Download App

Chapter 3: MELIHATMU

San dan Mila, keduanya menikmati waktu berbelanja mereka dengan berkeliling ke berbagai gerai brand pakaian ternama yang ada di mall itu. Si manis Carmila Angelica telah menemukan gaun yang akan dikenakannya untuk prom night besok di gerai sebelumnya. Ia memilih long dress berwarna dark blue dengan potongan di bagian belakang yang sedikit terbuka, mengeskpose punggung seksinya. Ia sadar akan kelebihan dari kulit eksotisnya pasti akan cocok jika dipadukan dengan gaun pilihannya yang menurutnya seksi tapi terkesan elegan. Karena merasa bosan selama menunggu San mencoba gaunnya di fitting room, Mila memilih untuk menghabiskan waktunya dengan membaca majalah fashion yang disediakan gerai tersebut.

'Wah! It's my style,' pikirnya terpesona akan keseksian gaun press body berwarna hitam yang dilihatnya.

Pintu ruang fitting yang digunakan San terbuka. Selang beberapa menit, keluarlah San yang kini berbalut short dress berwarna merah marun. Dibandingkan dengan gaun pilihan Mila, gaun San terkesan jauh lebih tertutup karena hanya sedikit memamerkan bagian pundak San. Payet di bagian atas menambah keindahan di gaun sederhana itu.

"Mil, menurutmu gimana?" tanya San meminta pendapat dari sahabatnya. "Cocok gak buat aku?"

Fokus Mila terhadap buku yang dibacanya buyar saat mendengar suara San. Mila merubah posisi duduknya dan bersendekap sembari menilik sahabatnya dari ujung kepala hingga kaki. Dengan gayanya yang sok serius saat menilai gaun pilihan sahabatnya, Mila mengusap dagunya dengan satu tangan layaknya juri profesional.

"Hmmm seleramu tidak buruk, Nona San," komentar gadis bermata belo sembari menahan tawanya karena malu dengan kualitas akting abal-abalannya. "Seleramu old fashion banget lah, San. Sekali-kali pakai yang lebih seksi coba," lanjutnya jujur yang langsung dihadiahi sebuah jitakan penuh cinta dari sahabatnya.

"Awwww!" erang Mila mengaduh sakit.

"Aku mengambil gaun ini," kata San pada seorang pegawai toko yang melayani dan membantunya sedari tadi tanpa menghiraukan keluhan Mila.

San masuk kembali ke ruang fitting untuk berganti pakaian dan tak lama kemudian dirinya keluar. Diserahkannya gaun yang tadi dicobanya ke pegawai tersebut untuk dipacking. San menghampiri sahabatnya yang kini berdiri di dekat meja kasir. "Makasih ya, Mil. Kalau bukan karena paksaanmu mungkin aku akan memakai gaun yang kupakai buat prom night tahun lalu."

"Beruntungkan punya sohib macam aku?" tanya Mila kepedean dengan cengiran tengil khasnya. "Yang kayak gini tuh harusnya dijaga, disayang-sayang," lanjutnya.

San mengeleng mendengar jawaban sabahatnya dan membuat gerakan seperti ingin muntah. "Hoek! Mil, nyesel aku bilangnya," ucap San tak terima.

Sebelum percakapan tak berfaedah itu berlanjut lebih jauh lagi, bersyukurlah karena pegawai menginterupsi percakapan keduanya. "Permisi, Kak. Mari saya bantu untuk proses pembayarannya," ucap pegawai itu dengan senyuman ramah sesuai SOP gerainya.

"Baik," respon San sekenanya.

"Totalnya dua juta enam ratus ribu rupiah, Kak. Mau dibayar cash atau melalui kartu ATM?" tanya pegawai itu lagi.

"ATM aja, Kak." San segera mengambil kartu ATM dari dalam dompetnya dan menyerahkan ke pegawai itu untuk menyelesaikan proses pembayaran.

Dengan cekatan pegawa itu langsung menyelesaikan tugasnya dan memberikan struk serta kartu ATM San. Tak lupa ia juga memberikan kantung belanjaan yang berisi gaun yang dibeli San. "Sudah selesai, Kak. Mohon di cek kembali. Terima kasih sudah berbelanja di gerai kami," ucap pegawai itu sopan.

"Oke," respon singkat San seusai mengecek nominal yang tertera di struk.

"Sudah kelar, San?" tanya Mila sambil melangkah pergi bersama sahabatnya keluar dari gerai. "Gak perlu apa-apa lagi?"

"Gak kok. Kamu gimana, Mil?" tanya balik San.

"Aman. Aku sudah selesai. Cuma sebelum balik, mampir beli es krim dulu ya?" ajak Mila yang tak mungkin ditolak oleh San karena keduanya sama-sama penggemar makanan dan minuman manis.

"Gas kan lah, Mil," sahut San setuju.

