Download App
7.46% My promise

Chapter 15: chapter 14

Happy reading,

Bandara Haneda, Jepang..

" Semuanya sudah siap? " tanya Louisa kepada rekan teamnya, sambil berjalan perlahan menuju ke luar bandara Haneda.

" Siap nona! " sahut Kenzo sopan,

selaku penanggung jawab semua keperluan di Jepang.

Tanpa banyak bicara Louise dan teamnya melanjutkan perjalanannya ke apartemen yang sudah disiapkan.

Mereka semua berjalan seolah-olah seperti turis asing yang ingin pergi berlibur jika dilihat dari cara berpakaian mereka. Sesampainya apartemen yang mereka sewa. Zic memeriksa kamar itu hingga kamar itu dinyatakan steril dari kamera pengintai ataupun penyadap.

Apartemen yang mereka sewa adalah apartemen terbaik di Jepang yang ada dipusat kota. Dengan 4 kamar tidur beserta kamar mandi didalamnya, dan salah satu kamar itu dirubah menjadi ruang kerja yang berisi beberapa komputer terbaik dan canggih masa kini.

Diruang tamu mereka berkumpul, menyiapkan startegi apa yang akan di gunakan.

" Nona! Informasi ini belum jelas apakah dia Ritz yang kita cari atau bukan?? " seru Kris salah satu orang yang ada di teamnya.

" Ambilkan laptopku! " perintah Louis acuh. Tanpa banyak protes Zic menuruti kemauan nona mudanya.

Setelah laptop ditangannya Louise langsung mulai mencoba meretas sistem keamanan milik negara ini. Dia dibantu dua ahli IT yang berjaga - jaga agar tidak ada satupun yang dapat melacak keberadaan mereka.

Virus yang mereka ciptakan pun telah disiapkan, tidak ada yang tahu formula anti virus itu selain mereka bertiga.

20 jam tanpa istirahat akhirnya Louise berhasil memperoleh data yang diinginkan. Dia berhasil memecahkan kode rahasia itu tanpa tercium oleh keamanan negara tersebut.

Data sudah ditangan, ia memutuskan untuk beristirahat 1 hari sebelumnya menjalankan rencana yang telah disusun oleh team tersebut.

Didalam data tersebut mengatakan bahwa Ritz adalah ahli IT terbaik yang mempunyai IQ diatas 200. Yang lebih mengejutkan ternyata Ritz adalah pendiri kerajaan bawah tanah yang tidak mudah disinggung oleh siapapun. Darah seorang yakuza mengalir dalam tubuhnya.

" Sepertinya Ritz bukanlah orang yang mudah ditebak keberadaannya? Apa yang diinginkannya? Siapa pelaku dibelakang Ritz? " celetuk Zic kepada teman - temannya.

" Jika rencana ini tidak berhasil, aku akan melakukannya sendiri! " ungkap Louise tegas.

" Tapi nona.. Ini sangat berbahaya " seru Kriss salah satu dari mereka.

" Aku akan beristirahat! " ucap Louisa dingin sambil meninggalkan mereka semua diruang tengah menuju kamarnya.

Akhirnya pada malam hari, team Z mulai beraksi, sekarang 8 orang tersebut menyebar di dalam sebuah club malam, termasuk Louise yang terus didampingi Zic. Dan menyisakan 2 yang tersisa di mobil untuk berjaga - jaga dan memantau situasi dari layar laptop.

Malam itu mereka menyamar untuk memastikan apakah Ritz akan hadir malam ini di klub tersebut.

Tak lama mereka melihat Ritz memasuki klub dan langsung menuju ruang vip khusus untuknya.

Banyak anak buahnya mengelilingi Ritz. Dugaan Louis selama ini sepertinya benar bahwa Ritz bukan orang mudah di tangkap tapi ia ingin mencoba daripada mati penasaran.

Louise malam ini mengenakan gaun warna merah dengan belahan hingga ke pahanya, dipadukan dengan high heels berwarna gold. Ia tampil begitu elegan.

Namun dibalik belahan dressnya ia menyimpan pistol kecil yang sangat simpel dan mudah digunakan.

Satu - persatu anggota teamnya mencoba merobohkan anak buah Ritz secara diam - diam.

Begitupun dengan Louis, ia menuju lantai atas dimana Ritz berada dengan perlahan. Mencoba mendekati ruangan tersebut Louisa menyamar menjadi wanita penggoda, ia merayu mereka agar dapat membiarkannya masuk ke dalam ruangan. Namun ketika tinggal beberapa langkah lagi dari pintu, dia diberhentikan oleh salah satu anak buah Ritz,

" Tunggu!! " seru salah satu pria tersebut,

" Ah! ada apa? " tanya Louise berusaha setenang mungkin menutupi rasa gugupnya.

