Download App
50% 180 days

Chapter 2: Part 1: Gadis Cuek

"Bagai pungguk merindukan bulan"

Seperti kata pepatah itu, "Sungguh kasian sekali nasibmu, naaaak"

--Teruntuk Azwar yang dicueki--

***

Jannah Syauqiah

Assalamu'alaikum...

Read

"Anjir lah! Di read doang?! Lu kira chat gue koran ape? Hero deh gue,"

"Sok banget ye ini orang. Sok kecantikan emang! Eh, tapi emang cantik, ding."

"Eh apaan si. Nggak nggak..."

"Nggak nggak, nggak kuat. Aku nggak kuat dengan playboy. Azwar. Nggak nggak, nggak level. Aku nggak level dengan Azwar playboy"

Pletak!

"Sakit, Oi!" Daffa mengusap kepalanya yang habis dijitak aku. Siapa suruh dia mengataiku playboy. Aku tidak terima dong. playboy itukan yang banyak ceweknya dimana-mana. Sedang kan aku? Mana ada. Ya meskipun gebetan ada dimana-mana si.

"Elo sih sembarangan ngatain gue playboy. Gue nggak playboy, yaaa."

"Eleh! Itu cewek dimana-mana kek gula yang dihambur nggak ngaku lo?" siapa lagi yang suka nyinyir seperti ini kalau bukan si Ipin aka Arifin.

"Idih! Itu bukan cewek gue, ya." Aku menyangkalnya. Karna memang itu bukan kekasih ku. Tapi, "Itu cuma gebetan gue!"

"Sama aja, Panjul! Mau gebetan lo kek. Mau pacar lo kek. Mau ayang lo kek. Mau bebeb lo ke. Itu sama aja! Elo tetep punya cewek banyak dimana-mana, sidiq!" tambah Arifin dengan mulut embernya.

"Kakek gue tuh!" celetuk Anam yang sedari tadi masih asik main game nya.

"Kagak sama, yaa!" aku tetap menyangkalnya. Kan memang benar kalau gebetan dan kekasih itu beda. Jadi jangan samakan aku dengan playboy-playboy. Aku bukan playboy yang memiliki banyak kekasih. Tapi aku joker yang memiliki banyak gebetan.

"Banyak gebetan sama aja kayak playboy, Bhambank!" Nah ini, seperti selalu tau apa yang sedang aku pikirkan. Haykal Ansa, yang sudah mempunyai kekasih. Dan kekasihnya itu teman SMP sekaligus teman Se-eskulan nya Jannah.

"Kag—"

"Woy! Ribut mulu dari tadi! Lo tadi kenapa marah-marah sendiri, War?"

Yang selalu melerai kami ya ini, Adrian Steve Ardiansyah. Sama satu lagi temanku yang sedang mengambil air minum untuk kami—Karna kami sedang ngumpul di rumahnya—, Bagaskara Adiwianto. Mereka berdualah yang menjadi penengah kami jika kami sedang adu mulut.

Seperti yang aku bilang tadi. Kami sedang kumpul di rumah Bagas. Biasa darah muda. Darahnya para remaja. Yang selalu—stop! Jangan nyanyi, plis. Abil Daffa sohibku sejalan pulang, artinya yang kalau pulang satu arah. Dia juga sering berdebat denganku, walaupun tidak sesering si Ilham Arifin atau Ipin kata kami. Tapi sering dipanggil Arif.

Arif ini yang paling nyinyir diantara kami. Dia orang yang mudah bergaul, asik juga karna mulutnya memang tidak bisa diam. Tingkahnya pun tidak bisa diam, pecicilan. Padahal badannya bisa dikatakan besar dari kami semua. Sudah besar, agak tinggi lagi. Kulitnya putih, jadi bisalah dikatakan ganteng. Dia juga sudah punya kekasih. Dia dan kekasihnya lucu jika sedang jalan bersandingan. Kenapa dikatakan lucu? Karna kekasihnya pendek dari cewek Indonesia biasanya. Tapi cantik. Kulitnya pun putih bersih. Sudah cukup sampai disitu tentang Arif dan kekasihnya.

Ansa, sudah.

Daffa, sudah.

Adrian, sudah.

Bagas, sudah.

Arif, sudah.

Chairil Anam, Iril atau Anam. Dia yang tadi berceletuk, "Kakek gue tuh!". Dia ini yang paling pendiam diantara kami. Orangnya asik juga, cuma ya lebih banyak diamnya. Sekali ngomong, bisa langsung jleb di hati. Tapi tenang, dia tidak nyinyir seperti Arif. Dia juga sudah punya kekasih, dulu. Sekarang sudah tidak ada. Tapi sepertinya sedang ada yang didekatinya di kelas kami. Bukan dedek gemes lagi kayak mantannya.

Iril, tinggi badannya lebih tinggi dari aku. Maklumlah dia anggota paskibra waktu kelas sebelas dulu. Kulitnya, warna sawo matang. Rambutnya agak keriting. Suka memakai jaketnya yang warna hijau tua.

"Oit! War! Ditanya tuh jawab, oncom!"

