Download App

Chapter 2: Chapter 1.

Pagi hari yang lumayan berawan jalanan mulai dipenuhi oleh orang orang yang ingin bekerja. Tidak sedikit juga para siswa siswi yang ingin pergi ke sekolahan. Ada yang menaiki transportasi pribadi maupun kendaraan umum. Kebanyakan dari mereka menggunakan transportasi umum.

Tepat di bawah jalanan juga terdapat kereta bawah tanah atau yang biasa kita sebut sebagai MRT. Tempat itu tidak kalah ramainya dengan jalanan,banyak yang berjualan di sana untuk mencari nafka. Selain para pegawai, tidak sedikit jumlah siswa yang menaiki transportasi tersebut untuk berangkat menuju sekolah.

Saat ini, banyak dari mereka sedang menunggu kereta untuk masuk ke dalam gerbong. Ada seorang anak yang cukup tampan yang juga menunggu datangnya kereta. Matanya berwarna kecoklatan, alis tebal berwana hitam legam dan tebal menghiasi kelopak matanya, bibirnya yang tipis berwarna merah menjadi daya tariknya, dan wajahnya yang tirus menjadi pelengkap.

Ia juga memiliki tinggi dan mempunyai tubuh yang bagus. Sangat cocok dijadikan model. Bahkan sudah ada beberapa agensi yang mengajaknya tapi ditolaknya dengan alasan ia ingin fokus dengan sekolahnya. Padahal itu semua hanya alasan semata. Selain ia malas berurusan dengan para reporter yang terkesan bawel di matanya, selain itu ia juga telah membulatkan tekad untuk mencari sahabat Ayahnya.

Hanya sebuah nama yang terlintas, Han WooTak. Orang itu adalah sahabat Ayahnya yang paling ia benci. Menurutnya Han Woo Tak adalah orang yang telah membunuh Ayahnya, jika bukan karena Han Woo Tak, Ayahnya tidak akan pergi keluar rumah hingga tertabrak mobil. Ia berjanji pada mendiang Ayahnya akan mencari dan membunuh Han Woo Tak saat ia sudah besar nanti. Dan sekarang adalah saatnya.

Nama anak itu adalah Park In Ho. Saat ini ia berusia 16 tahun. Ia dikenal sebagai sosok yang rajin dan penurut di sekolahnya. Ia juga telah memenangkan beragam penghargaan karena kepintarannya di sekolah. Pintu untuk memasuki kereta pun terbuka dan satu persatu dari orang orang itu pun memasuki kereta. 

Pada saat In Ho hendak duduk ia melihat seorang anak perempuan sedang duduk sambil mendengarkan musik sambil berdendang kecil. Menurutnya anak perempuan itu sangatlah cantik. Memiliki mata yang bulat, pipi yang lumayan tirus dan rambut lurus sebahu yang dibiarkan tergerai serta kulit yang putih bersih.

'Apakah dia jelmaan dewi dari khayangan? Cantik sekali.'

Ia tidak menyadari jika mereka berdua mengenakan seragam yang sama. Sampai disebuah perhentian, anak perempuan itu pun beranjak turun. Sementara In Ho terus memperhatikan anak itu sampai keluar dari gerbong kereta. Ia tidak menyadari jika dirinya harus turun sekarang. Sampai pada akhirnya ia kelewatan stasiun dan mengharuskan ia turun dipemberhentian berikutnya.

***

Seorang anak gadis baru saja keluar dari kereta. Gadis itu bernama Han Yeon Joo.Sebenarnya ia agak sedikit risih diperhatikan dengan begitu intens oleh seorang anak laki laki. Kalau bukan karena seragam yang anak itu kenakan pasti ia sudah menuduh orang itu sebagai pengutit. Karena dari rumahnya ia meresa diikuti oleh seseorang.

'Sebaiknya aku ajak anak itu berkenalan siapa tau, aku sekelas dengannya.' Tepat pada saat ia berbalik, tapi ia sama sekali tidak menemukan anak laki laki itu di belakangnya. Kemudian ia langsung cemberut kesal, entah mengapa anak laki laki itu dapat membuatnya kesal. Padahal menurut Ayahnya, dalam keluarganya yang paling sulit dibuat kesal adalah dirinya.

Setelah turun dari kereta dan sedikit berjalan, tidak lama kemudian ia sampai di depan gerbang sekolahnya. Seluruh pandangan siswa siswi tertuju padanya. Bahkan penjaga sekolahan ikut terhenti melakukan tugasnya karena melihat kecantikan Yeon Joo yang cantiknya persis bidadari turun dari khayangan. 