" Tidak ada instruksi dari dalam yang memperbolehkan kau masuk ! " jawab pria itu,

" Benarkah?!! " bisik Louise setengah mengoda pria yang ada dihadapannya.

" Pergilah! " usir pria itu, dengan kasar ia mendorong Louise agar menjauh.

bugh!! bugh!!!

Tidak terima diperlakukan seperti itu, Louis langsung melayangkan tinjunya disusul tendangan mautnya. Mendapat serangan mendadak dari Louise, pria tersebut langsung mundur beberapa langkah. Melihat kejadian itu berlangsung membuat para penjaga disekitarnya bersiaga dalam mode bertarung.

" Beraninya kau mengusirku! " desis Louisa kesal,

Karena ia agak kesulitan menerobos barisan pertahanan mafia tersebut. Sehingga memaksanya mulai menggunakan kekerasan. Dengan beladiri yang dia miliki, lambat laun ia merasa cukup kewalahan ditambah mereka memiliki banyak senjata api. Hingga terkadang Louise harus mencari tempat persembunyian disekitarnya.

Satu - persatu mereka berdatangan menghalangi Louise dan berusaha melumpuhkan dirinya. Tanpa ampun Louis memberikan tendangan di selakangan pria tersebut ,namun berhasil ditangkis hingga ia memilih melayangkan tinjunya ke arah perut orang tersebut.

Lalu membanting pria itu hingga terlentang tanpa ampun ia menginjakkan kakinya ke area dada pria itu. Sambil menangis pukulan yang datang mendadak dari arah lainnya.

Dilain sisi Zic juga cukup kewalahan dengan para mafia yang terus bermunculan. Mereka sadar kalau rencana mereka gagal karena sampe saat ini tidak ada satupun orang dari team Z ini berhasil memasuki ruangan tersebut.

Mereka juga tidak menyangka sebelum kedatangannya ke negara ini, bahwa mereka akan berurusan dengan para mafia yang paling ditakuti di Jepang.

30 menit kemudian, Louise dan teamnya benar - benar gagal dan tidak ada jalan keluar. Mereka terluka parah bahkan sekarat, Louise sendiri terluka cukup parah.

Di ruang vip, Louise dibawa masuk untuk menemui Ritz.

" Sepertinya ada kelinci kecil yang berani membuat kerusuhan disini! " celetuk seorang pria tampan berdarah campuran eropa yang sedang duduk santai di sofa.

Cih!

Louise meludah kearah pria itu, kebetulan pria itu berada tidak jauh darinya. Badannya ditekan kebawah hingga berlutut oleh salah satu anak buah mafia itu.

" Damn!! Aku akan memberimu pelajaran kelinci kecil! Dan kita lihat siapa yang akan memohon dibawah kakiku! " maki pria tampan itu.

" Menarik! " ucap pria tampan lainnya dengan dingin, tatapan tajamnya menusuk kedalam mata Louis. Pria tampan ini berdarah campuran asia dengan eropa. Melihatnya Louise hanya menggertakkan giginya.

" Bawa dia ke markas! " titah Ritz,

" Baik! " jawab pria yang berdiri dibelakang Ritz sambil membungkukkan badannya sesaat sebelum menghampiri Louis. Louise berusaha membrontak namun tenaganya telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya.

" Lepas! Bastard!! " maki Louise kepada pria yang menariknya dengan kasar. Namun pria itu tidak menggubrisnya seolah - olah Louis tidak mengatakan apapun.

***

Sementara itu ditempat lain...

" Apa sudah ada kabar dari Louis? " tanya Livi cemas.

" Belum nona! " jawab uncle Max  singkat sambil merapikan dokumen yang baru saja ditanda tangani oleh Leo.

" Apa kita harus mengirim orang kesana? " tanya Livia lagi.

" kita tunggu beberapa hari lagi hunny " jawab Leo lembut sambil mengusap perlahan rambut Livia. Livia hanya pasrah, ia menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan saran itu.

" saya permisi dulu tuan! nona! " pamit uncle Max meninggalkan ruang kerja Leo. Leo hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Setelah uncle Max pergi, Leo menarik Livia kepangkuannya. Dengan lembut ia mencium Livia, berusaha mengalihkan pikiran kekasihnya itu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C15
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login