Download App

Chapter 13: Chapter 12 : Pertemuan ayah dan anak

Suasana pun menjadi tegang diantara kedua belah pihak,tidak ada diantara mereka yang berniat menyerang duluan. Hingga pergerakan dimulai oleh pihak Kolonel Ryota dan Kolonel Ray.

"Ray, kau tarik perhatian dari Behemoth. Kita pisahkan mereka" bisik Kolonel Ryota kepada Kolonel Ray.

"Oke,serahkan padaku" ucap Kolonel Ray

Kolonel Ray pun dengan cepat menyerang kearah Behemoth, namun bisa di tangkis dengan mudah oleh Behemoth itu.

"Oi, demon jelek. Kemarilah aku akan membuat wajahmu lebih jelek dari wajahmu yang sekarang!" teriak Kolonel Ray sembari berlari menjauh memancing Behemoth dari Kolonel Ryota dan Mammon.

"Manusia sialan, akan kuhancurkan kau sampai ke jiwamu!" teriak Behemoth sembari mengejar Kolonel Ray.

"Akhirnya pengganggu lain sudah pergi, mari kita selesaikan urusan kita sekarang" ucap Kolonel Ryota sembari mengacungkan pedangnya kearah Mammon.

"Cih, kau cukup percaya diri juga setelah aku membuatmu babak belur tadi. Kau pikir hanya karena kau memakai armor seperti itu kau bisa mengalahkanku?" ucap Mammon dengan nada meremehkan.

Tanpa aba-aba keduanya pun saling menyerang, terdengar suara hantaman dari senjata mereka dan efeknya membuat gelombang kejut serta angin besar yang membuat debu-debu ditanah berterbangan. Keduanya saling menahan serangan satu sama lain.

"Dasar manusia rendahan!" teriak Mammon mencoba untuk menyerang Kolonel Ryota kembali, namun Kolonel Ryota dapat menghindar dengan mudah.

"[Skill : Death Slash]" ucap Kolonel Ryota.

Serangan dari Kolonel Ryota merupakan tebasan dengan kekuatan sihir besar yang dapat membelah target. Serangan itu pun tepat mengenai Mammon dan memotong leher dari Mammon, tubuh dari Mammon pun jatuh ketanah.

"Fyuuh… Sekarang aku tinggal menyusul Ray" ucap Kolonel Ryota sembari membalikkan badan.

Namun tiba-tiba, Kolonel Ryota mendengar suara aneh dari arah belakang dirinya.

"Hahahahaha… Kau pikir kau bisa membunuhku dengan mudah seperti itu? Tubuhku itu abadi! Meskipun kau memotong leherku, aku tetap bisa hidup kembali. Tuan Astaroth sendirilah yang memberikan kekuatan ini padaku" ucap Mammon sembari tertawa.

"Sialan, ternyata demon sialan itu mempunyai kartu truf seperti itu" ucap Kolonel Ryota.

"Sekarang giliranku menyerangmu, manusia rendahan" ucap Mammon.

"[Dark skill : Sweet Illusion]"

Skill yang dikeluarkan dari Mammon ini adalah ilusi kegelapan yang dapat membuat target mengalami halusinasi yang mengerikan dan bahkan dapat membuat target mati karena mengalami guncangan jiwa yang hebat. Dikatakan bahwa skill ini dapat dengan mudah membunuh ratusan pasukan manusia biasa.

Terlihat Kolonel Ryota terkena oleh ilusi itu dan terdiam. Mammon itu pun berjalan kearah Kolonel Ryota.

"Hahahaha... Kukira kau cukup tangguh dengan armor itu. Ternyata kau sama dengan pasukan manusia yang lainnya yang dengan mudah terperangkap oleh ilusiku" ucap Mammon dengan bangga.

Mammon pun melayangkan serangan akhir yang menebas kepala Kolonel Ryota hingga putus. Mammon pun tertawa puas setelah membunuh Kolonel Ryota.

"Saatnya aku pergi menyusul tuan Astaroth" ucap Mammon.