Yeon Joo berusaha cuek walaupun ia merasa sangat risih menjadi pusat perhatian. Ia berjalan memasuki gedung dan menuju keruangan guru untuk mengurus kepindahannya di sekolah itu. 

Sebelumnya ia bersekolah di Australia bersama Kakaknya yang sudah kuliah tapi ia harus ikut Ayahnya kembali ke Korea, sementara Kakaknya harus tinggal karena  mengurus perusahaan Ayahnya.

"Permisi Sonsengnim(Guru), saya murid baru pindahan dari Austalia. "

"Oh, kau sudah datang. Silahkan kau isi formulir ini dulu."

Yeon Joo mengangguk dan segera mengisi formulir itu. Setelah diisi ia pun segera mengembalikan formulir itu.

"Saya Baek Sonsengnim (Guru Baek) yang mulai hari ini menjadi wali kelasmu."

"Annyeong Hasseo, cheoneun Han Yeon Joo imnida. Pangap seumnida. (Selamat pagi, nama saya Han Yeon Joo,  senang bertemu dengan anda.)"

"Baiklah Yeon Joo, bisakah kau menunggu di depan sebentar, sonsengnim(Guru) harus memberikan ini dulu kepada kepala sekolah."

Setelah menunggu selama 10 menit ia pun mengikuti Baek sonsengnim(Guru Baek) menuju kelas barunya yang terletak di lantai 2 ruangan paling ujung sekolahan. Dalam perjalanannya menuju ke kelasnya, tidak henti hentinya ia berdoa semoga ia mendapat seorang teman yang baik nantinya.

Sementara itu di jalan dekat sekolahan,  terlihat seorang anak laki laki yang sedang berlari menuju sekolahnya. Karena saking asyiknya memandangi anak perempuan itu, In Ho harus turun di stasiun berikutnya hingga membuatnya terlambat dan ia harus berlari menuju sekolahnya.

Sesampainya didepan gerbang sekolahnya ia harus menghentikan langkahnya didepan gerbang karena gerbang baru saja ditutup oleh guru yang sedang bertugas.

"Ssaem(Guru), tolong bukakan pintu ini untukku sekali ini ne(Ya)? Kumohon."

"Andwe(Tidak). Peraturan tetaplah peraturan.Setiap siswa yang datang terlambat tidak diperbolehkan masuk."

In Ho tertunduk lemas. Terpaksa ia harus menunggu sampai jam istirahat makan siang atau... 'Aha,  itu dia mengapa tidak terpikir dari tadi.'

In Ho berlari menuju belakang gedung sekolahan. Ia melemparkan tas miliknya ke dalam. Setelah itu ia pun memanjat dinding dan masuk ke dalam sekolahan tanpa sepengetahuan guru piketnya. 

Ia sedang berjalan menuju kelasnya, tiba tiba salah satu temannya yang bernama Cho Min Hyun keluar dari dalam toilet.

"Ya(Hei), Park In Ho!  Kau telambat eoh? Tumben sekali. Ada apa?"

"Ne(Ya). Kau tau, aku baru saja melihat bidadari."

"Mworago (Apa katamu)? Ya, jaman sekarang tidak ada bidadari. Ada ada saja kau ini." ucap Min Hyun sambil memukul kepala temannya agar sadar.

"Ya, aku tidak bohong."

Min Hyun tertawa melihat kelakuan In Ho. Perkataan teman temannya ternyata benar, In Ho jika sedang menjelaskan sesuatu yang tidak kita percayai maka ia akan berubah sifatnya seperti anak kecil yang sedang merengek karena mainannya diambil.

Akhirnya mereka berdua berjalan bersama dan memasuki kelas melalui pintu belakang kelas. Saat In Ho telah selesai menutup pintu dan hendak berjalan menuju kursinya, ia melihat sosok yang tadi pagi ia lihat di kereta.

In Ho sama sekali tidak percaya kalau yang di lihatnya sekarang adalah sosok bidadari yang tadi pagi ia lihat. Ia memberanikan diri untuk berjalan ke tempat duduknya yang persis di sebelah anak perempuan itu. Setelah ia duduk, ia ingin menyapa tapi takut mengganggu karena kelihatannya anak itu sedang serius mendengarkan guru yang sedang mengajar di depan. Oleh karena itu, ia menunda sampai jam istirahat tiba.

