Download App

Chapter 18: Anakku

Haryanto malam itu kembali dirawat di ICU dengan Marisa menemaninya di sana. Untung Angga sigap untuk segera memanggil perawat yang jaga malam itu, sehingga Haryanto langsung ditangani.

Setidaknya malam itu satu kabar baik datang dari ruang operasi. Operasi berjalan lancar, bayinya Asha lahir dengan selamat meski harus masuk inkubator untuk beberapa waktu. Beratnya hanya 920 gram dengan panjang 40 cm. Nia dan Arman yang masih setia menanti di sana kemudian mengabarkan kelahiran cucu Marisa ini kepadanya yang masih di ruang ICU.

Meski belum terlihat jelas rupa bayi itu karena dilahirkan prematur. Tapi jika dilihat seksama bagai perbaduan Asha dan Bayu. Bisa dikatakan tampan. Ya anak Asha dan Bayu adalah bayi laki-laki. Dilahirkan sebelum waktunya karena tekanan darah Asha yang melonjak tinggi. Dokter kandungan tidak mau mengambil resiko dengan menunda kelahiran bayi itu hingga hari perkiraan lahirnya nanti.

Kondisi Asha sendiri masih kritis. Belum bisa dipindahkan dari area pasca operasi ke ruang pemulihan. Terjadi pendarahan hebat hingga membutuhkan transfusi darah. Golongan darah Asha O+ dan darah yang cocok dengannya kala itu hanya Haryanto dan Angga. Haryanto masih berada di ICU. Sehingga hanya tersisa Angga yang menemani dengan statusnya sebagai 'suami' Asha kala operasi masih berjalan. Dan dialah yang memberikan darahnya untuk menyelamatkan Asha.

***

Terlihat Angga termenung melihat pemandangan di depannya, dari balik kaca yang membatasinya dengan ruang bayi. 'Bertahanlah Boy! Sama seperti ibumu yang sedang berjuang,' batinnya. Bayi mungil itu tiba-tiba saja telah memikat hatinya, sebagaimana ibunya dahulu. Dadanya terasa menghangat kala membayangkan seandainya Asha mau menerimanya. Memikirkan Asha, membuatnya murung.

"Jangan kebanyakan bengong, Bro!" Tepuk Arman di pundak Angga.

"Anaknya Asha ganteng ya Man." Ini kalimat pernyataan dari Angga bukan pertanyaan. Terlihat binar di matanya dan itu disadari oleh Arman.

"Jangan bilang, kalo Lo kepincut sama bayinya Asha," tebak Arman.

"Lo bener-benee dukun, Man!" tuduh Angga pura-pura terkejut.

Arman terkekeh. "Bukan. Gue sahabat Lo udah dari Lo masih pake popok, jadi gue apal betul gelagat Lo!"

"Mami gue aja gak apal gelagat gue!"

"Gue balik dulu ya. Malam pertama gue ketunda mulu niy," pamitnya seraya tertawa.

"Bentar Man, gue mau minta tolong Lo sekali lagi."

***

Wanita yang telah menjadi seorang ibu itu tiba-tiba menggerakkan jarinya. Kemudian dari balik matanya yang masih terpejam terlihat bola matanya bergerak-gerak. Perlahan dipaksanya matanya untuk terbuka. Namun cahaya menyilaukan tampak menusuk penglihatannya.

"Pasien mulai sadar, Dok." Didengarnya ada yang bersuara di sampingnya. Orang itu sedang mengecek tekanan darahnya ketika Asha siuman. Karena pendarahan sudah teratasi, kini Asha menempati ruang pemulihan pasca operasi, sebelum akhirnya bisa dipindahkan ke ruang rawat inap, apabila kondisinya sudah stabil.

"Panggil suaminya kemari!" perintah sang dokter.

Kemudian muncullah Angga di sana. Memperhatikan Asha sekilas kemudian mendengarkan penjelasan Dokter tentang kondisi Asha.

Tepat dua hari Asha tak sadarkan diri saat dirinya mengutarakan niat untuk bercerai dari Bayu suaminya. Dirabanya perutnya yang kempis dan seketika membuatnya terperanjat.

"Anakku! Anakku!" teriaknya histeris yang kemudiang langsung dihampiri oleh perawat yang masih bertugas di sana.

"Bunda, tenang ya Bunda. Anak Bunda sudah lahir, selamat," katanya menenangkan.

Kemudian dokter yang tadi memeriksanya menjelaskan, bayinya bisa Asha lihat saat kondisi Asha stabil dan sudah berada ruang rawat inap. Untuk itu Asha harus banyak istirahat.

Angga yang tidak ingin emosi Asha yang sedang tidak stabil membuatnya makin parah sengaja berjalan keluar ruangan. Dirinya tadi baru saja tiba saat ada perawat yang memanggilnya untuk masuk.

Kondisi Haryantopun sudah membaik, tepat satu hari yang lalu dan sudah dipindah ke ruang rawat inap.

***

"Bunda, nanti belajar tidur miring dulu ya Bunda. Biar tidak kaku. Nanti bisa lanjut belajar duduk dulu ya. Begitu lepas kateter baru mulai belajar jalan pelan-pelan," jelas seorang perawat ketika Asha sudah di ruang rawat inap. Tampak ibunya menemani di samping Asha.