Mammon pun terbang ke langit mencoba menyusul Astaroth yang sedang melarikan diri karena dikejar oleh pria misterius. Mammon telah terbang selama 30 menit, namun dia merasa ada hal yang aneh, dia merasa selalu berputar-putar di wilayah itu.

"Sialan, mengapa aku merasa ada yang aneh. Bukankah tempat ini sudah kulewati tadi?" gumam Mammon.

Mammon pun selalu merasa melewati tempat yang sama berulang kali, hingga akhirnya dia merasa kesal. Diapun terus terbang hingga akhirnya kehabisan tenaga dan akhirnya memutuskan untuk turun ke tanah.

"Keparat, apa yang terjadi! Mengapa aku kembali ketempat ini?" teriak Mammon yang sudah kehabisan kesabaran.

Tiba-tiba terdengar suara pria dari belakang Mammon.

"Hmm…? Kau sudah sadar? Lama sekali kau sadar" ucap Kolonel Ryota yang sedang berdiri bersandar di pohon sembari merokok.

"Kau?!... Bukankah kau sudah kubunuh? Mengapa kau bisa hidup kembali?" ucap Mammon terkejut.

Kolonel Ryota pun berjalan kearah mammon yang sedang kebingungan.

"Kau pikir kau saja yang bisa membuat ilusi?" ucap Kolonel Ryota sembari menghisap rokoknya.

"Kau?! Jangan bercanda denganku. Demon hebat sepertiku bisa dengan mudah dibodohi seperti ini?"

"Setelah kau berpisah dengan Behemoth, aku telah merapal sihir ilusi kepadamu. Dan setelah aku merapal sihir ilusi kepadamu, kau hanya terdiam seperti patung selama 30 menit. Entah ilusi macam apa yang kau lihat sehingga kau sampai tertawa seperti tadi. Aku bahkan sempat menghabiskan 5 batang rokok tadi" ucap Kolonel Ryota sembari membuang rokoknya yang telah dia hisap sampai habis.

Kolonel Ryota hanya menatap Mammon dengan tatapan menyedihkan seakan mengejeknya.

"Sialan!!... Kali ini aku akan benar-benar membunuhmu!" teriak Mammon sembari berlari dan mencoba menebas Kolonel Ryota.

Namun Kolonel Ryota nampak santai dan malah membakar rokok lagi. Ketika Mammon berada sekitar 2 meter dari posisi Kolonel Ryota, lingkaran sihir muncul dibawah kaki Mammon dan membuatnya tidak dapat bergerak.

"Takdirmu sudah terkunci sejak awal kau bertemu denganku. Takdirmu hanyalah… Kematian" ucap Kolonel Ryota.

"Apa kau sudah lupa?! Aku abadi, aku tidak bisa mati! Aku akan kembali hidup dan membunuhmu!" teriak Mammon.

Perlahan tubuh dari Mammon membengkak dan terus membesar hingga akhirnya meledak. Percikan darah terciprat kesegala arah, dan hanya tinggal kepala dari Mammon yang terlempar dan jatuh tepat didepan Kolonel Ryota. Kolonel Ryota hanya melihat kepala dari Mammon itu berbicara kepadanya.

"Kau tunggu saja. Tunggu tubuhku tumbuh kembali, lalu aku akan memotong-motongmu!" ucap kepala dari Mammon.

30 detik telah berlalu dan tidak ada tanda tubuh dari Mammon pulih.

"Kenapa?! Kenapa aku tidak bisa beregenerasi?" ucap kepala dari Mammon.

"Bukankah sudah kubilang, satu-satunya takdirmu adalah kematian. Ketika aku merapalkan sihir ilusi padamu, aku juga merapalkan [Skill : Death Concept] kepadamu yang dapat membuat semua keabadian pada dirimu hilang dan sihir itu akan aktif jika kau berniat untuk menyerangku. Bagaimana rasanya dibunuh oleh seorang manusia rendahan sepertiku? Ingatlah nama manusia rendahan yang membunuhmu adalah Ryota!" ucap Kolonel Ryota sembari mengacungkan jari tengah kepada Mammon.

