersembunyi di dalam pipa di taman sambil menutup wajahnya dan menangis seperti bocah TK berusia 5 tahun. Tapi semua rasa kesal, sedih dan juga malu yang dirasakannya saat mendapat bullyan di sekolah tadi benar-benar tidak bisa ditahannya lagi. Dan Sasuke hanya bisa melampiaskan semua perasaannya dengan tangis dan air matanya.

" Hey.. Kenapa kau menangis? "

Suara seorang anak membuat Sasuke menghentikan tangisnya. Dia membuka telapak tangannya dan melihat seorang anak seusianya duduk di sampingnya. Seorang anak lelaki berambut pirang berkulit kecokelatan. Sasuke berpikir anak pirang itu pasti terlalu sering bermain di bawah terik matahari hingga kulitnya secokelat itu. Dan saat Sasuke melihat kedua mata beriris biru anak berambut pirang itu, Sasuke langsung takjub. Mata itu begitu biru. Begitu jernih. Dan menyorotkan keramahan.

Sasuke langsung terpesona pada anak pirang di depannya. Dia bahkan lupa dirinya sedang menangis.

" Apakah kau terluka? Atau sakit? " tanya anak lelaki pirang itu sambil mengusap air mata di wajah Sasuke dengan kedua tangannya.

Sasuke tidak menolak semua perlakuan anak berambut pirang itu padanya. Kehadiran Si Pirang itu membuatnya merasa nyaman. Juga sentuhannya.

Sasuke tetap diam sambil memandangi mata beriris biru Si Pirang saat kedua telapak tangan berkulit kecokelatan itu menangkup wajahnya lalu membelainya dengan lembut.

Nyaman.. dan hangat. Sasuke menyukainya. Sangat.

" Kau tidak boleh menangis, Nona Cantik. Atau wajah cantikmu ini akan terlihat jelek. " ucap Si Pirang sambil tersenyum.

Sasuke langsung cemberut. Kesal. Kenapa banyak yang mengira dirinya anak perempuan? Bahkan Si Pirang yang sangat disukainya itu juga. Sasuke langsung menyingkirkan tangan Si Pirang itu dari wajahnya.

" Maaf.. Kau marah ya. Aku tadi hanya bercanda. Kau tetap cantik kok walau pun sedang menangis. Maafkan aku ya? " ucap Si Pirang itu dengan wajah menyesal.

Si Pirang lalu meraih tasnya lalu mengeluarkan sebuah roti. Dia membuka plastik pembungkusnya lalu membagi roti itu menjadi dua.

" Sebagai permintaan maaf ku, aku akan memberimu setengah makan siangku. Ini. Terimalah. " ucap Si Pirang sambil menyodorkan setengah bagian roti itu pada Sasuke.

Sasuke menatap setengah bagian roti yang ada di depan wajahnya lalu beralih ke wajah anak pirang itu.

" Makan siangmu? " tanya Sasuke bingung.

" Iya. Ini makan siang ku. Paman Iruka bilang panti sedang kekurangan uang, jadi kami hanya bisa mendapat ini untuk makan siang. " jawab Si Pirang.

" Makanlah. Ini enak kok. Nyam.. " Si Pirang menggigit roti bagiannya.

" Lihat! Aku saja makan. " ucap Si Pirang. Dia menjejalkan roti ke mulut Sasuke yang dengan terpaksa menerimanya dan mengunyah rotinya.

Sasuke menatap Si Pirang. Dia tadi bilang panti kan? Apakah panti asuhan yang ada di dekat sekolah itu? Apakah Si Pirang ini salah satu anak yang ada di panti itu? Kepala Sasuke langsung dipenuhi berbagai pertanyaan.

" Panti? Kau anak yatim piatu? " tanya Sasuke penasaran.

" Iya. Orang tuaku meninggal karena kecelakaan saat aku masih bayi. Lalu aku tinggal di panti bersama Paman Iruka dan banyak yang lainnya. Di panti itu ramai sekali. Kau seperti punya banyak saudara di rumahmu. Bulan lalu kami baru saja mendapat adik baru yang masih bayi. Dia sangat manis sekali walaupun dia itu sangat suka menangis. Paman Iruka bilang namanya Sarada. Oya. Wajah Sarada sangat mirip denganmu. " Si Pirang bercerita dengan penuh antusias.

" Oya. Apakah kau punya saudara? " tanya Si Pirang. Roti bagiannya sudah habis.

" Aku punya seorang kakak. " jawab Sasuke sambil mengunyah rotinya pelan.

" Ah. Itu pasti menyenangkan. " sahut Si Pirang ceria.

" Aku harus kembali segera pulang untuk membantu Paman Iruka mengasuh adik-adikku. Kadang mereka itu sedikit nakal dan membuat Paman Iruka kerepotan. Tapi aku tetap menyayangi mereka. " ucap Si Pirang sambil membereskan tasnya dan memungut plastik bekas rotinya.