"Kapan saya bisa lihat anak saya suster?" tanyanya.

"Nanti kita tanyakan bagian ruang rawat bayi dulu ya, Bunda. Sekarang Bunda istirahat dulu. Makan yang banyak ya, Bunda. Saya permisi dulu."

***

Tepat sepekan bayi Asha dirawat di neonatal intensive care unit (NICU). Asha sendiri sudah diijinkan pulang sejak 2 hari yang lalu. Dia datang untuk memberikan ASI yang sudah diperahnya dan dimasukkan ke dalam botol steril. Karena lahir prematur dan belum bisa menyusui, bayi Asha menerima ASI melalui pipa yang dimasukkan ke hidung menuju perut.

Dilihatnya bayi mungil itu bergerak-gerak, meski gerakannya seperti tersentak. Perlahan bulir air mata turun dari sudut matanya. Bayinya masih belum dibolehkan pulang dikarenakan masih membutuhkan bantuan oksigen untuk bernapas, belum bisa bernapas spontan. Juga agak sedikit kuning. Berat badannyapun baru sekitar 1200gram. Berat badan minimal bayi harus 1800gram untuk diijinkan dirawat di rumah.

Tepat sebulan lebih sepekan, bayi Asha sudah diijinkan pulang. Asha menerimanya dengan suka cita. Meski masih harus bolak balik ke rumah sakit untuk kontrol kondisi sang bayi.

Di rumah, ia mulai belajar menyusui bayinya. Dikecupnya bayi mungil itu. Ada perasaan bersalah pada dirinya, karena ayah bayi itu harus mendekam di penjara dan hubungan mereka sebentar lagi bukan lagi suami-istri setelah gugatan Asha disetujui Pengadilan Agama.

***

Pekan ketiga, lewat masa nifas Asha, saat bayinya masih dirawat di rumah sakit, Asha mengemukakan keinginannya terdahulu sebelum melahirkan, kepada kedua orangtuanya, yaitu bercerai dari Bayu. Setelah kondisinya stabil diapun menemui Nia dan juga Arman. Mereka berdua berjanji akan membantu Asha mencarikan pengacara yang bisa mewakilkannya dalam proses perceraiannya.

Angga sendiri sudah kembali ke Jerman dan memberikan referensi pengacara kepada Arman untuk membantu Asha yang akan bercerai dengan suaminya. Dirinya tahu, apabila Angga sendiri yang membantunya, tentu akan ditolak mentah-mentah oleh Asha.

Hubungannya dengan Ashapun tidak ada kemajuan. Asha terlihat menutup diri. Meski sepertinya Haryanto dan Marisa terlihat tidak berkeberatan dengan Angga. Karena mereka pikir, cucunya satu saat bakal membutuhkan sosok ayah. Dan orangtua Asha tidak mau putrinya berhubungan kembali dengan Bayu. Pengkhiatannya dalam ikatan pernikahan masih terasa menyakitkan bagi kedua orangtua Asha. Mereka mungkin akan mengijinkan cucunya bertemu dengan ayah kandungnya, namun tidak akan membiarkan putrinya rujuk dengan mantan suaminya.

***

Terlihat seorang pria yang mengenakan seragam tahanan digiring menuju sebuah ruangan bersekat untuk menerima kunjungan.

Wajahnya terlihat lusuh, bulu-bulu halus mulai tumbuh di sekitar rahangnya. Namun hal itu tidak mengurangi ketampanan pria tersebut.

Diangkatnya telepon di hadapannya yang terhubung dengan tamu di balik kaca pembatas. Seorang pria berpakaian rapih yang membawa sebuah map berisi surat cerai dari istrinya. Diberikannya map tersebut kepada Bayu melalui sipir penjara.

Bak jatuh tertimpa tangga, Bayu hanya bisa pasrah menerima keputusan istrinya untuk berpisah. Setelah vonis hakim memutuskannya dikenakan hukuman penjara 9 bulan dan Natasha 7 bulan. Bandingnya ditolak hakim. Hari-harinya nanti setelah bebas akan dilalui tanpa anak istrinya.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Bayu. Terakhir dia bersama sang istri adalah sesaat sebelum dia menerima ajakan Natasha untuk bertemu. Seharusnya dia menolak ajakan itu karena tho kebutuhan biologisnya sudah terpenuhi oleh istrinya setelah kandungannya kuat. Namun bukan Natasha namanya jika tidak mengancam akan membeberkan perselingkuhannya dengan Bayu dan mengaku saat pertama melakukannya dia diperkosa oleh Bayu. Benar-benar wanita ular!

"Istri Anda sudah melahirkan Pak, hampir sebulan lalu. Anak Bapak laki-laki," jawaban ini seketika membuat Bayu tercengang.

"Bukankah kandungannya baru 5 bulan?" tanyanya memastikan.

"Kabarnya lahir prematur Pak, saya permisi dulu karena berkas perceraiannya sudah ditandatangani," pamit pengacara Asha.

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C18
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login