***

Tidak membutuhkan waktu lama, bel pun berbunyi nyaring menandakan berakhirnya jam pelajaran dan digantikan dengan waktu istirahat. Dari jam pelajaran, In Ho sudah tidak sabar ingin mengajak bidadari di sebelahnya ini bicara.

Sebenarnya ia sangat gugup sampai ia tidak fokus dan berkeringat dingin. Tapi ia tetap berusaha bersikap normal, apa jadinya bila semua orang tau bila seorang yang gagah seperti In Ho gugup hanya karena seorang gadis? Bisa hancur reputasi yang sudah susah payah ia bangun selama ini.

Pada saat In Ho ingin berbicara dengan gadis itu, 2 orang temannya berjalan menghampiri gadis itu. 'Aish(Kata umpatan)... Aku keduluan dengan mereka. Awas saja sampai mereka mengganggu bidadariku.  Tidak akan aku ampuni kalian!'

"Ada yang ingin kau katakan Park In Ho?" tanya Choi Ae Ra, wakil ketua kelas mereka. Ia melihat In Ho dengan pandangan curiga.

"A-aniyo(T-tidak)." sangkal In Ho terbata bata. Untuk menghindari intergoisasi Ae Ra, In Ho buru buru menghindar keluar kelas.

"Pasti ada sesuatu." ucap So Hee dengan curiga sambil ekor matanya mengikuti langkah In Ho.

"Ya(Hei), Oh So Hee, jangan bercanda!" ucap Ae Ra dengan nada sedikit mengancam.

"Pftt."

"Wae(Kenapa)? Ya, kau anak baru!-" jangan bilang kau memiliki gangguan jiwa? " Ae Ra memijit keningnya yang terasa berdenyut akibat ulah sahabatnya yang sangat aneh, ia tidak sanggup jika harus tambah satu lagi.

"Aniyo(Tidak)."

"Yeon Joo, tolong kau maklumi saja ya. Dia memang aneh. Apalagi kalau sudah manyangkut urusan perasaan."

"Baiklah."

"Ae Ra, kau tidak lapar? Bayiku sudah kelaparan."

'Apa katanya barusan? Bayi?'

Menyadari kepanikan yang sangat jelas tergambar di wajah Yeon Joo, Ae Ra buru buru menjelaskan apa yang dimaksud So Hee kepada Yeon Joo agar tidak salah paham.

"Ya(Hei), Oh So Hee! Jaga ucapanmu, ck."

Lalu Ae Ra pun berdiri dari bangkunya. "Ayo kita pergi ke kantin. Kau ikut kan?"

"Baiklah. Ayo."

Lalu ketiganya pun menuju ke kantin sekolahan. Mereka sama sekali tidak menyadari kalau ada seorang siswa yang sedang mengikuti mereka menuju kantin.

Saat Yeon Joo, Ae Ra, dan So Hee hendak makan sambil berbincang bincang,  tiba tiba datanglah seorang anak laki laki sambil membawa nampan makanan duduk tepat di sebelah Yeon Joo. Yeon Joo pun heran melihat anak laki laki itu, 'Banyak bangku yang lain. Kenapa harus di sebelahku sih?' Melihat kejadian itu Ae Ra pun heran, 'Mengapa harus di sebelah Yeon Joo?'

"Ya(Hei), Park In Ho sebenarnya kau ini kenapa?"

"Aku, kenapa?"

So Hee hanya tersenyum pahit melihat tingkah In Ho. 'Dugaanku In Ho pasti menyukai Yeon Joo.'

"Kan ada bangku yang lain. Kenapa kau harus satu meja bersama dengan kami sih?"

"Kau keberatan? "

"Park In Ho, kau menyukai Yeon Joo kan?"

Pertanyaan dari So Hee berhasil membuat In Ho tersedak nasi yang sedang dikunyahnya.Sementara Yeon Joo melihat In Ho yang sedang batuk dengan pandangan intens seolah tidak suka.

"Benar kau menyaiku?"

"A-aniyo (T-tidak)."

"Jangan pernah kau suka padaku, kau bukanlah tipeku!"

Kata kata Yeon Joo bagaikan sangat menusuk hati In Ho. Ia menunduk sejenak untuk mencerna kata kata Yeon Joo.

Saat ia ingin mengulurkan tangan untuk mengajak Yeon Joo berkenalan, tiba tiba saja Yeon Joo dan kedua temannya beranjak sambil membawa nampan makanan dan mengabaikan In Ho. 'Han Yeon Joo... Kau pasti akan jatuh ke pelukkanku.'

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login