"Sialan!--" teriak Mammon, namun ucapannya terpotong ketika Kolonel Ryota menginjak kepala Mammon hingga hancur. Serangan terakhir itulah yang membunuh demon sombong itu.

"Satu penganggu sudah diatasi, bagaimana kondisi Ray saat ini? Aku harap dia babak belur dipukuli oleh demon itu" ucap Kolonel Ryota dengan santai.

Di sisi lain, Kolonel Ray sedang bertarung dengan sengit melawan Behemoth. Kolonel Ray sedang kesulitan untuk melukai Behemoth karena kulit dari Behemoth yang sangat keras. Bahkan karena terlalu kerasnya kulit dari Behemoth, serangan Kolonel Ray tidak memberikan goresan apapun.

"Hahahaha… Senjata roh milikmu tidak akan bisa melukaiku. Kulitku bahkan lebih keras dari baja sekalipun. Semua yang kau lakukan sia-sia,mengapa kau tidak menyerah saja dan biarkan aku mencabik-cabikmu?" ucap Behemoth dengan bangga.

"Cih, sialan. Kenapa selalu aku yang mendapat lawan yang merepotkan seperti ini? Ryota sialan, dia selalu memberi lawan sulit kepadaku. Ada dendam apa dia denganku" ucap Kolonel Ray.

Behemoth pun melayangkan serangan ke Kolonel Ray namun karena kelincahannya yang tinggi, Kolonel Ray mampu menghindar dengan cepat. Serangan terhadap Kolonel Ray berlangsung selama kurang lebih 10 menit.

"Kalau seperti ini terus, bisa-bisa malah aku duluan yang kehabisan tenaga. Aku harus menyerang titik kelemahan dari demon itu, tapi dimana?" gumam Kolonel Ray.

Kolonel Ray mulai mengamati kelemahan dari Behemoth sembari tetap menghindari serangan yang terus menerus menyerangnya.

"Ada apa? Bukankah kau tadi cukup sombong setelah memakai armor mu itu? Apakah armor mu itu hanya sekedar hiasan belaka?" ucap Behemoth.

Kolonel Ray yang sedaritadi mengamati setiap serangan dari Behemoth mulai mendapat petunjuk dimana titik kelemahan dari Behemoth.

"Setiap dia selesai mengayunkan serangan itu terdapat jeda sebanyak 5 detik sebelum serangan berikutnya dan setiap dia mengayunkan tangannya terlihat bagian dari lengannya yang tidak terlindungi kulit itu. Baiklah, aku akan bertaruh hidup dan mati untuk seranganku ini" gumam Kolonel Ray.

Kolonel Ray pun mengambil posisi untuk menyerang setelah Behemoth itu mengayunkan pedangnya.

"1…2…3…4…5"

Kolonel Ray mulai berhitung setelah ayunan serangan Behemoth.

"[Wind Magic Skill : One Touch]" ucap Kolonel Ray.

Skill yang dikeluarkan oleh Kolonel Ray ini adalah skill yang memungkinkan pengguna untuk bergerak sangat cepat seperti teleportasi dan berfokus menyerang target dengan kekuatan penuh yang dimana serangan ini mustahil untuk di hindari.

"Hooraahhhhh!" teriak Kolonel Ray.

Serangan itupun dengan tepat mengenai bagian lengan dari Behemoth yang tidak terlindungi oleh kulit keras itu. Taruhan hidup dan mati dari Kolonel Ray pun membuahkan hasil, serangan itu berhasil memotong lengan dari Behemoth.

"AHHHH!" teriak dari Behemoth yang tengah kesakitan.

"Haha… Rasakan itu demon jelek!" ejek Kolonel Ray.

"Manusia sialan! Kau tadi hanya beruntung, kali ini aku akan langsung merobek tubuhmu!" Behemoth pun kembali mengambil pedangnya yang jatuh ketanah dengan tangan kirinya lalu mencoba mengayunkan pedang itu kearah Kolonel Ray.

Kolonel Ray yang melihat hal itu pun langsung tersenyum.

"Sudah berakhir… Lebih baik kau berdoa kepada Tuhan, semoga kau tidak masuk neraka, tapi tampaknya itu adalah hal yang mustahil" ucap Kolonel Ray .

