Download App

Chapter 2: Nihil

Hari pertama,kedua,ketiga sampai hari ketujuh pencarian Reka tak membuahkan apa apa. Mencari keberadaan seorang Kinara Aninar tak ayal seperti mencari sebutir pasir hitam di antara tumpukan pasir putih.

Reka yakin seyakin-yakinnya tak satupun tempat di kota kembang ini yang terlewat dari mulai kawasan industri, perkantoran, gang gang kecil,rumah pinggiran jalan bahkan sampai ke pemakaman sudah Reka telusuri tapi tetap saja hasilnya zero.

"Kira kira ada tempat yang gue lewatin gak ya Ki."

"Gak Rek, gue tahu loe udah berusaha sekeras yang loe bisa."

"Jadi gue rasa Nina memang tak ada disana Rek,tapi mungkin gak sih kalo Nina itu sudah..''

''Apa...'' bentak Reka tak suka ada yang menerka nerka hal buruk tentang keberadaan Nina.

''Nina pasti masih hidup Ki ,gue yakin itu hanya saja dia pasti sedang bersembunyi dari gue sekrang.''

''Ya semua orang juga tahu dia pergi, kabur dari loe tapi menghilangnya dia gak bakal seganjil ini Reka,jika tak ada dalang dibelakangnya.''

''Jadi maksud loe Nina ada yang...'' terka Reka.

''Ya gue rasa ada orang lain yang terlibat dalam hilangnya Nina.''

Reka memang sempat berpikir demikian mengingat betapa susahnya mencari jejak Nina bahkan satu jejak saja yang di tinggalkan oleh sang istri itu tak ada. Tapi yang menjadi pertanyaan nya siapa yang menjadi dalang di belakang semua ini.

''Ya. Kalo nggak mana mungkin orang seperti Nina yang seorang diri di dunia ini

begitu sulit untuk dicari.Kepolisian aja nyerah Reka,orang orang loe aja banyak yang anagkat tangan kalo gak ada seseorang di balik ini semua masa sih sampai sesulit ini.''

Omongan Koki memang ada benarnya juga,tapi tetap saja Reka tak bisa menerka kira kira siapa orang yangIni berani demikian.Mengingat tak ada orang besar di sisi Nina selain dirinya.

''Loe mencurigai seseorang gak,Ki'' tanya Reka penasaran.

Satu dua menit tak terdengar apa pun disambungan telpon itu, hanya suara angin yang terdengar. Sepertinya kedua laki laki ini tengah sibuk dengan pikirannya masing masing untuk menerka nerka.

''Ki,Koki....'' panggil Reka tak sabaran karena terlalu lama Koki diam .

''Bentar napa...'' bentak Koki tak senang Reka menggangu fokusnya.

Tuttt....tutt....

Reka menutup sambungan telpon, dirasa percuma memaksa Koki untuk memberi jawaban sekarang karena Reka tahu sahabatnya tak suka mengutarakan pendapatannya jika belum final dengan semua pertimbangan yang matang.

Lelah fisik itu adalah suatu yang pasti bagi Reka, tapi yakinlah itu tak seberapa di banding lelahnya batin. Penyesalan,perasaan bersalah dan cinta yang belum ia utarakan terasa sangat menyiksa batin dan raganya sekaligus.

Reka Adimas yang sekarang bukanlah Reka Adimas yang dulu. Banyak perubahan dalam diri Reka termasuk perubahan fisik. Reka Adimas yang dulu selalu tampil ferpect kini tak lagi peduli dengan itu,rambutnya yang dulu selalu tertata rapih kini tak ubahnya seperti rambut anak berandalan. Rambutnya yang sekarang panjang bahkan bisa di ikat cepol di belakang. Rambut bagian yang lain pun tak kalah terbengkalainya kumis, cambang bahkan kini Reka sedikit brewokan.

Entahlah mengapa gadis yang dulu sangat Reka benci kini bisa menghancurkn kehidupannya hanya dengan satu tindakan,yaitu meninggalkannnya.

''Menikah dengan mu adalah kesalah terbesarku Aninar. Andai dulu aku tak gegabah mungkin aku sudah bahagia bersama Elin sekarang.''