" Kau jangan sedih dan menangis sendiri lagi ya. Kau bisa bercerita padaku jika kau mendapat masalah. Oya. Namaku Naruto. " ucap Si Pirang.. Eh.. Naruto sambil mengulurkan tangannya.

" Aku Sasuke. " jawab Sasuke sambil menyambut tangan Naruto.

" Aku pulang dulu, Sasuke. Dan jangan menangis sendirian lagi. " ucap Naruto membelai kepala Sasuke.

Sasuke tersentak kaget saat Naruto mencium keningnya dengan lembut. Sasuke mengerjapkan matanya tidak percaya sambil menatap wajah Naruto yang sedang tersenyum padanya.

Apakah Naruto baru saja mencium keningnya?

Benarkah?

Wajahnya terasa panas. Malu.

" Haah.. Kau sangat manis Sasuke. " ucap Naruto sambil membelai pipi Sasuke.

Sasuke merasa wajahnya semakin terasa panas. Tapi Sasuke sangat suka merasakan belaian telapak tangan Naruto di pipinya. Dan sedikit kecewa saat Naruto menghentikannya.

" Aku ingin bermain bersamamu lebih lama tapi aku harus segera pulang. Bye, Sasuke. Sampai jumpa besok. "

Setelah berkata begitu, Naruto langsung pergi begitu saja, tanpa rasa bersalah sedikit pun, meninggalkan Sasuke.

Wajah Sasuke merona.

Jantungnya berdebar kencang.

Sasuke merasa sangat malu.

Tapi juga bahagia. Sangat bahagia.

" Naruto.. " guman Sasuke sambil menyentuh keningnya yang barusan mendapat ciuman bibir Naruto.

" Gyaa! Dia menciumkuu! " teriak Sasuke keras.

Sasuke langsung keluar dari pipa persembunyiannya itu dan lari ke rumahnya.

Itachi mengernyitkan kening melihat kedatangan Sasuke. Adiknya itu langsung berlari memasuki kamar tanpa menyapanya. Itachi merasa heran dengan kelakuan adiknya itu.

" Ada apa dengannya? " gumam Itachi.

Sasuke berbaring di ranjangnya sambil menutupi wajahnya yang masih saja terasa panas. Dia merasa sangat malu saat mengingat ciuman Naruto di keningnya. Tapi juga merasa sangat bahagia di saat yang bersamaan.

" Naruto.. " ucapnya saat mengingat kembali wajah Naruto.

Wajah Naruto yang terlihat ceria, senyumnya yang membuatnya terlihat mempesona, rambut pirangnya yang seterang mentari, juga sepasang mata beriris birunya yang sangat jernih dan indah. Sasuke merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat mengingat wajah Naruto. Sasuke menyukai semua yang ada pada diri Naruto. Sangat menyukainya.

Mengingat Naruto membuat dadanya berdebar aneh. Ada rasa senang yang membuatnya merasa hangat saat wajah ceria itu terbayang di matanya. Juga bayangan saat Naruto memberi ciuman di dahinya dengan bibirnya.

" Gyaa!! " Tanpa sadar Sasuke kembali berteriak dan membuat Itachi semakin heran mendengarnya.

" Hari ini Sasuke benar-benar aneh. Apa yang sudah terjadi padanya? " Itachi cemas.

Itachi segera mendatangi kamar Sasuke untuk mengecek keadaan adiknya.

" Sasuke! " Itachi terbelalak melihat Sasuke. Sasuke berbaring telentang, matanya menerawang memandangi langit-langit kamar sambil tersenyum aneh. Wajah adiknya yang biasanya putih kini terlihat semerah tomat.

What the.. Apa Sasuke sudah gila? Atau sedang kesurupan? Itachi langsung panik melihat keadaan Sasuke yang menurutnya sangat mengkhawatirkan itu.

Sasuke duduk dan memasang ekspresi tidak suka saat melihat kedatangan kakaknya itu. Mengganggu saja.

" Sasuke? Apakah kau baik-baik saja? " tanya Itachi.

" Apa maksud kakak? Tentu saja aku baik. " Kenapa Kakak malah ke sini? Cepatlah pergi. Biarkan aku mengingat wajah Naruto-ku lebih lama.

" Apakah kau yakin hari ini kau tidak jatuh dan kepalamu terbentur sesuatu, Sasuke? " Itachi masih cemas.

" Tentu saja tidak. " Sasuke kesal. Pertanyaan macam apa itu?

" Lalu apa yang terjadi sebenarnya? " Itachi masih penasaran dengan kelakuan Sasuke tadi.

" Aku hanya bertemu seseorang. Dia sangat baik dan memberikan ku makan siangnya. Lalu dia.. Dia.. " Sasuke ragu untuk meneruskan ceritanya.