Di tengah perjalanan keduanya menuju gerai es krim yang terletak lumayan jauh dari posisi mereka saat ini, tiba-tiba ponsel Mila berbunyi. "Aissshh! Siapa sih yang ganggu?" dumelnya yang tak suka momen sakralnya dengan San diganggu. Mila bukan termasuk orang yang suka terus sibuk dengan gadgetnya saat bersama dengan sahabat atau keluarganya. Ia lebih menghargai dan mengobrol dengan orang yang sedang bersamanya. Jarang bukan orang yang seperti Mila saat ini? Karena itu San merasa nyaman bersahabat dengan gadis berdarah campuran Indo-Canada itu.

Mila mengambil ponsel yang diselipkan di kantung celananya. Setelah mengecek layar ponselnya dan membaca sederet pesan singkat yang masuk itu dengan serius. Untuk beberapa menit, Mila terdiam seperti sedang menimbang sesuatu.

"Siapa, Mil? Kok kamu serius gitu?" tanya San penasaran dengan kebisuan Mila yang mendadak.

"Huft! Darrent ngajakin aku buat berangkat bareng besok pas prom night, San." curhat Mila dengan muka murung.

"Lah? Harusnya kamu seneng dong, Mil? Kan selama ini kamu naksir dia." San sedikit bingung dengan reaksi Mila. Ia tahu betul jika sahabatnya ini jatuh cinta dengan Darrent dari awal mereka masuk SMA.

"San gak peka ih! Buat apa dia respon aku sekarang? Buat jadian? Kan bentar lagi pisah juga karena dia kuliah di London sedangkan aku sama kamu lanjut di Surabaya." Wajah gadis manis itu nampak semakin mendung membayangkan kisah cintanya yang suram. Mila bukan tidak laku, justru sangat banyak siswa di sekolah yang mengincarnya. Namun ia memilih untuk mengejar cinta pertamanya dan memperjuangkannya selama ini walau hasilnya jauh dari harapan.

"Sudah, Mil. Terima aja ajakan si Darrent biar perjuanganmu tiga tahun ini gak sampah banget gitu," saran San sembari memandang keramaian di mall itu. Seulas senyum terukir di wajah cantiknya saat melihat balita yang nampak menggemaskan sedang merengek minta dibelikan boneka kepada sang ayah. 'Isshh! Lucunya,' batin San gemas.

"Iya kali ya, San. Lagian semisal dia nembak juga, walau harus pacaran LDR kayaknya gak masalah. Kalau dia gak nembak juga anggep aja perpisahan. Oke, aku terima ajakan dia," putus Mila setelah yakin akan keputusannya.

"Wait!" Mila menoleh San dengan pandangan penuh selidik. "Kalau aku berangkat sama Darrent, kamu gimana?"

"Aku sama Akang Albert," jawab San santai dengan cengiran setan yang membuat Mila ingin mengunyahnya hidup-hidup.

"Demi apa? Albert si pangeran sekolah? Pantes aja kamu nyuruh aku berangkat sama Darrent. Bagus kelakuanmu, San," omel Mila yang hanya direspon San dengan ketawa kecil.

"Bohong lah. Mana mungkin dia mau sama aku? Hihihi," jawab San dengan memasang wajah polos tanpa dosa. "Aku berangkat sendiri aja. Santai lah, Mil."

Keduanya terus bercengkrama dan sesekali terdengar canda-tawa sembari berjalan menuju gerai es krim favorit mereka yang sudah tak jauh lagi. Begitu asyiknya mereka sampai tanpa sadar jika ada seorang pria yang mengamati salah satu di antara mereka dari kejauhan. Ekor mata tajam pemuda itu sedari tadi mengikuti setiap gerakan dari gadis yang diamatinya. Rasa penasaran dan keinginannya untuk langsung berlari dan menghampiri gadis itu membuncah di dadanya.

Saat kakinya hendak melangkah untuk mendekati gadis itu, sebuah suara menghentikannya. "Kak Sel, mau kemana?" panggil seorang pemuda yang berusia lebih muda dua tahun darinya itu.

Refleks pria itu menoleh ke arah dimana sebelumnya gadis itu berada, namun kini sudah tidak ada lagi. Gadis itu telah menghilang di antara kerumunan pengunjung mall.

"Gak kemana-mana kok. Cuma mau lihat sekitar." jawab pria bertubuh jangkun itu santai.

"Filmnya sudah mau mulai. Ayo naik ke atas!" ajaknya pada kakak sepupunya itu.

Dengan berat hati, pria itu harus meredam keinginannya dan melangkah mengikuti adik sepupunya untuk menonton film sesuai dengan tujuan awal keduanya ke sini. 'Mungkin aku hanya salah lihat. Tidak mungkin dia di sini. Sepertinya hanya orang yang mirip dengannya. Jika memang benar itu adalah dia, kalau ditakdirkan untuk bertemu pasti akan bertemu suatu saat nanti.' batinnya mencoba meyakinkan diri sendiri.

TBC


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login