Download App

Chapter 4: Dia Menyukaiku

Aku baru sampai di sekolah, masih pagi dan masih sepi tapi tumben sekali Dwi sudah datang 10 menit setelah ku biasanya dia selalu datang 10 menit sebelum bel masuk.

Dia ngasih aku surat katanya dari Bimo, jangan heran kenapa dia bisa nitip ke Dwi karna Bayu pacarnya Dwi dan Bayu itu kawan dekatnya Bimo dari mulai pindah ke sini tambah satu lagi Akbar, mereka memang kelihatan sering bertiga.

Yang aku herankan buat apa dia kirim surat? Kan bisa lewat sms atau telpon, hari gini ngirim surat... seperti norak sekali waktu itu ku pikir, padahal kalau diingat-ingat sekarang hal itu tidak masalah dan justru tidak Mainstream kan.

Surat nya biasa saja tidak pakai kertas warna, tidak disemprot parfum, ya biasa saja pakai kertas putih dan amplop putih. Lalu ku buka surat itu, masih desegel kuat itu berarti belum dibaca Dwi, kemudian aku baca isi suratnya

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Hai, Araya Shofi Hasan!!

Kamu cantik,

Aku menyukaimu..

Dari semenjak aku tanya namamu tempo hari..

Aku mau izin,

Boleh kan aku menyukaimu?

Boleh kan aku mendekatimu?

-Bimo Gentama "Raya"-

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Aku tercenung sesaat dan baru sadar kalo nama ku sama dengan nama belakang nya. Astagaa!!

Lalu cepat-cepat ku masukkan surat itu ke tas ku, takut kalau-kalau ada yang melihat apalagi Sari, aku takut melukainya karna aku tau dia menyukai Bimo.

Pikiranku langsung dipenuhi oleh isi surat itu, singkat tapi cukup bikin aku kaget, aku belum menyukainya waktu itu, biasa saja.

Bel masuk, kawan- kawan sekelasku juga sudah lengkap dan guru juga sudah mulai mengajar tapi entah kenapa aku tidak bisa fokus, pikiranku teralihkan karna surat itu.

Ingin rasanya ku bilang ke dia 'heh! kamu, kenapa harus minta izin untuk menyukai aku? Itu hak-mu; itu perasaanmu; jadi itu urusanmu mau kau pakai untuk apa!.'

Sudah waktunya istirahat dan aku belum bisa keluar kelas karena sibuk mencatat tugas gara-gara aku tadi melamun sepanjang pelajaran, kamu tau kan kenapa aku melamun.

10 menit kemudian aku akhirnya selesai dan langsung ke kantin menyusul Dwi, dia sedang duduk dengan Bayu, aku tadinya ingin duduk di tempat lain gak enak kalo mengganggu mereka, tapi mereka bilang gak apa-apa dan menyuruhku gabung, jadilah aku duduk disana sambil makan batagor dan ngobrol ini-itu yang gak penting, Sari sedang sibuk rapat dengan pengurus ekskul PMR karena kalau tidak salah mereka akan bikin kegiatan, jadi dia tidak makan bareng kami.

Aku? Kalau aku ikut ekskul jurnalistik dengan Dwi juga, tugasnya mengisi mading di sekolahku, karna aku suka baca biasanya aku juga coba-coba untuk nulis, kadang cerpen, kadang puisi, yaah...itung- itung belajar walaupun tulisanku sebenarnya juga biasa saja.

Yang penting mau mencoba kan?

Kemudian Bimo dan Akbar datang dari kantin Pak Budi, penjaga sekolah yang istrinya jualan dan teras rumah nya dijadikan kantin, anak-anak cowok banyak yang suka jajan disitu supaya bisa merokok, karena lokasi kantinnya ada dibelakang gedung sekolah dan jauh dari pantauan guru-guru. Ku tebak dia juga begitu.

"Hai, Raya" Dia senyum padaku.

"Iya hai"

Aku tidak tau terlihat seperti apa, tapi yang jelas aku salah tingkah teringat surat itu. Lalu dia duduk di kursi sebelah ku dengan menyandarkan punggung nya ke sandaran kursi dan posisinya agak menyerong menghadap Akbar yang duduk sendiri, dia sedikit membelakangiku dan lebih dekat padaku.