Bagaimana kalau Kakaknya melarangnya bertemu lagi dengan Naruto setelah mendengarnya? Bukankah kakaknya itu pernah bilang untuk tidak bicara dengan orang yang tidak dia kenal? Sasuke tidak hanya bicara pada Naruto. Dia juga makan bersama. Naruto bahkan sudah mencium..

" Dia.. " Wajah Sasuke kembali terasa memanas mengingat ciuman Naruto itu. Sasuke menundukkan wajahnya yang kembali merona merah. Tanpa sadar Sasuke meremas selimutnya karena terlalu gugup. Apakah dia harus menceritakannya pada Kakaknya? Tapi rasanya malu sekali.

Imutnya..

Itachi jadi sangat gemas melihat tingkah Sasuke itu.

Ingin sekali dia memeluk lalu mencium wajah imut Sasu..

Gah! Hentikan!

Ini bukan saatnya gemas melihat wajah imut Sasuke!

" Apa yang dia lakukan padamu, Sasuke?! " tanya Itachi tidak sabar lagi.

" Dia tadi mencium keningku.. "

Itachi tersentak kaget mendengar jawaban Sasuke. Ada orang yang telah berani mencium Sasuke dan menodai kesucian dan kepolosannya?! Itachi langsung merasa darahnya mendidih karena kemarahannya.

" APA?! AKAN AKU HAJAR DIA! KATAKAN SIAPA NAMA ORANG YANG BERBUAT KURANG AJAR ITU PADAMU, SASUKE! "

Teriakan Itachi yang menggelegar membuat Sasuke terlonjak kaget. Dan apa Itachi bilang tadi? Dia akan menghajar Naruto?

" JANGAAN! KAKAK TIDAK BOLEH MENGHAJARNYA! DIA SANGAT BAIK! " Sasuke berteriak ketakutan. Dia langsung menubruk Itachi dan memeluknya erat. Dia tidak mau kakaknya itu pergi untuk menghajar Naruto.

" Tapi dia sudah menciummu! " protes Itachi.

" Dia memang mencium keningku. Dia membuat dadaku berdegup sangat kencang dan terasa sedikit sakit. Tapi aku juga sangat senang, Kak. Aku sangat senang sekali hingga dadaku seperti mau meledak karena terlalu senang. "

Itachi membeku mendengar ucapan Sasuke. Rasa takut dan cemas langsung menyeruak masuk ke dalam hatinya.

" Ya Tuhaan.. Jangan sekarang.. Sasuke masih terlalu kecil.. " doa Itachi dalam hati.

" Aku tidak mau Kak Itachi memukulnya. Aku akan sangat sedih jika melihat dia sakit atau terluka. Aku bahkan merasa sedih meski hanya membayangkannya saja. " Ucapan Sasuke membuat Itachi semakin khawatir.

" Aku mohon dengan sangat, Ya Tuhan.. " doa Itachi sungguh-sungguh.

" Aku sangat menyukainya, Kak. Jadi aku minta Kak Itachi jangan menyakitinya sedikit pun. Aku mohon.. "

Itachi langsung lemas.

Sasuke sudah jatuh cinta.

Itachi merasa Tuhan sedang menghukumnya.

= _ =

Hari berikutnya sepulang sekolah, Sasuke menunggu di taman. Berharap Naruto kembali datang dan menemuinya.

Sasuke menunggu..

Dan terus menunggu..

30 menit.

45 menit.

1 jam!

" Aaargh!! " Sudah cukup menunggunya!

" Kenapa Naruto tidak datang?! "

Sasuke kesal.

Dengan langkah menghentak Sasuke mendatangi panti asuhan. Rumah dengan papan nama Panti Asuhan Distrik Konoha tidak jauh dari sekolahnya. Ada puluhan anak dari yang masih balita sampai seumuran dengan Naruto. Mata hitam Sasuke mencari-cari namun tidak menemukan sosok pirang Naruto di antara anak-anak panti itu.

" Si Pirang itu berbohong padaku! " Sasuke kesal.

" Sembarangan saja. Aku itu tidak pernah berbohong tau! "

Suara itu. Suara Naruto!

Sasuke langsung berbalik. Sasuke kaget. Naruto benar-benar sudah berdiri di belakangnya sambil.. berkacak pinggang. Mata beriris birunya memicing tajam. Apakah Naruto marah mendengar gumamannya tadi?

" Maaf.. " Sasuke menunduk. Tidak berani melihat wajah marah Naruto. Sasuke benar-benar tidak mau Naruto marah padanya.

" Aku hanya bercanda, Sasuke. "

Sasuke mendongak dan melihat Naruto tersenyum lebar.

Sasuke sangat senang. Naruto tidak benar-benar marah padanya. Tanpa sadar Sasuke ikut tersenyum melihat senyuman Naruto.