Tiba-tiba tubuh dari Behemoth menjadi kaku dan tidak dapat bergerak.

"Apa yang kau lakukan padaku?!" teriak Behemoth.

"Asal kau tahu, sabitku memiliki racun yang mematikan ketika aku mengaktifkan skill sihir tadi, bahkan jika kau adalah demon tingkat atas sekalipun sudah bisa dipastikan bahwa kau akan mati, jadi selamat tinggal... Oh ya, jangan lupa sampaikan salamku ke dewa neraka" ucap Kolonel Ray sembari menyeringai Behemoth.

"Kau!---" ucapan Behemoth terhenti dan tubuhnya tumbang jatuh ke tanah.

"Haaaa… Sungguh melelahkan, aku harus meminta Ryota mentraktirku makan karena sudah membuatku kerepotan seperti ini" ucap Kolonel Ray sembari menaruh sabitnya ke pundak dan berjalan pergi kembali ke tempat Kolonel Ryota berada.

Kolonel Ray pun kaget setelah sampai di tempat pertarungan Kolonel Ryota dan Mammon.

"Wah, nampaknya hari ini ada yang sedang tidak beruntung" ucap Kolonel Ray sembari melihat sekeliling kearah darah dan potongan tubuh dari Mammon.

"Lama sekali kau mengurus demon itu, apa kemampuanmu sudah berkurang?" ucap Kolonel Ryota yang sedang duduk di batu besar.

"Sialan kau, kalau kita bertukar lawan sudah pasti lebih cepat membereskan mereka!" ucap Kolonel Ray.

"Aku malah lebih berharap kau dipukuli sampai babak belur oleh demon itu" ucap Kolonel Ryota.

"Kau---" ucap Kolonel Ray kesal.

"Kalau kau tidak apa-apa, lebih baik kita kembali ke markas provinsi timur dahulu" ucap Kolonel Ryota.

"Hmm…? Bukankah kau mau mengejar Astaroth? Mengapa kau malah mau kembali ke markasmu?" tanya Kolonel Ray.

"Aku penasaran dengan ucapan pria misterius itu, aku ingin memastikan kebenaran dari ucapannya" ucap Kolonel Ryota sembari bangkit dari duduknya.

Ketika Kolonel Ray dan Kolonel Ryota hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh benda asing yang melaju kencang dan menabrak pohon.

"Apa-apaan?!" ucap Kolonel Ray dan Kolonel Ryota bersamaan.

Benda asing itu tidak lain adalah mobil jeep yang di tumpangi oleh Ryouichi, Letnan Satu Shizu, dan juga Kolonel Rose. Ryouichi pun membuka pintu jeep dan keluar dari jeep itu.

"Kau gila ya Rose?! Aku tidak mau lagi naik mobil yang kau kemudikan" ucap Ryouichi.

"Itu semua salahmu! Selama perjalanan, kau tidak pernah berhenti berbicara dengan Letnan Satu Shizu. Telingaku sakit mendengarnya dan jadinya aku tidak fokus menyetir" ucap Kolonel Rose dengan raut wajah yang cemberut.

"Sudah-sudah jangan berkelahi. Untunglah kita bertiga tidak apa-apa" ucap Letnan Shizu.

"Kalau sudah begini, tidak ada pilihan lain selain berjalan kaki. Jika saja Letnan Shizu yang menyetir kita pasti bisa sampai dengan selamat" ucap Ryouichi sembari menghela nafas.

"Oh... Jadi kau menyalahkanku?" ucap Kolonel Rose sembari menatap Ryouichi.

"Kalau iya kenapa?" ucap Ryouichi.

Kolonel Rose dan Ryouichi pun saling bertatapan sembari memasang wajah kesal.

"Hmpphh…"

Keduanya saling membuang pandangan satu sama lain dengan muka kesal dan cemberut.

"Sudah sudah…" ucap Letnan Satu Shizu yang bingung mencoba menenangkan mereka.

"Nampaknya kalian berdua dari hari ke hari semakin menjadi dekat" ucapan dari Kolonel Ray mengejutkan mereka bertiga.

