Download App

Chapter 29: Radius 10 mm

JAKARTA

Pukul 00.15 WIB.

Niken masih bergelut dengan dinginnya lokasi shooting.

Casting terakhir yang dilakukan Niken, akhirnya berbuah manis. Niken lolos menjadi salah satu Pemain di film laga yang disutradarai Joe Taslim.

Meski baru sekedar pemeran pembantu, tapi Niken sudah merasa bangga. Apalagi ketika Ia tahu kalo Ia akan berperan sebagai adik Sang Jagoan (bintang utama) yang diperankan Joe Taslim sendiri.

Niken tak henti-hentinya tersenyum. Saking gregetnya, ia sampe susah menahan diri ketika sedang shot.

"Fokus Nik!" ujar sutradara terus mengingatkan Niken setiap kali akan mulai shot.

Akhirnya, Setelah beberapa kali take, Niken mendapat waktu untuk istrahat, lalu dengan sigap Ia diperintahkan istrahat oleh Sutradara.

Lumayan melelahkan, Niken syuting untuk 10 scene hari ini, padahal baru hari pertama.

"Nih minum dulu Nik!" ujar asisten Niken, Asisten yang sudah dua hari ini bersama Niken, mengurusi segala keperluan Niken.

Sejak Niken mendapat Peran di Film Laga, Managementnya langsung mengutus asisten untuknya. Awalnya Niken menolak, tapi kegigihan management dan alasan kesibukan yang akan dialami Niken, akhirnya Niken setuju juga.

Dan benar setelah shooting hari pertama ,Niken langsung kewalahan, membuatnya bersyukur tidak jadi menolak asisten.

Kalau selama ini dia hanya shooting film Comedy Romance dan itu tidak sampe memakan waktu seharian, dan yang jelas tidak menguras tenaga seperti film laga.

Niken meraih botol minum itu lalu menegak sebagian airnya, hampir habis. Niken terlihat sangat dehidrasi " thanks mba" ucapnya mengembalikan botol pada asisten.

Asisten Niken, umurnya 4 tahun lebih tua. Namanya Arina, tapi sejak awal Niken sudah menyebutnya dengan sebutan Mba saja. Niken memang tidak suka ribet. apalagi soal nama. Jadi tiap bertemu siapapun dan dimana pun Ia akan pukul rata, kalau perempuan lebih dewasa Ia akan sebut Mba, lebih mudah Dik dan begitu sebaliknya dengan pria.

Arina menengok jam dipergelangan tangannya " sudah hampir stengah satu, gak mau istrahat dulu?"

Niken menggeleng "Nanti saja, selesai adegan gue ama bang Joe!" jawabnya.

"Tapi katanya itu setelah fajar, masih bisa tidur satu sampe dua jam" timpal Arina.

"Gue harus baca script dulu" balas Niken yang terlihat sudah sangat lelah. lingkar matanya sudah seperti Panda persis.

"Kalau maksa malah nanti gak bisa take samasekali, istrahat dluh ajaa!" ujar Arina memaksa.

Tugas Arina memang bukan cuma mengurusi keperluan Niken, dia juga di perintahkan untuk menjaga kesehatan Niken.

Seperti malam ini, Arina harus bisa membuat Niken beristrahat meski satu jam, karena kalau tidak bisa-bisa Niken pingsan, sebab Niken sudah mulai take sejak jam tujuh pagi.

Sekarang sudah hampir jam dua pagi, dan Niken hanya berhenti jika scene ganti, itupun masih Niken pakai untuk baca script, jadi Niken belum ada istrahat seharian full.

Niken tidak memedulikan Arina, Ia malah fokus membaca script.

Arina geleng-geleng mulai kelelahan merayu Niken. Meski Arina pun sama juga belum tidur, tapi Arina tidak merasa lelah seperti Niken, karena Arina bebas merebahkan badan dan juga tidak sesibuk mengurusi artis lain, yang banyak maunya, membuat Arina suka stres.

Makanya Arina merasa bersalah jika Dia sesantai ini, tapi artisnya malah kecapean.

Arina menghela nafas lalu menghembuskan kuat, Arina semakin frustasi "Saya tanya ke sutradara dulu, scene berikutnya jam berapa" ujarnya berlalu meninggalkan Niken di tenda peristrahatan.

