Download App

Chapter 4: KMAS 4 Terjaga

Cleine mengerjabkan matanya karena cahaya yang berasal dari kaca yang terletak tidak jauh dari tempatnya berbaring. Cleine langsung duduk dan mengucek matanya kemudian kembali mengerjabkan matanya untuk memastikan. Di depannya tampak televisi yang sangat besar yang menempel di dinding. Kamar ini begitu luas dan tampak jelas ada bathtub yang hanya dibatasi oleh kaca bening. Ia merasakan selimut yang dipakainya dan ia tahu semua yang ada di ruangan ini menjeritkan kata mahal dan berkelas.

Kalau diinga-ingat lagi, seharusnya Cleine berada di acara reuni sekolahnya. Akan tetapi mengapa ia malah berada di sebuah kamar asing yang dia sendiri tidak tahu siapa yang sudah membawanya ke tempat ini. Kepalanya pening dan Cleine memijatnya. Cleine baru sadar kalau gaunnya sudah tidak melekat di tubuhnya lagi. Ia kebingungan kenapa ada kemeja pria yang ia pakai. Kemeja warna hitam itu terlihat seperti dress yang menutupi hingga setengah bagian pahanya. Tidak mungkin hantu yang memindahkan dirinya ke sini.

Cleine melihat pemandangan pagi yang terpampang di depannya. Dari kamar itu ia bisa melihat gedung-gedung dan itu cukup indah. Andai ia berada di tempat itu pada malam hari pasti akan lebih indah lagi pemandangan yang tersaji untuk Cleine. Kali ini Cleine harus mencari tahu mengenai keberadaannya. Ia harus pulang sebelum ada masalah yang timbul.

Masih dengan rambutnya yang kusut, Cleine mencari bajunya. Meskipun kemeja kebesaran yang ia pakai cukup nyaman, tapi itu bukan miliknya. Entah siapa yang membawanya kemari ia perlu tahu secepatnya.

Klik.

Pintu terbuka dan seorang pria dengan setelan formalnya sudah berdiri di sana. Perlahan Areez mendekati Cleine yang sibuk menilai. Cleine agak gugup ketika ada pria yang terlihat sangat tampan tiba-tiba menghampirinya. Sedikit demi sedikit ia mulai mengingat. Pria di depannya adalah orang yang mengajaknya berdansa semalam. Anehnya kenapa semalam pria di depannya terlihat tampan meskipun samar, sedangkan sekarang kata tampan saja tidak cukup untuk menggambarkan sosok Areez yang tingginya sekitar 180 cm itu. Kedatangannya cukup mengintimidasi Cleine dan gadis itu tidak bisa berkutik lagi di tatap begitu dalam oleh pria beriris biru yang menurutnya sangat langka itu.

"Kau sudah bangun, Cleine?"

Pria di depannya terlihat akrab sekali dengannya padahal baru kali ini Cleine mengenalnya dalam keadaan sepenuhnya sadar. "Kau mengenalku?"

Pria di depannya tertawa tanpa suara, lesung pipinya tercetak dan itu tidak luput dari pandangan Cleine. "Jangan bilang kau melupakanku? Itu sangat melukai harga diriku, Nona."

"Aku … aku memang melupakanmu, maaf." Cleine jadi serba salah. "Aku … aku mau pulang." Kosakata milik Cleine langsung hilang. Pria di depannya memiliki potensi yang sangat besar dalam menghilangkan kewarasan dari wanita yang lemah seperti dirinya. Pesona Areez sangat keterlaluan bahkan setiap inchi tubuhnya mengatakan kalau dirinya diciptakan hanya untuk kesempurnaan. Apa ketika dirinya mati nanti ia akan menemui para malaikat setampan Areez?

"Perkenalkan, aku Areez." Pria bernama Areez meraih salah satu tangan Cleine dan mengecup punggung tangannya.

Sialan, Cleine terdiam seperti patung ketika Areez memperlakukannya begitu istimewa. Ia seperti melakoni drama zaman dahulu dengan tokoh pangeran dan putri kerajaan sebagai pemeran sentralnya.

"Pelayan akan membawakan pakaianmu. Aku menunggumu di meja makan untuk sarapan." Areez berkedip kepada Cleine yang seperti kehilangan kesadarannya.

"Eh, iya? Terima kasih."