"Kolonel Ray?!"ucap Ryouichi terkejut.

"Ya, Kolonel Ray disini" ucap Kolonel Ray sembari tersenyum dan berjalan mendekati mereka bertiga.

"Apa yang kau lakukan disini Kolonel Ray?" ucap Ryouichi kaget.

"Harusnya aku yang menanyakan hal itu kepada kalian" ucap Kolonel Ray.

"Kami berencana untuk menyusulmu dan Kolonel Ryota. Karena kudengar dari Jendral, anda sedang mencoba untuk menghentikan Kolonel Ryota yang akan mengamuk" ucap Ryouichi.

"Yah, memang benar aku sedang menghentikan amukan dari Kolonel Ryota. Namun… Yah ada beberapa kejadian yang tak terduga terjadi" ucap Kolonel Ray sembari menggaruk kepalanya.

"Lalu apa yang terjadi dengan Kolonel Ryota?" ucap Ryouichi dengan penuh kekhawatiran.

Kolonel Ray hanya bisa tersenyum kecil mendengar pertanyaan Ryouichi.

"Kalau kau mencari Kolonel Ryota, dia ada dibelakang" ucap Kolonel Ray sembari berbalik badan dan menunjuk Kolonel Ryota.

"Kolonel…" ucap Ryouichi lirih.

Ryouichi berjalan dengan penuh keraguan kearah Kolonel Ryota. Kolonel Rose, Kolonel Ray dan juga Letnan Satu Shizu hanya bisa membiarkan mereka berdua bertemu. Akhirnya keduanya saling bertemu satu sama lain.

"Ko-Kolonel, apa kau baik-baik saja? Seragammu kau penuh dengan darah" ucap Ryouichi.

"Aku baik-baik saja, ini bukan darahku. Ini darah dari demon yang baru saja ku kalahkan tadi" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi tidak berani menatap mata dari Kolonel Ryota dan hanya menundukkan kepalanya ketika berbicara kepada Kolonel Ryota.

"Oh…begitu, Kolonel… Aku---" ucap Ryouichi namun terpotong oleh ucapan oleh Kolonel Ryota.

"Ryouichi..."

Ryouichi pun mendongak ke atas dan melihat Kolonel Ryota.

"~BUK!"

Kolonel Ryota meninju wajah dari Ryouichi.

Ryouichi yang terkena pukulan itu pun jatuh terduduk ke tanah. Dia hanya bisa memegang pipinya yang di tinju oleh Kolonel Ryota.

"Ryouichi!" teriak Kolonel Rose.

Kolonel Rose hendak menghampiri Ryouichi, namun Kolonel Ray menarik tangan dari Kolonel Rose dan menggelengkan kepala mengisyaratkan untuk tidak ikut campur dalam urusan Ryouichi dan Kolonel Ryota.

"Tolong berhenti Kolonel Rose…" ucap Kolonel Ray.

"Tapi Kolonel Ryota tidak mengatakan apa-apa dan malah meninju Ryouichi!" ucap Kolonel Rose dengan nada tinggi.

"Kau mungkin tidak tahu tentang hal ini. Namun begitulah cara Kolonel Ryota menunjukkan bahwa dia sebenarnya sangat peduli dengan Ryouichi" ucap Kolonel Ray.

Kolonel Rose pun terdiam dan membatalkan niatnya untuk menghampiri Ryouichi.

"Kau sudah mengerti kesalahanmu apa?" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi masih belum berani menatap mata Kolonel Ryota,dia masih menunduk kebawah.

"Aku sudah tahu kesalahanku apa Kolonel" ucap Ryouichi.

"Bagus kalau kau sudah mengerti, kau kukenai hukuman pembebasan tugas selama 5 hari" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi hendak mengatakan bahwa dia keberatan dengan keputusan Kolonel Ryota, namun dia teringat akan perbuatan yang dia lakukan sehingga dia membatalkan niatnya.

"Aku mengerti Kolonel, maaf atas kesalahanku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi" ucap Ryouichi.

"Sekarang berdiri!" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun bangkit dan berdiri, namun pandangannya masih menunduk.