Kira-kira 10 menit setelah Arina meninggalkan Niken di tenda, lalu kini ia kembali dengan seorang pria.

"Kamu scene berikutnya jam 5 dini hari" Ujar pria itu dengan suaranya yang berat.

Niken sontak mendongak mencari pemilik suara. Lalu ia terpaku ketika mendapati Joe sudah di berdiri tegak di pintu tenda.

Niken mengembangkan senyum seiring membangkitkan tubuhnya dari kursi " Kok kesini bang?" tanyanya sembari memaksa matanya yang tinggal 5Watt terbuka besar.

Joe ikut tersenyum " Tadi lihat Arina ngobrol sama kru, saya penasaran jadi samperin" ungkapnya.

"Eh taunya tanyain jadwal take kamu" lanjutnya

Niken langsung memplototi Arina. Arina hanya senyam-senyum tak bersalah.

"Kamu boleh istrahat, dua jam lumayan bisa pakek buat mimpiin do'i " Ujar Joe coba menggoda Niken.

Niken hanya nyengir "Tanggung scribnya masih harus dipelajari" balasnya.

Joe melangkah masuk ke dalam tenda, Arina menggeser kursinya untuk di pakai Joe. Arina juga langsung undur diri. Pamit ke pantry untuk membantu kru menyiapkan makanan.

Arina memang suka menyibukkan diri, meski kerjaannya sudah lumayan padat, ia masih sempat-sempatnya melakukan bakti sosial, seperti membantu kru-kru film memasak sampe menyajikan makanan.

Itulah kenapa Arina lebih banyak mengenal kru film daripada Niken.

Karena sejak bergabung dengan agensi tempat Niken bekerjasama, Arina sudah menemani banyak artis di lokasi shooting.

Jadi jangan heran ketika Arina dekat dengan beberapa sutradara , termasuk Joe. Itu karena Arina gesit dalam bekerja, juga ramah dalam bersikap.

Bukan cuma Joe yang menyukai Arina, tapi hampir semua kru di lokasi menyukainya. Kecuali Artis yang kadang cemburu pada kecantikan Arina yang tidak suka pada Arina.

Mereka merasa kalau Arina terlalu pandai pencitraan, dan mereka membenci Arina karena alasan itu.

"Arina ingin kamu istrahat!" ujar Joe

Niken manggut-manggut " I Know!" balasnya

Dahi Joe mengkerut "Lalu?" tanyanya sembari menarik kursinya lebih dekat ke kursi Niken.

Niken terkesima menatap Wajah Joe sedekat ini , radius 10mm "apa Arina mengadukan ku?" tanyanya membuang pandangan ke bawah, salah tingkah.

Joe menggeleng "Mana mungkin, saya saja yang langsung menebak maksudnya menanyakan jadwal take" bantahnya sembari menyenderkan kepala di senderan kursi.

Niken kembali mengangkat pandangannya ke arah Joe, ketika Joe bersender dan memejamkan mata.

'Kenapa bisa Om-Om ini wajahnya masih sekencang teman sebayaku' gumam Niken memerhatikan tampang Joe yang teramat mulus, jauh dari kerutan.

"Istrahat itu perlu, pejamkan saja matamu, nanti juga terlelap dengan sendirinya" ujar Joe lagi meski dengan kedua mata sudah terpejam.

Perlahan tangan Niken dengan sendirinya menaruh Scrib di meja. lalu tanpa sadar tangan kanannya bergerak mendekat ke wajah joe.

Rasanya niken ingin sekali menyentuh wajah dihadapannya itu.

Namun tiba-tiba mata sang legendaris itu terbuka, membuat Niken melotot kaget. lalu dengan cepat Niken menarik tangannya turun kembali ke pangkuan.

"Masih melek ternyata" ujar joe tersenyum.

Niken ikut tersenyum meski dengan perasaan malu. Malu Ia ketahuan sedang memerhatikan joe yang terlelap.

"Saya ingin beristrahat disini sebenarnya, karena di tempatku terlalu ramai" ujar Joe

Joe beranjak dari kursi "Tapi gak mau gangguin kamu juga yang harus istrahat"

"Ya sudah, saya balik ke tenda" pamitnya berjalan keluar.

Niken tidak mengatakan satu kata pun , Joe sudah menghilang.

'Dasar Om-om penakluk' rutuknya, merasa dirinya sudah jatuh hati pada pria dewasa.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login