''Kamu menjadi istriku hanya sebuah kebetulan Nina. Statusmu ini hanya sementara.''

Mengingat semua kejahatan yang Reka lakukan pada Nina membuat Reka selalu sadar jika ini semua karma yang harus ia terima atas perbuatannya sendiri. Tapi apa harus sesakit ini, apa rasa sakit yang Nina alami dulu lebih dari ini.

''Kamu tahu Nin,istriku selamanya hanya akan kamu.Selamanya hanya kamu yang pantas menjadi istriku,hanya kamu wanita terbaik yang ada disisiku.'' gumam Reka sebelum terpejam menjemput mimpinya yang selalu ia harap bisa bertemu sang kekasih disana.

* * * * * *

Jakarta....

Sedangkan itu Reni sang ibu yang tentu saja ikut merasakan kesulitan sang putra, tak henti hentinya berusaha menolong sebisanya.

Mengingat Reka adalah putra semata wayangnya jadi tak mungin ia mengabaikan kebahagian sang putra. Harapan Reni tentu saja sama seperti ibu ibu diluar sana yang ingin anaknya bahagia, apalagi Reni merasa semua kemalangan yang menimpa sang putra adalah kesalahannya juga.

Andai saja ia bisa tegas akan Reka dan memberi sedikit kekuatan pada menantunya,mungkin ini semua takkan terjadi. Reni takkan melihat anaknya menangis karena beratnya menahan rindu seperti dirinya dulu.

''Udahlah biar anak itu mengurusi masalahnya sendiri. Nina pergi karena kesalahannya punya istri bukannya disayang malah ditelantarin.''

Omel Brata yang sudah bosan mengurusi kehidupan anaknya.Apalagi melihat istrinya yang selalu bersedih seakan akan kepergian Nina menantunya itu karena dia,padahal Brata tau itu bukan kesalahan Reni.Itu murni kesalahan Reka.

''Tapi aku khawatir pak,ini sudah tiga tahun berlalu dan Reka masih saja terkukung masa lalu.Aku ingin melihat Reka bahagia pak,bukan menderita seperti ini.'' ucap Reni tak suka dengan sikap sang suami.

''Kamu pikir aku senang melihat dia seperti itu. Selalu pergi keluyuran tak jelas dan meninggalkan tanggung jawab begitu saja.Dia itu sudah dewasa harusnya bisa menyikapi ini semua dengan bijaksana, masih banyak Nina nina di luaran sana harusnya Reka tinggal pilih mau yang mana.''

''Enteng sekali kamu berkata seperti itu,pak.'' protes Reni tak suka.

''Ini bukan sikap dewasa ataupun bijaksana Pak,tapi ini tentang perasaan tentang hati.''

Brata terdiam,ia pikir percuma berdebat tentang hal ini karena ia tau istrinya itu penganut kepercayaan semacam itu,bagi Reni perasaan yang bernama cinta itu penting.Dan ya Brata akui keajaiban dari perasaan cinta itu pernah ia rasakan.

''Aku sangat ingat,malam itu Nina berpamitan akan pergi ke Bnadung dan menetap disana.Tapi dimana ia sekarang.'' gumam Reni yang masih mengingat dengan jelas bagaimana mentunya itu berpamitan.

''Kesalahan yang sudah Reka perbuat itu bukan hal yang mudah untuk dimaafkan,maka wajar Nina ingin melupakan dan meninggalkan semua nya.''

Brata mengerti anaknya sudah sangat keterlaluan pada Nina dan jujur sebagai seorang laki-laki ia malu dengan apa yang diperbuat anaknya. Ya semua yang Reka lakukan pada Nina membuatnya meerasa gagal menjadi orang tua.

Tringgg....

Ditengah tengah oborolan panas mereka,terdengar sebuah pesan masuk kedlam handphone Reni.

''Waaaaa.....'' kejut Reni saat membuka pesan itu.

''Ada apa bu,apa...'' cecar Brata ingin tahu.

''Ini pak coba lihat ini.''

''Allhamdulillah....'' ucap syukur Brata begitu tahu ini adalh sebuah kabar baik.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login