Download App

Chapter 2: 1.

[Yeri POV]

12 Des 20xx

Musim salju tahun ini sudah mulai turun di Seoul, banyak anak-anak keluar untuk menyaksikan keindahan salju yang turun. Padahal ini hanya sebuah salju putih yang berasal dari air jika kau mencicipinya.

Aku berjalan ke arah halte bus sembari menunggu bus tujuanku, ku hidupkan Mp3ku sambil mencolokkan earphone berwarna putih ke telingaku.

Aku menunggu lebih dari sepuluh menit tapi bus tidak juga muncul, aku mulai khawatir kalau aku tidak akan pulang karena salju ini.

Kutatap langit sore yang dituruni salju, informasi dari berita cuaca mengatakan kalau sore ini akan ada badai salju yang membuat para warga harus cepat pulang ke rumah.

Yaps, benar sekali. Sekitar pukul tiga sore badai salju datang secepat kilat tanpa melihat orang, dan saat ini aku terjebak didalam badai salju.

Banyak orang berlarian karena badai salju ini. Seharusnya orang dewasa dan anak kecil bermain tapi karena badai salju semuanya terhenti.

Aku masih duduk di halte sambil melihat jatuhnya salju yang amat kencang seperti bom yang dijatuhkan oleh pesawat dari langit, tiada henti sama sekali.

Kurapatkan jaketku agar hangat tidak hilang dari tubuhku, sekarang aku menggerutu karena tidak mendengarkan cakap ibu tadi pagi.

"Permisi?"

Suara bariton itu membuyarkan kekesalanku. Aku menoleh kesamping dan menemukan seorang pria duduk disampingku mengalami hal yang sama denganku, terjebak dibadai salju.

"Permisi, apa boleh aku meminjam sebentar sarung tanganmu? Aku lupa membawa sarung tanganku saat ke kantor tadi."

Aku menatapnya dengan bingung, bagaimana bisa dia keluar kantor dan berlari ke halte bus padahal dia tahu kalau saat ini sedang badai?

Pastinya jika aku sepertinya aku akan tetap tinggal dikantor menunggu badai selesai kalau perlu aku menginap di kantor jika perlu.

Tapi aku tidak punya pilihan lain, aku merasa kasihan padanya. Wajahnya sudah terlihat pucat karena dinginnya badai ini.

Aku pun melepaskan kedua sarung tanganku dan memberikannya pada pria itu. "Terima kasih." Sahutnya.

Aku hanya mengangguk dan kembali menatap badai salju yang tiada henti ini.

"Aku berharap salju segera berhenti dan kita bisa kembali ke rumah masing-masing." suara pria itu kembali terdengar ke telingaku.

Aku melirik ke arahnya, ia menatapku sambil tersenyum pucat. Ia sejenak menatapku lalu kembali melihat salju begitupun juga aku.

"Bagaimana jika salju ini tidak berhenti? Apa kita harus tinggal di halte seperti ini?"

Aku kembali menoleh kepadanya dan kami saling bertatap muka. "Jangan katakan hal seperti itu. Salju akan segera reda jadi bersabarlah."

"Kalau tidak berhenti juga bagaimana? Kau tidak takut berada di halte?

"Bagaimana denganmu? Apa kau juga takut berada di halte?" tanyaku mengulang pertanyaannya.

"Kenapa aku harus takut jika aku punya teman disini? Kita sama-sama terjebak bukan?" Jawabannya sangat benar sekali.

"Maaf? Apa anda tadi mengatakan kalau kita teman? Bahkan saya tidak tau siapa anda."

Pria itu hanya tersenyum lirih mendengar perkataanku. Pertanyaannku tidak salah bukan, aku tidak mengenalnya tapi ia menganggapku teman.

"Maaf jika aku mengatakan kita teman padahal kau sendiri tidak mengenalku. Aku Ray Choi, sekarang kau sudah mengenalku bukan?"

"Namanya tidak asing." batinku dalam hati.

"Nama yang bagus, aku Yeri Ayumi."

"Yeri ya? Nama yang cantik. Aku akan selalu mengingat nama itu."

Aku tersenyum karena mendengar jawabannya, sungguh pria yang aneh. "Tidak perlu sampai mengingatnya, lagipula kita tidak akan pernah bertemu seperti ini lagi."

"Aku yakin kalau kita akan bertemu beberapa hari lagi." Jawabnya dengan tegas membuatku sedikit terperangah mendengarnya.

"Baiklah jika kau katakan seperti  itu. Aku harap kita bertemu lagi." Ia mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Aku akan pergi sekarang, terima kasih atas sarung tangannya tapi aku tidak membutuhkannya lagi." Ia melepaskan sarung tanganku lalu berdiri.

Aku kaget saat melihat ia tiba-tiba saja berlari disaat badai salju masih menyerang. Badai itu membuat tubuhnya hilang secepat mungkin dari pandanganku.

Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi untuk kedua kalinya.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login