Areez pergi meninggalkan Cleine seorang diri. Gadis itu mengingat-ingat nama pria yang baru saja membuatnya gugup setengah mati. Tuhan terlalu baik ketika menciptakan Areez. Ini sangat tidak adil, ia begitu tampan dan semua yang melekat di tubuhnya memiliki nilai yang luar biasa karena dibuat oleh desainer terkenal. Sudah bisa dipastikan jika Areez adalah pria yang memiliki kekayaan diatas rata-rata. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sebentar lagi merencanakan untuk bunuh diri karena sudah bosan hidup.

Dua orang pelayan masuk. Mereka memiliki seragam yang sama dan terlihat ramah. Mereka menanyakan kebutuhan Cleine dan membantu Cleine sebisa mereka, meskipun gadis itu banyak menolak. Seumur hidup dirinya jarang dilayani seperti seorang putri dari keluarga yang sangat kaya. Tidak sampai setengah jam Cleine sudah siap untuk menghadapi pangeran yang membawanya kabur semalam.

Cleine menuruni tangga melingkar yang membawanya untuk makan bersama Areez. Ruangan besar menyambut Cleine dengan lampu kristal yang sangat besar menggantung di langit-langit. Ia baru menemukan rumah semewah ini di sebuah gedung apartemen. Entah berapa lantai yang dijadikan tempat tinggal oleh Areez. Tampaknya Areez sangat ahli dalam menikmati kekayaannya. Cleine penasaran apa pekerjaan dari Areez sehingga bisa terlihat kaya.

"Kau lebih terlihat baik, daripada tadi. Ayo sarapan, kau bisa memilih apapun yang kau mau, Cleine."

"Maaf sudah membuatmu menunggu." Cleine duduk di tempat yang sudah disiapkan oleh pelayan pria di dekat Areez. "Terima kasih." Cleine berbisik kepada pelayan yang terlihat berwibawa itu.

Areez bukan manusia yang terbiasa berbicara ketika sedang makan. Cleine canggung sekali dan memaksakan diri untuk terbiasa. Ini bukan makan pagi, makanan yang dihidangkan di meja begitu banyak bahkan hanya dirinya dan si tuan rumah yang memakannya. Cleine percaya jika mereka berdua tidak akan menghabiskan semuanya. Diam-diam Cleine mengamati betapa anggunnya Areez ketika menyantap makan paginya. Gayanya sudah mirip seperti pangeran sesungguhnya.

Dua orang pelayan segera mengambil piring Areez dan perlengkapannya yang lain ketika pria itu menyelesaikan kegiatannya. Cleine terlalu sibuk melihat sambil berpikir sehingga makannya menjadi sangat lambat. Ia hanya tidak percaya dirinya berada di situasi yang serba membingungankan. Cleine sempat berpikir kalau dirinya sudah mati.

"Aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak perlu repot-repot, aku bisa pulang sendiri." Cepat-cepat Cleine menjawab.

"Aku harus bertanggung jawab atas kelancanganku yang membawamu ke apartemenku. Aku tidak tahu rumahmu."

"Tidak apa-apa, aku mengerti." Secepat kilat Cleine menghabiskan sarapannya. Ingin pulang secepatnya sebelum jantungnya lari dari tempatnya.

"Cleine, aku tidak menerima penolakan." Areez menatap Cleine tajam.

"Baiklah." Cleine pasrah. Ia tidak punya pilihan lain daripada ia tidak bisa pulang.

"Tidak perlu tergesa-gesa, lagipula kau tidak punya kegiatan karena baru saja resign, kan?"

Cleine hampir menjatuhkan sendoknya, darimana Areez tahu kalau dirinya sudah tidak memiliki pekerjaan?

"Dari namamu saja aku tahu sedikit tentang dirimu, namaku benar Cleine Agnella Foster, kan?"

Cleine terkejut, pria di dekatnya begitu berbahaya. Dia memiliki kekuasaan yang mengerikan hingga dengan mudahnya mengetahui riwayat hidup seseorang hanya dari namanya saja. Ia terlihat sangat tampan dan luar biasa dengan pakaian mahalnya. Tempat tinggalnya saja sangat indah dan megah. Cleine mencubit pipinya berharap kalau semua ini adalah mimpi.

"Kenapa kau mencubit pipimu, Cleine? Kau sedang makan bukan sedang bermimpi." Areez kembali tertawa geli atas tingkahnya yang mungkin aneh di matanya.


CREATORS' THOUGHTS
EsterinaAllen EsterinaAllen

Tetap dukung Ester, karena aku harus menyisihkan waktu untuk menulis di sini. Oke, aku akan sangat menghargai kalian yang memberikan beberapa patah kata untuk menyapaku.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login