Dia wangi sekali....sama sekali tidak bau rokok, padahal aku yakin dia juga merokok.

Bahu kirinya sangat dekat denganku, bikin aku tambah bingung harus bagaimana, akhirnya ku putuskan untuk tetap makan batagorku dan diam saja.

Dia ngobrol dengan Akbar dan Bayu dan sesekali Dwi juga ikut ngomong, hanya aku yang diam, mereka terkadang ketawa karna omongannya Bimo tapi anehnya dia tidak ketawa padahal omongannya lucu, aku hampir ketawa kalo saja tidak ku tahan, gengsi kan..

Terus tiba-tiba dia ngomong begini :

"Raya, aku tebak kamu sudah tau namaku"

Katanya sambil mengubah posisi duduknya jadi sedikit menghadap aku.

"Sudah" Ku jawab tanpa melihat ke dia dan sambil makan batagor ku.

"Siapa?"

"Bimo"

"Yang lengkap"

"Memang aku harus tau nama lengkap kamu?"

"Haha..enggak, tapi aku tau kamu sudah tau"

maksudnya dia tau kalo aku tau nama lengkapnya.

"Iya deh, Bimo Gentama Raya"

"Kamu tau apa artinya?"

"Apa?" Kujawab tanpa melihatnya.

"Artinya tuhan sudah mentakdirkan kamu denganku, dan orangtua ku merestui makanya ada nama kamu di belakang namaku, kelak namaku yang akan ada di belakang nama mu, percayalah"

Aku jadi senyum tapi tetap gak melihatnya

"Ngarang ih"

"Percaya gak?"

"GAK!"

"Ahahahaha"

Dia ketawa, yang lain juga sambil menggodaku, aku cuma bisa senyum dan makan batagorku yg tinggal sedikit.

Maluuuu....!!!

Dasar Gila!! Pikirku dalam hati, bisa-bisanya dia ngomong begitu dengan santai dan suara yang lumayan lantang didepan banyak orang dan gak merasa malu sama sekali, aku yang jadi malu sendiri karena orang-orang yang duduk dekat kami semua melihat pada kami sambil cekikikan atau senyum-senyum, bahkan mungkin mereka merasa geli mendengar pernyataan absurd yang tiba-tiba itu.

"Kayaknya kamu suka banget batagor" katanya lagi.

"Hah? Enggak juga," jawabku sambil menoleh padanya sebentar.

Tunggu! Mukanya kenapa deket banget, jadi kaget sendiri.

"Jadi sukanya apa?" Maksudnya aku sukanya makan apa?

"Apa aja, aku gak milih- milih makanan" jawabku sekenanya karna sudah gak fokus, siapa juga yang bisa fokus kalo muka orang itu dekat sekali.

"Hehe..oke" balasnya yang aku gak ngerti oke untuk apa? Oke karena paham? Akh! Entahlah, Aku berasa seperti orang bego.

Aku diam saja dan gak menanggapi lagi omongannya.

Mungkin dia sadar aku malu, jadi dia mulai ngobrol dengan yang lain dan gak lagi mengusikku yang sedang sibuk ngunyah batagor yang aku sudah tak tau lagi rasanya.

Mereka ngobrol soal banyak hal dan aku tidak bisa cerna karena masih salah tingkah?

Yah pokoknya tidak bisa fokus sama sekali, rasanya mau kabur aja cepat-cepat ke kelas tapi kan gak mungkin, batagorku belum dibayar lagipula apa kata mereka nanti kalau aku tiba- tiba pergi begitu saja, pasti jadi bahan tertawaan kan.

Jadi aku memutuskan untuk sok Cool menunggu sampai dia pergi atau bel masuk berbunyi.

Tak lama orang itu beranjak dan sambil berlalu dia bilang :

"Ray, nanti kalau ada telfon, angkat ya itu dari aku, gak boleh dicuekin ntar dosa"

Setelah itu dia senyum padaku, aku tau karena aku sempat melihat padanya sekilas lalu kemudian dia jalan membelakangiku..

Dasar orang aneh, gak ngerti deh!


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login