"Lihat ke mataku sekarang Ryouichi" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun melihat mata dari Kolonel Ryota, namun hal yang dia lihat bukanlah tatapan seorang atasan yang marah kepada bawahannya. Yang dia lihat adalah mata yang berkaca-kaca menahan tangisannya, tatapan itu penuh dengan rasa sedih dan bahagia. Tidak terlihat tatapan marah sama sekali.

"Kolonel?--" ucapan Ryouichi terhenti ketika Kolonel Ryota memeluk Ryouichi dan menangis pelan.

"Syukurlah kau baik-baik saja, kupikir aku akan kehilangan orang terdekatku lagi" ucap Kolonel Ryota sembari menangis.

"Aku-- aku… Minta maaf."

Mata Ryouichi pun berkaca-kaca dan akhirnya berubah menjadi tangisan.

Momen itu adalah satu-satunya momen dimana Ryouichi merasa kehangatan dari sebuah pelukan. Sebuah pelukan yang berasal dari sosok yang dia anggap ayah dan juga keluarga.

Kolonel Rose, Kolonel Ray dan juga Letnan Satu Shizu hanya tersenyum bahagia melihat Kolonel Ryota dan juga Ryouichi. Kolonel Ryota pun melepaskan pelukannya dari Ryouichi dan melihat kearahnya.

"Bukankah ada sesuatu yang ingin kau katakan kepadaku?" ucap Kolonel Ryota.

"Aku kembali, ayah" ucap Ryouichi tersenyum dengan masih terlihat air mata yang jatuh.

Setelah mereka berdua tenang, barulah Kolonel Rose, Kolonel Ray dan juga Letnan Satu Shizu menghampiri mereka.

"Kolonel Ryota, apa anda benar baik-baik saja?" tanya Letnan Satu Shizu.

"Aku baik-baik saja, yang ingin kutanyakan adalah kenapa kau bisa bersama Ryouichi dan Kolonel Rose?" tanya Kolonel Ryota.

"Jendral lah yang memberi perintah untuk menemani Kolonel Rose dan juga Ryouichi" ucap Letnan Satu Shizu.

"Jendral sialan, apa lagi yang direncanakannya" ucap Kolonel Ryota.

"Oi…Ryota. Bukankah sebaiknya kita kembali ke markas provinsi timur dulu?" celetuk dari Kolonel Ray.

"Ah, kau benar. Sebaiknya aku cepat kembali untuk mengurus hal yang tidak sempat ku urus"ucap Kolonel Ryota.

"Kita bisa kembali memakai jeep yang kubawa, ahh--" ucapan Ryouichi terhenti ketika dia melihat mobil jeep yang sudah rusak parah.

"Sudah jelas kita tidak bisa memakai jeep itu lagi" ucap Kolonel Ray.

Kolonel Ray, Kolonel Ryota, Ryouichi dan Letnan Satu Shizu melempar pandangan mereka ke Kolonel Rose. Terlihat Kolonel Rose yang kaget ketika pandangan semua orang tertuju padanya.

"Ma--maaf" ucap Kolonel Rose dengan rasa bersalah sembari memainkan jarinya.

"Kalau begitu tidak ada pilihan lain."ucap Letnan Satu Shizu.

"Memangnya kau ada cara lain, Shizu?" tanya Ryouichi.

"Tentu saja ada" ucap Letnan Satu Shizu sembari tersenyum.

Letnan Satu Shizu pun terlihat merapal sihir dan muncul lingkaran sihir ditanah. Dari lingkaran sihir itu pun muncul seekor burung elang besar.

"Wah! Jadi kau bisa memanggil hewan seperti itu?" ucap Ryouichi dengan kaget.

"Kalau begitu, semua silahkan naik" ucap Letnan Satu Shizu.

Dan mereka berlima kembali menuju ke markas provinsi Timur dengan burung elang yang merupakan familiar dari Letnan Satu Shizu. Sementara Astaroth masih melarikan diri dan dikejar oleh pria misterius itu.


CREATORS' THOUGHTS
Hayate_sensei Hayate_sensei

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login