Ini Abdul Rahim. Sebelas-sebelas setengah dengan Arif, besar. Bedanya dia yang paling pendek diantara kami. Dia yang sering kami jahili. Karna melihat dia sengsara merupakan kesenangan kami, wajahnya lucu sih. Minta ditabok kalau sedang ketawa. Kenapa? Suaranya itu membahana sekali.

"Iye! Ini, Yan. Cewek yang incaran gue ngeread chat gue. Dia kata chat gue majalah komik apa? pasti ni keyboard dia rusak. Jadi nggak bisa bales chat gue," jelasku panjang lebar.

"Pede amat, lu!"

"Idih! Sok kegantengan, lo."

"Pala lo gede! Rusak apanya? Dia emang males ngeladenin buaya kek elo tuh!"

"Si tuyul narsis amat!"

"Haha chat aja lagi, War. Siapa tau dia nggak tau elo. Makanya dibaca doang."

"Iya tuh. Bener kata Bagas, chat aja lagi. Mungkin si doi lagi males ngetik juga." Ah, si Adrian dan Bagas memang the best dah. Tidak seperti Daffa, Ansa, Rahim, apalagi Arif. Mereka mah jangan ditanya julidnya minta ampun.

"Elo pada malah ngatain gue, ya. Coba kek Adrian sama Bagas noh! Pengertian, memberi solusi. Ini temennya lagi kesel malah dikatain. Temen donat emang!"

"Alah! Lo juga pasti senengkan lihat kalo salah satu dari kita kesiksa kek elo?" tanya Daffa dengan nada mengejek.

"Waah. Itu sih pasti lah!"

Dug!

Pletak!

Pletak!

Tak!

Sejurus kemudian kepala aku berubah menjadi samsak mereka berempat."Sakit, ogeb!" umpatku sambil mengelus kepala kesayanganku.

"Haha ... Sudah-sudah, woy. Kasian kepala Azwar benjol nanti."

"Tau nih. Aduuh kepala, maafkan daku," ujar aku mendramatis sambil berkaca melihat-lihat ke kepalaku siapa tau ada perubahan yang menonjol. Untunglah tidak ada. Masih bulat. Dan tetap tampan.

"Masih ganteng, kok." Tambahku dengan gumaman kecil. Tapi ternyata masih dapat didengar oleh teman-temanku.

"Huuueeek.."

"Gilak! Narsisnya minta ampun."

"Etdah si tuyul tambah narsis."

Dan mulai lah kembali nyinyiran mereka keluar, kecuali Anam. Dia sedari tadi hanya menonton perdebatan sambil menyemil dan sesekali memainkan handphone nya.

"Lo nggak mau ngechat dia lagi?"

Pertanyaan Anam seketika menyadarkan aku apa yang dikatakan Adrian dan Bagas tadi. Teman-teman aku yang lain pun langsung menatap Anam.

"Apa?" tanyanya santai tetap memakan cemilannya.

"Itu camilannya sisa segitu?"

Anam langsung menatap semua cemilan yang disuguhkan Bagas untuk kami semua. Setelahnya dia langsung nyengir kuda menampakkan gigi-giginya yang ada coklatnya karna sedang memakan cemilan coklat. Sontak kami tertawa berjamaah.

"Hahaha, anjirlah gigi lo, Nam"

"Ahaha giginya!"

"Bhahaha... Kek kakek Oesman On The Way"

"Kagak kuat gue lihatnya. Wahahaha"

"Itu gigi, lo! Whahaha"

"BHAHAHA WAHAHAHA"

Yang ini terakhir membuat kami semua menutup telinga. Siapa lagi jika bukan suara Rahim yang terasa menggema di telinga kami semua.

Setelah lelah ketawa, kami semua diam kembali sambil makan dan minum yang disuguhkan Bagas, lagi. Iya, lagi. Bagas sempat ambil cemilannya lagi di dalam dapur. Kami sudah sering ke rumahnya, jadi kami sudah tidak sungkan lagi. Karna kami disuruh mama Bagas anggap rumah kami sendiri. Begitulah kami berteman. Mengutungkan, bukan.

Aku juga kembali mengetikkan pesan ke Jannah. Seperti saran dari Bagas dan Adrian tadi. Kali ini aku yakin dia akan menjawabnya. Yakin dulu. Harus optimis, jangan mudah pesimis.

"War..."

"Ha?"

"Terima aja kalo elo, 'Bagai pungguk merindukan bulan'."

"Ha? Artinya apaan, Nam?" tanya aku, Arif, Rahim, Daffa, dan Ansa bersamaan. Sedangkan Adrian dan Bagas terkekeh pelan. Sepertinya mereka paham apa yang dikatakan Anam barusan.

"Terima aja kalo elo ke doi itu, 'Cinta yang tidak terbalaskan'." Adrian mengulang dan mengartikan apa yang dikatakan Anam tadi.

Dan teman-teman aku yang lain pun terkekeh puas mendengarnya. Sedangkan aku, mengumpat dalam hati berkali-kali, sambil membenarkan apa kata Anam. Ya, sepertinya aku sudah masuk tahap Cinta ke Jannah. Maybe.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login