" Aku senang kau datang ke rumahku, Sasuke. Ayo masuk. Akan aku kenalkan kau pada Paman Iruka dan saudara-saudaraku. "

Naruto sambil menarik tangan Sasuke memasuki pintu pagar panti asuhan.

Sasuke menatap tautan tangannya yang digenggam Naruto dengan perasaan bahagia. Hangat. Telapak tangan Naruto terasa hangat melingkupi telapak tangannya. Dan Sasuke merasa tidak rela saat Naruto melepaskan genggamannya saat harus menolong salah satu adiknya yang menjatuhkan gelas minumannya.

Sasuke melihat Naruto dengan tatapan kagum. Si Pirang itu benar-benar seperti seorang kakak bagi semua anak yang lebih muda darinya. Naruto gesit dan cekatan saat membantu adiknya membersihkan lantai saat adiknya tidak sengaja menjatuhkan gelas minumannya. Naruto juga terlihat luwes saat menggendong Sarada yang masih bayi sambil memberikan susu botol padanya. Tapi Naruto juga bisa terlihat sangat kuat ketika harus membantu Paman Iruka mengangkat seember besar pakaian bersih yang baru dicuci ke tempat menjemupakaian. Dan Naruto pun bisa terlihat lembut saat menemani adik-adinya makan dan bahkan menyuapi Konohamaru, salah satu adiknya yang masih berusia 2 tahun. Naruto bahkan rela makan terakhir kali setelah semua adiknya menyelesaikan makanannya. Di pandangan mata Sasuke, Naruto terlihat begitu sempurna.

Sasuke membawa piring makanannya lalu menghampiri Naruto yang sedang makan lalu duduk di sampingnya.

" Apakah setiap hari kau selalu melakukannya? Maksudku mengasuh dan membantu adik-adikmu? " tanya Sasuke.

" Tentu saja. Itu tugasku sebagai kakak mereka. " jawab Naruto lalu mengunyah kembali makanannya.

" Kau.. sangat baik.. Dan juga kuat.. " ucap Sasuke.

" Aku tidak sekuat itu, Sasuke. Kalau aku kuat, aku akan diperbolehkan bekerja dan menghasilkan uang untuk membantu keuangan panti ini. Kau lihat makan malam kita ini? Ini tidak akan bisa membuat adik-adikku sehat dan tumbuh menjadi anak-anak yang kuat. "

Wajah Naruto berubah sedih. Sasuke tidak suka melihat wajah sedih Naruto.

Sasuke memandangi piring makan di hadapannya. Ada segumpal kecil nasi, sejumput sayuran rebus dan potongan kecil telur dadar. Sedikit sekali. Dan sangat sederhana. Kak Itachi membuat makanan tiga kali.. Tidak. Empat kali lebih enak dari makanan di panti ini.

Sasuke langsung tidak berselera untuk memakannya.

Bukankah makanan itu adalah jatah anak panti asuhan yang tidak punya orang tua itu? Anak seperti Naruto. Sasuke tidak mau memakan makanan jatah milik Naruto. Dia tidak mau Naruto lapar. Atau sakit. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

Sasuke mendorong piring makannya menjauh.

" Makan dan habiskan, Sasuke. Jangan menyia-nyiakan makanan karena Paman Iruka telah bersusah payah memasaknya. "

Sasuke tidak mau membantah ucapan Naruto itu. Dia tidak mau Naruto marah padanya.

Sasuke kembali menarik piringnya mendekat dan mulai memakan makanannya. Tapi Sasuke merasa sangat susah menelan makanan itu melalui kerongkongannya.

Sasuke memandangi Naruto yang sedang mengawasi adik-adiknya belajar. Naruto terlihat sangat telaten menjawab pertanyaan anak-anak kecil itu atau saat mengajari anak lainnya yang kesulitan mengerjakan PR-nya.

Sasuke merasa tidak suka saat melihat Naruto sangat perhatian pada adik-adiknya itu.

Seharusnya Naruto hanya memperhatikannya.

Seharusnya Naruto hanya membantunya.

Seharusnya Naruto hanya menggandeng tangannya dan mencium keningnya.

Seharusnya Naruto hanya ada untuk dirinya. Seharusnya Naruto menjadi miliknya.

Anak-anak itu tidak punya orang tua, tidak punya makanan cukup dan juga hidup sangat sederhana di panti asuhan kecil itu.

Tapi mereka bisa bersama Naruto setiap hari.

Sasuke iri pada anak-anak itu.

Sasuke sadar dia tidak boleh mempunyai perasaan itu pada mereka karena itu tidak baik.. Bukan. Itu adalah perbuatan dosa.

Tapi..

Sasuke benar-benar iri pada anak-anak itu karena mereka mempunyai Naruto bersama mereka.

Benar-benar iri.

TBC


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login